Rembang - Sekolah Dasar Negeri (SDN) Ngajaran di Desa Ngajaran, Kecamatan Sale, luput dari perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang. Salah satu ruang kelas tidak bisa digunakan lantaran rawan roboh. Kondisi itu sudah terjadi sejak tiga tahun lalu.
"Kalau ada angin kencang itu kan bahaya jika masih dipakai untuk kegiatan belajar mengajar, karena itu terpaksa dikosongkan," kata Kepala SDN Ngajaran Rukmini, Jumat, 21 Februari 2020.
Menurut Rukmini, ruang tersebut awalnya digunakan siswa siswi kelas 2. Namun sejak muncul retakan di tembok sekitar 2017, pihaknya memutuskan untuk mengosongkan ruang kelas itu. Murid kelas 2 akhirnya digabungkan dengan kakak kelasnya, siswa kelas 3, tanpa adanya sekat yang membatasi ruangan.
"Kelas 2 dan 3 satu lokasi, satu ruang dua kelas. Susahnya kalau ada soal perkalian untuk kelas 2 yang menjawab kelas 3. Kalau seperti itu biasanya sisiwa kelas 3 dipindah sementara ke musala," tutur dia.
Rukmini mengungkapkan kerusakan ruang kelas di sekolah yang dipimpinnnya sudah pernah dilaporkan ke Dinas Pendidikan melalui Data Pokok Pendidikan. Tapi sampai sekarang belum ada tindakan sama sekali, baik merenovasi maupun membuat bangunan baru. "Ini kelas 1 saja di perpustakaan, karena memang kami kekurangan ruang kelas," ujar dia.
Kalau ada angin kencang itu kan bahaya jika masih dipakai untuk kegiatan belajar mengajar, karena itu terpaksa dikosongkan.
Tak hanya persoalan ruang kelas, sarana pendukung seperti ketersediaan buku juga masih kurang. Sebagian buku pelajaran kurikulum 2013 untuk kelas 2 dan 5 masih belum siap lantaran pasokan belum datang. Untuk mengantisipasi hal tersebut ia terpaksa meminjam buku ke SDN Tahunan. Kebetulan sebelum menjadi Kepala di SDN Ngajaran dirinya pernah bertugas di sekolah tersebut.
"Katanya bulan ini sampai, tapi sampai sekarang buku kurikulum 2013 belum datang. Padahal awal bulan Maret anak-anak sudah UTS (ujian tengah semester)," ujar dia.
Persoalan lain adalah posisi sekolah di lokasi yang cukup terpencil dan menyulitkan. Akses menuju sekolah masih berupa tanah dan bebatuan, ditambah kontur jalan yang naik turun karena lokasi sekolah berada di dataran tinggi. Imbasnya, sekolah yang berdiri pada 1979 ini tidak diminati para orang tua.
"Jalannya penuh dengan tantangan, apa lagi kalau musim hujan akses jalannya semakin berat karena sebagian masih tanah," ucap dia.
Rukmini menambahkan jumlah keseluruhan siswanya saat ini tergolong sangat sedikit. Hanya 33 anak, mulai kelas 1 hingga 6. Rincinya, kelas I sampai kelas 3 ada lima anak tiap kelasnya, serta kelas 4, 5, dan 6 masing-masing enam anak.
"Yang sekolah di sini hanya anak-anak dari Desa Ngajaran saja, soalnya anak-anak dari desa sekitar lebih memilih sekolah di bawah," ujarnya.
Kepala Desa Ngajaran, Ngesti Yulianti saat dikonfirmasi terkait sedikitnya jumlah siswa di SDN Ngajaran mengungkapkan keberhasilan program KB, membuat jumlah siswa terus berkurang. Selain itu, jarak yang jauh antara SDN Ngajaran dengan pusat pemerintahan desa di Dusun Kaliprak, sekitar dua kilometer, juga mempengaruhi sedikitnya siswa di SDN Ngajaran.
"Posisi sekolah di Ngajaran yang cukup jauh untuk dijangkau anak-anak dari Dusun Kaliprak. Mereka justru senang bersekolah ke Desa Mrayun yang jaraknya lebih dekat," kata dia.
Ia berharap Pemkab Rembang bisa lebih memperhatikan sekolah di daerah terpencil seperti SDN Ngajaran. Prioritas peningkatan kualitas jalan menuju sekolahan dan renovasi ruang kelas menjadi harapan para siswa dan pengajar di SDN Ngajaran. "Kami sudah mengajukan usulan perbaikan akses jalan Desa Ngajaran ke Pemkab Rembang, semoga bisa segera ditangani," tutur dia. []
Baca juga:
- Di Kabupaten Tangerang Dibangun Sekolah Perempuan
- Radikalisme Sekolah di Tangan Nadiem Makarim
- Pidanakan Kepala Sekolah SMP Negeri Turi 1 Sleman