Satelit dan Stasiun Luar Angkasa China Jatuh di Pasifik

Menjelang jatuhnya dalam sebulan terakhir, Tiangong-1 mengalami penurunan ketinggian rata-rata sebesar 3.2 kilometer (km) per hari.
Stasiun ruang angkasa pertama milik China Tiangong-1 (Xinhua)

Jakarta, (Tagar 2/4/2018) - Stasiun luar angkasa prototipe milik China bernama Tiangong-1 dinyatakan jatuh di Samudera Pasifik pada Senin (02/04) pukul 07.16 WIB.

Laporan final hasil pengamatan Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pada pukul 08.20 terhadap Tiangong-1, menurut Kepala Bagian Humas LAPAN Jasyanto, di Jakarta, Senin, menyebutkan stasiun luar angkasa yang memiliki bobot 8,5 ton tersebut telah jatuh di Samudera Pasifik.

Belum diketahui berapa ukuran pasti wahana ruang angkasa milik China tersebut saat jatuh di Samudera Pasifik, ujar dia.

Berdasarkan pantauan LAPAN melalui Realtime Space Debris Surveillance pada pukul 00.50 WIB, bahwa lintasan terakhir Tiangong-1 melewati Samudera Atlantik, Afrika, Asia dan berakhir di Samudera Pasifik.

Dan menjelang jatuhnya dalam sebulan terakhir, Tiangong-1 mengalami penurunan ketinggian rata-rata sebesar 3.2 kilometer (km) per hari. Saat ketinggiannnya mencapai 120 km maka wahana luar angkasa ini dianggap mengalami atmospheric reentry sehingga secara cepat jatuh menuju permukaan bumi.

Wahana luar angkasa Tiangong-1 yang juga dikenal dengan sebutan Heavenly Palace 1 merupakan prototipe stasiun luar angkasa pertama yang dimiliki China dan diluncurkan pada 29 September 2011 bersamaan dengan roket Long March 2F/G.

Stasiun luar angkasa ini berfungsi baik sebagai laboratorium berawak dan testbed eksperimental untuk menunjukkan kemampuan pertemuan dan dasi orbital.

Pada November 2011, Tiangong-1 dikunjungi oleh serangkaian pesawat luar angkasa Shenzhou selama masa operasinya dua tahun. Yang pertama, Shenzhou 8 yang tidak berawak, berhasil berlabuh dengan modul ini pada bulan November 2011.

Sementara misi Shenzhou 9 yang berawak berlabuh pada Juni 2012. Misi ketiga dan terakhir ke Tiangong-1 yakni pesawat dengan awak Shenzhou 10, berlabuh pada Juni 2013, dan berhasil mendaratkan astronot wanita China pertama, Liu Yang dan Wang Yaping di Tiangong-1.

Pada 21 Maret 2016, setelah masa pakainya diperpanjang dua tahun, Space Engineering Office mengumumkan bahwa Tiangong-1 telah secara resmi mengakhiri pengabdiannya. Mereka menyatakan bahwa hubungan telemetri dengan Tiangong-1 telah hilang. ant/rmt

Berita terkait
0
Menkeu AS dan Deputi PM Kanada Bahas Inflasi dan Efek Perang di Ukraina
Yellen bertemu dengan Freeland dan janjikan kerja sama berbagai hal mulai dari sanksi terhadap Rusia hingga peningkatan produksi energi