Salaman Lebaran di Tengah Pandemi Covid-19

Idul Fitri 2020 terasa aneh, ganjil, di tengah pandemi Covid-19. Ancaman virus mematikan seketika melenyapkan budaya salaman pada hari Lebaran.
Ilustrasi - Tak ada salaman dengan jabat tangan pada hari Idul Fitri di tengah pandemi Covid-19. (Foto: Klik Dokter)

Jakarta - Perayaan Idul Fitri tahun 2020 ini terasa berbeda dengan sebelumnya. Hal itu dikarenakan Lebaran tahun ini jatuh saat dunia mengalami pandemi virus corona atau Covid-19. Mazidah, seorang warga di Wonocolo, Surabaya, mengaku akan merayakan Idul Fitri seperti biasa. Kendati demikian, ia akan mematuhi imbauan pemerintah untuk tetap menjaga jarak fisik (phisical distancing), termasuk tidak akan melakukan kontak fisik dengan tetangga maupun kerabat jauh.

"Hari Lebaran enggak akan jabat tangan, kecuali sama orang tua, kalau sama orang lain paling salam namaste saja," ujarnya kepada Tagar, Senin, 18 Mei 2020.

Mazidah mengatakan kondisi saat ini sangat riskan untuk melakukan kontak fisik dengan seseorang. Maka dari itu salam namaste atau merapatkan telapak tangan di dada merupakan pengganti paling efektif untuk tidak berjabat tangan.

"Kita ikut aturan pemerintah saja, karena kita tidak tahu juga siapa-siapa orang yang ternyata positif corona, lebih ke jaga-jaga," tuturnya.

Ia mengakui Ramadan tahun ini memang terasa berat karena harus dijalankan dengan merebaknya virus mematikan. Hal ini menurutnya membuat banyak orang juga terkena imbas buruknya, seperti kehilangan pekerjaan. Begitu juga ia yang sehari-hari punya usaha warung kopi juga mengalami penurunan.

"Ini pertama dalam hidup saya merasakan wabah yang mendunia seperti ini. Dagangan juga sepi karena banyak orang lebih memilih untuk di rumah saja karena takut corona," ujarnya.

Hari Lebaran enggak akan jabat tangan, kecuali sama orang tua, kalau sama orang lain paling salam namaste saja.

NamasteSalam Namaste sebagai pengganti jabat tangan pada hari Idul Fitri tahun 2020 di tengah pandemi Covid-19. (Foto: Unsplash)

Muklasin, pemuda asal Ngawi, Jawa Timur, terpaksa tidak dapat pulang ke kampung halaman karena larangan mudik di masa pandemi ini. Ia tetap tinggal di Surabaya, tempatnya bekerja, dan memilih untuk tidak berjabat tangan untuk menghindari tertular corona.

"Saya sudah dua bulan ini tidak pernah lagi bersalaman. Kalau Lebaran nanti ya mungkin kita melambaikan tangan atau salam namaste," ujar dia.

Muklasin merasa berat di momen spesial Lebaran tahun ini tidak bisa merayakan bersama keluarga besar di rumah. Namun ia telah memberi kabar kepada orang tuanya di kampung bahwa memang kondisi saat ini tidak memungkinkan untuk pulang.

Sebagai ganti pelepas rindu, ia akan memanfaatkan panggilan video sebagai ganti perjumpaannya dengan keluarga. "Semoga corona ini cepat selesai dan bisa hidup normal, salaman berdampingan dengan aman," kata dia.

***

Ahlal Khoiri, pemuda di Surabaya, juga mengatakan pada hari raya Idul Fitri tahun ini tidak akan melakukan jabat tangan untuk menghindari penyebaran Covid-19. Ia mengaku selama ini juga telah meninggalkan kegiatan kumpul-kumpul dengan orang banyak sesuai anjuran pemerintah.

"Saya jujur ikut pemerintah saja. Bukan karena takut atau apa, nyatanya banyak dokter dan perawat yang meninggal karena corona, apalagi kita yang masyarakat biasa seperti ini," kata Khoiri.

Momen Lebaran adalah peristiwa penting bagi umat muslim. Biasanya banyak orang selalu berjabat tangan hingga rangkulan sebagai simbol saling bermaafan dan menghormati satu sama lain. Akan tetapi, organisasi kesehatan dunia (WHO) menyarankan untuk tidak melakukan apa pun yang bisa menimbulkan sentuhan fisik, terutama telapak tangan untuk memperlambat laju persebaran Covid-19.

Pengganti Salaman di Berbagai Negara

Demi mempertahankan sikap sosial yang baik, namun tetap mendukung upaya pemberantasan corona, berikut adalah pengganti bersalaman yang bisa dilakukan tanpa menghilangkan esensi dari makna Lebaran. Agaknya hal tersebut bisa dilakukan untuk menghindari kontak langsung setiap orang.

1. Perancis

Pemerintah Perancis juga telah mengimbau seluruh rakyatnya untuk tidak berjabat tangan atau mencium pipi, sebuah gestur sapaan yang lazim di sana. Sehingga untuk mengganti gerakan tersebut, masyarakat disarankan untuk saling menyapa melalui tatapan mata secara langsung, atau boleh pula dengan isyarat berupa lambaian tangan dan sejenisnya.

2. China

Masyarakat Tiongkok diimbau oleh pemerintah untuk menghindari jabat tangan secara langsung. Sebagai gantinya, mereka diberikan alternatif berupa gerakan menyatukan kedua tangan sebagai tanda penghormatan.

Selain itu juga ada gerakan yang sama dengan gong shou tradisional, yakni dengan mengepalkan tangan kanan di telapak kiri, lalu sedikit diayunkan sebagai bentuk sapaan.

3. Uni Emirat Arab

Di Uni Emirat Arab, pemerintah mengimbau publik untuk tidak melakukan sapaan tradisional, yakni dengan menempelkan hidung. Sebagai gantinya mereka disarankan untuk cukup dengan lambaian tangan.

4. Australia

Menteri Kesehatan New South Wales, Brad Hazzard, meminta orang-orang tidak berjabat tangan. Menurutnya Sebagai gantinya masyarakat sudah cukup saling bersapa dengan tepukan lembut di punggung.

5. Iran

Di negeri para mullah ini, virus corona merabak sangat mematikan hingga merenggut ribuan nyawa. Sebagai ganti untuk menghambat penyebaran virus, para pemuda terlihat dalam sebuah video yang tersebar saling bersapa dengan kakinya. Dalam video itu mereka mengganti jabat tangan dengan saling mengetuk kaki.

6. Indonesia

Di Indonesia sendiri, banyak ragam digunakan untuk menggantikan kontak langsung. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyarankan masyarakat melakukan salam khas Sunda dengan cara menangkupkan kedua telapak tangan, dekatkan ke dada, kemudian sedikit mengangguk. 

Para pejabat negara telah mencontohkan untuk tidak saling bersalaman dengan jabat tangan. Mereka mengganti jabat tangan dengan menangkupkan kedua telapak tangan di dada, kemudian sedikit mengangguk. []

Baca cerita:

Berita terkait
Air Mata Laodo Saat Terima Sembako di Bantaeng
Hujan baru saja reda, Laodo dan Nasiah berdiri di depan gubuk, menyambut rombongan polisi dari Polres Bantaeng, membawa paket sembako untuk mereka.
Hari Indah di Bantaeng Sebelum Monster Covid Datang
Hari indah di Desa Layoa, Bantaeng, Sulawesi Selatan, sebelum ada monster covid, semua bersorak gembira, berdekatan satu sama lain tanpa khawatir.
Debryna Dewi Lumanauw, Dokter Cantik di RS Covid-19
Dokter Debryna Dewi Lumanauw menceritakan hari-harinya bekerja di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Simak penuturannya.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.