Jakarta - Bursa saham di seluruh dunia menderita kerugian historis dalam tiga bulan pertama 2020. Hal ini dipicu oleh aksi jual besar-besaran karena kekhawatiran penyebaran virus corona Covid-19 berdampak buruk terhadap perekonomian dunia.
Indeks saham Dow Jones Industrial Averagae di bursa Wall Street, Amerika Serikat dan FTSE di bursa London mengalami penurunan terbesar untuk triwulan pertama, terburuk sejak 1987, masing-masing terkoreksi 23 persen dan 25 persen. Begitu pula dengan indeks S&P 500 (indeks 500 perusahaaan besar) di AS anjlok 20 persen selama triwulan pertama 2020, terburu sejak 2008.
Baca Juga: Corona, RI Dapat Pinjaman dari IMF dan Bank Dunia
Pukulan terhadap ekonomi global kemungkinan akan lebih buruk dibandingkan saat krisis keuangan
Seperti dikutip dari BBC News, Rabu, 1 April 2020, penurunan tajam itu terjadi ketika otoritas bursa melakukan penghentian sementara sebagaian besar aktivitas pasar dalam upaya memperlambat penyebaran virus Covid-19. Kalangan ekonom telah memperingatkan bahwa pukulan terhadap ekonomi global kemungkinan akan lebih buruk dibandingkan saat krisis keuangan. Konsultan IHS Markit, misalnya, memperkirakan pertumbuhan akan menyusut 2,8 persen tahun ini dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 1,7 persen.
Tidak ada negara yang tidak terimbas penyebaran virus corona. Perusahaan data memperkirakan pertumbuhan China akan turun menjadi 2 persen. Sedangkan Inggris diperkirakan akan mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 4,5 persen. Prospek untuk negara-negara seperti Italia dan negara-negara berkembang bahkan diperkirakan lebih buruk lagi.

"Kami sangat prihatin dengan prospek negatif untuk pertumbuhan global pada tahun 2020, khususnya tekanan penurunan pada pasar negara-negara berkembang dan berpenghasilan rendah," kata Presiden Dana Monter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva.
Pengangguran di AS bisa meningkat lebih dari 32 persen
Di Amerika Serikat, seorang analis menyebutkan, tingkat pengangguran bisa naik menjadi lebih dari 32 persen selama tiga bulan ke depan, akibat dampak virus corona. Ia juga memperkirakan lebih dari 47 juta orang di AS kehilangan pekerjaan.
Simak Pula: IMF dan Bank Dunia Siap Perangi Virus Corona
Sementara itu, penurunan tajam harga minyak mentah karena lesunya permintaan dan perang harga antara produsen semakin menambah masalah di pasar keuangan global.[]