Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan pergerakan nilai tukar rupiah dan bursa yang cenderung melemah terpengaruh oleh perilaku investor global. Pelaku pasar keuangan, kata Perry resah dengan penyebaran virus corona atau COVID-19 yang meluas kini meluas sampai Amerika Serikat dan Eropa.
"Kondisi ini menyebabkan investor global cenderung melepas investasi portofolio di Korea, Thailand, Malaysia, Singapura dan Indonesia," ucap Perry di Jakarta, Jumat, 28 Februari 2020 seperti dilansir dari Antara.
Baca juga: OJK Sebut Virus Corona Penyebab Pelemahan IHSG
Menurut Perry, situasi itu menyebabkan rupiah terdepresiasi dan bursa melemah sejak awal tahun. Seiring dengan tingginya outflow di surat berharga negara Rp 11 triliun dan saham Rp 1,6 triliun. Bahkan, sejak penyebaran virus corona meluas akhir Januari lalu, aliran modal keluar di surat berharga negara sempat mencapai Rp 26,2 triliun dan bursa Rp 4,1 triliun.
"Bursa saham sejak Januari Februari turun 20 persen, menjadi 5650-an. Rupiah mengalami pelemahan year to date sampai 27 Februari 1,08 persen," kata dia.
Meski demikian, depresiasi rupiah ini menurut dia masih lebih baik dari Won Korea yang melemah 5,07 persen, Baht Thailand 6,42 persen, Dolar Singapura 3,76 persen dan Ringgit Malaysia 2,91 persen.
"Mereka saat ini cenderung jual dulu, nanti kemudian masuk lagi, setelah kondisi membaik. Ini terus kita pantau, meski pengaruh ke Indonesia lebih rendah dibandingkan negara-negara lain di Asia," tuturnya.
Ia memastikan Bank Indonesia akan terus berada di pasar untuk menstabilkan nilai tukar rupiah melalui Domestic Non Delivery Forward (DNDF) maupun pembelian surat berharga negara yang dilepas investor asing.
"Tahun ini secara keseluruhan kita beli dari pasar sekunder sampai 27 Februari, Rp 100 triliun. Dari Rp 100 triliun, kurang lebih Rp7 8 triliun kami beli sejak akhir Januari merebaknya corona," ucapnya. []