Rumah Angker Bekas Tempat Pembunuhan di Bantaeng

Tinggal bersebelahan dengan rumah bekas tempat pembunuhan di Bantaeng, berdampak psikologis luar biasa bagi pasangan suami istri, Robi dan Ira.
Ilustrasi - Rumah Tua. (Foto: Pixabay/Tama66)

Bantaeng - Sepasang suami istri, Robi dan Ira, tinggal di rumah peninggalan orang tua Robi di Bantaeng, Sulawesi Selatan. Rumah tersebut berdampingan dengan rumah bekas tempat pembunuhan. Kejadian pada tahun 1990-an, seorang suami membakar istrinya, dirinya, dan tiga anaknya. Rumah itu dibiarkan kosong tak terkunci, menjadi angker, dan hal-hal tidak bisa dicerna nalar berdampak pada Ira. 

Cerita ini dialami seorang rekan, panggil saja namanya Ira, perempuan 28 tahun, Suku Bugis Soppeng yang menikah dengan seorang pemuda dari Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Ira tipikal pendiam. Takkan ada seorang pun yang mungkin memahami keadaannya kalau bukan dia sendiri yang bicara. 

Banyak hal berlalu tanpa diketahui orang lain, bahkan suaminya, hanya ia sendiri. Begitu pula dengan kejadian penuh teror dari penghuni di sekitar rumah yang ia tempati ketika berpindah di kabupaten berjuluk Butta Toa atau tanah atau kota tua ini. 

Malam itu saya merasa kedinginan. Setiap kali saya menyelimuti tubuh, setelah terlelap saya akan terbangun lagi karena dingin, dan selimut saya ada di lantai.

Rumah yang dihuni Ira bangunannya masih baru, tapi tidak dengan rumah di sebelahnya. Konon, bangunan yang menempel tepat di sisi kiri rumah Ira adalah bangunan yang ditinggalkan penghuninya setelah kejadian mencekam terjadi di sana.

Senin pagi, 2 Desember 2019, Tagar diminta berkunjung ke rumah Ira. Pada awalnya ia cukup ragu ingin berbagi kisah. Ia khawatir kalau-kalau banyak yang salah fokus atau menyalahgunakan informasi yang akan ia berikan nantinya. Karena itulah secara khusus, ia meminta agar nama dan tempat kejadian disamarkan, tapi tidak dengan ceritanya. 

Melalui kisah ini, Ira ingin setiap orang mampu belajar untuk tidak terjebak hubungan dengan makhluk gaib atau jin kafir. Karena akan sulit melepas diri, bahkan untuk mengendalikan diri sendiri.

Perempuan berambut sebahu itu membuka pintu, menyambut dengan senyuman ramah. Setelah mempersilakan duduk, ia bergegas ke dapur, dan kembali dengan sepoci teh hangat. Ira membalik sebuah cangkir yang tertelungkup di meja, menuangkan teh hangat ke dalamnya. 

Dari ruang dalam rumah itu, muncul seorang lelaki berumur kurang lebih 30 tahun. Namanya Robi, suami Ira. Robi bekerja sebagai tim marketing di sebuah perusahaan swasta. Ia terbiasa pergi pagi dan pulang larut malam. Ira mengatakan hal tersebut adalah salah satu faktor kenapa masalah yang ia hadapi berlarut-larut sampai saat ini.

Robi juga sangat ramah. Ia mempersilakan saya mencicipi gorengan yang tersaji bersama secangkir teh .

Ira masih saja diam, seperti bimbang akan mengawali cerita dari mana. Kadang keningnya berkerut dengan senyuman yang hambar. Pada saat bersamaan Robi juga tampak gelisah. Lima menit duduk, ia berkali-kali mengubah posisi. Kadang ia menarik napas berat. 

"Ini salah saya, andai saja saya tidak gegabah waktu itu," kata Robi memecah keheningan.

Pengantin Baru

Ira dan Robi menikah di Soppeng pada April 2017 kemudian menetap di kampung Robi, yakni Kabupaten Bantaeng karena alasan pekerjaan. Di kota ini mereka menempati rumah peninggalan orang tua Robi. Suami Ira ini yatim piatu sejak SMA. Mereka merapikan rumah yang pernah kosong selama beberapa tahun agar nyaman ditempati.

Di satu sudut Kota Bantaeng, dua rumah berdampingan itu tampak menyeramkan. Rumah yang lebih besar dengan cat putih kecoklatan yang memudar dimakan usia mempunyai riwayat kelam. Suatu hari pada tahun 1990-an terjadi perselisihan suami-istri. Si suami di puncak emosi, membakar istrinya, dirinya, dan tiga anaknya. Di sebelahnya adalah rumah yang dihuni sepasang kakek-nenek yang adalah orang tua Robi.

"Saya penasaran waktu itu seperti mendengar suara ribut. Kupikir ada orang di sebelah, ternyata cuma kucing. Tapi saya malah lanjut berkeliling di dalam sana," tutur Robi.

Rumah besar tua yang tak terurus itu, pagarnya tidak terkunci. Sewaktu membersihkan rumah orang tua, Robi mendengar suara aneh seperti kaki diseret. Sore itu juga ia mengajak istrinya ke rumah sebelah untuk mencari tahu. Namun, sesampainya di lokasi, Robi tidak mendapati orang ataupun sesuatu lain yang mencurigakan. Rumah tersebut dipenuhi sarang laba-laba yang sudah menghitam. Kabarnya, dulu selalu ada kerabat dari keluarga itu yang datang membersihkan, namun entah kenapa sejak 6 atau 7 tahun terakhir tidak muncul lagi.

Tapi bukannya pulang, Robi malah menggunakan sapu yang saat itu digenggamnya untuk menyingkirkan sarang laba-laba sambil terus berjalan ke dalam rumah.

"Ada barang berharga, saya pegang tapi tidak saya ambil, saya letakkan kembali," kata Robi.

Robi tidak menjelaskan barang berharga apa yang ia maksud. Ia dengan niat yang diutarakan sejak awal, tidak ingin informasi yang disampaikan malah disalahgunakan orang yang tidak bertanggung jawab. Setelah memegang barang berharga tersebut, ia merinding dan buru-buru mengajak istrinya pergi.

Seminggu berlalu, tak ada kejadian aneh pada hari-hari pertama mereka tinggal. Malapetaka datang ketika Ira sedang sendirian di rumah. Robi sedang pergi ke Jakarta untuk urusan pekerjaan.

Teror dari Rumah Sebelah

"Malam itu saya merasa kedinginan. Setiap kali saya menyelimuti tubuh, setelah terlelap saya akan terbangun lagi karena dingin, dan selimut saya ada di lantai. Padahal saya tidak pernah tidur segelisah itu sebelumnya. Saya tidak tenang sampai subuh," tutur Ira tentang teror yang pertama kali ia alami.

Kejadian berulang membuat istirahatnya terganggu. Hingga jam menunjukkan pukul 5 pagi, Ira bangun untuk salat Subuh. Tak lama kemudian ia mendengar suara motor berhenti di dekat rumah.

"Kupikir ada yang datang, tapi pas mengintip keluar eh kosong padahal jelas sekali suara motor berhenti di depan," kata Ira.

Kejadian berikutnya adalah sehari sebelum Robi kembali dari perjalanan dinas. Ira berada di halaman rumah, menyapu, dan menyiram taman bunga. Waktu itu menjelang magrib, Ira berjongkok menghadap taman, posisinya membelakangi rumah tua. Tiba-tiba ia mendengar suara seseorang seperti sedang membabat rumput tinggi yang memang tumbuh di halaman rumah tua itu. Suara denting parangnya yang sesekali menyentuh batu terdengar begitu jelas.

"Tapi ketika saya membalikkan badan, tidak ada apa-apa. Saya lari ke luar, memastikan apakah ada tetangga lain yang lagi memangkas sesuatu, tapi tidak ada siapa pun," ujarnya. 

Ira ketakutan sejak kejadian itu. Tidak berani tidur sendirian di kamar. Kalau Robi belum pulang, ia akan terjaga sepanjang malam menantikan kedatangan suami. 

Keesokan harinya, Robi datang jam 11 siang. Ira menyimpan sendiri apa yang dialaminya. Tidak bercerita apa pun pada suami.

Sejak saat itu Ira mengalami teror demi teror setiap kali suaminya sedang tidak ada di rumah. Ira memilih sikap diam dengan alasan tidak mau membebani pikiran suami yang sudah lelah mencari nafkah.

Rahasia Ira terbongkar setelah Robi mendapat giliran menerima teror pada awal November 2019.

"Waktu itu saya bangun tengah malam, saya kaget istriku kok ada di dapur dan terduduk. Kutanya ada apa, dia tidak jawab. Kira-kira sekitar jam 2 malam, saya dengar suara berteriak 'mmaa mmaa' dari sebelah, bukan suara anak-anak juga, tapi sangat jelas dia berteriak," tutur Robi

Teriakan berulang itu membuat keduanya tidak bisa tidur. Setelah keadaan cukup baik, Robi meminta istrinya menceritakan semua yang tidak pernah diketahuinya.

Akan Dirukiah

Robi tertegun mendengar penuturan istrinya. Sungguh tak dapat dibayangkan bagaimana beban yang selama ini istrinya hadapi sendiri. Setelah mendengar penuturan istri, Robi menceritakan hal itu kepada orang-orang terdekat dan rekan kerja.

"Saya dikasih solusi untuk melakukan rukiah, mungkin saja kami terlanjur melakukan hal yang mengganggu 'mereka'," kata Robi

Ia dan istrinya sudah membuat janji dengan seorang ustaz yang biasa merukiah dalam waktu dekat. Robi dan Ira tidak punya rencana pindah rumah. Mereka ingin tetap tinggal di rumah peninggalan orang tua. Dan berharap setelah ini tak ada teror lagi. []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Berkenalan dengan Penunggu Sumur di Kos Tua Makassar
Kisah nyata bertemu dengan hantu dialami reporter Tagar saat tinggal di rumah kos di Makassar empat tahun lalu.
Misteri Kematian Gadis di Sungai Batu Doli Bantaeng
Kematian dua gadis di aliran Sungai Batu Doli, Kabupaten Bantaeng, Sul-Sel menjadi misteri warga sekitar.
Kenikmatan Kopi Turaya Bantaeng Diakui Jokowi
Brand Turaya Coffe mulai dikenal di Kabupaten Bantaeng setelah Presiden Jokowi mencicipi Kopi Turaya saat APKASI Otonomi Expo 2018.