Ruby Alamsyah, Analis Digital Forensik yang Hobi Baca Novel Detektif

Ruby Alamsyah, pembuka tabir kasus pembunuhan artis Alda Risma, Munir, video Ariel-Luna, Antasari Azhar. Siapa dia, bagaimana perjalanan hidupnya.
Ruby Alamsyah dan keluarga. (Foto: Tagar/Facebook/Desy Ruby Alamsyah)

Yogyakarta - Penegak hukum di Indonesia berhasil mengungkap beragam kejahatan melalui digital forensik, mulai dari kasus pembunuhan aktivis hak asasi manusia (HAM) Munir, hingga kasus video asusila Ariel dan Luna Maya. Keberhasilan penegak hukum membongkar kasus-kasus ini tidak lepas dari tangan dingin Ruby Zukri Alamsyah, seorang pakar sekaligus pionir bidang digital forensik di Indonesia.

Ruby mengisahkan kepada Tagar, Selasa, 28 Juli 2020, ia mengenal komputer sejak kelas lima sekolah dasar. Ketertarikannya terhadap dunia teknologi informasi semakin berkembang saat duduk di bangku SMP dan SMA. "Pada masa itu setiap liburan saya ambil training atau kursus komputer, kemudian kuliah di Teknik Informatika Gunadharma."

Sejak masa sekolah menengah pertama Ruby memiliki minat kuat untuk mempelajari aplikasi komputer. Bahkan ia sudah belajar pemrograman komputer. Saat kuliah Ruby mengembangkan pembelajarannya pada beragam ilmu komputer lainnya, dan bekerja di bidang networking dan sistem yang menyeluruh. Selanjutnya ia melanjutkan kuliah mengambil program pascasarjana di Universitas Indonesia. "Sambil kerja itu pula saya total sudah mengantongi sekitar 14 sertifikasi IT internasional. Itu sebelum S2."

Hingga saat ini, sejak menyelesaikan S1 di Universitas Gunadharma, Ruby bergelut di bidang Teknik Informatika total selama 23 tahun. "Iyes, berawal dari hobi. Enaknya gitu kalau kerja hobi kita akan fokus dan senang terus, bukannya terpaksa. Nah jadi saya bawalah hobi saya ini ke dunia pekerjaan sampai posisi saya sekarang seperti ini, yang dikenal sebagai praktisi digital forensik di Indonesia, dan kita bisa disebut juga pionir digital forensik di Indonesia."

Waktu itu tahun 2006. Pertama kali adalah kasus pembunuhan artis Alda Risma di Hotel Grand Menteng. Itu adalah kasus saya yang pertama.

Ruby mengisahkan awal dirinya disebut pionir Analis Forensik Digital di Indonesia. Kala itu ia sudah malang melintang di banyak pekerjaan bidang networking dan sistem, tidak hanya di satu tempat. Memasuki tahun 2003 waktu sudah cukup ahli di bidang networking dan sistem, Ruby merasa banyak orang lain yang juga menguasai ilmu yang dikuasainya saat itu. "Alias persaingan juga banyak, gitu. Alias siapa saja bisa belajar, bisa menggeluti bisnis tersebut. Mulai 2003 itu saya mulai riset kecil-kecilan, yaitu riset terkait masa depan saya."

Ruby mulai memikirkan bidang IT lain yang harus dicoba untuk digeluti. Dari riset kecil-kecilan yang dilakukan, Ruby menemukan bahwa salah satu profesi yang penghasilannya cukup besar di Indonesia adalah lawyer atau pengacara. Ia mempelajari alasan-alasannya, ternyata orang berani membayar mahal profesi di bidang hukum karena itu berkaitan dengan mendapatkan kebenaran, keadilan, ketenangan.

"Akhirnya saya coba cari, kan saya enggak mungkin pindah ke hukum secara total, gitu kan. Saya cari apakah ada ilmu IT yang bersinggungan dengan hukum," ujar Ruby.

Saat itu Analis Digital Forensik masih merupakan sesuatu yang baru. Bahkan di Amerika dan Eropa pun, menurutmya masih hal baru. Akhirnya ia memilih Digital Forensik sebagai bidang yang akan ditekuninya, karena itu merupalan ilmu yang 'bersebelahan' dengan hukum. "Akhirnya saya putusin tuh. Belajar, cari training, cari sertifikasi di bidang forensik, selama 2003 sampai 2006. Belajarnya dari training di dalam negeri dan di luar negeri. Lalu dapetin sertifikasi internasionalnya."

Ruby AlamsyahRuby Alamsyah dan keluarga. (Foto: Tagar/Facebook/Desy Ruby Alamsyah)

Kasus Pertama: Pembunuhan Alda Risma

Pada 2006, berbekal sertifikasi dari beberapa lembaga training di dalam dan luar negeri, Ruby mulai percaya diri menggeluti profesi Analis Digital Forensik.

Ternyata berbekal ilmu dan keahlian yang dimiliki saja tidak cukup untuk menggeluti profesi itu. Ruby terkendala pangsa pasar, yang memang saat itu Analis Forensik Digital belum banyak diketahui. "Pangsa pasarnya enggak ada, alias banyak orang yang belum tahu kebutuhan itu, belum tahu ilmu itu untuk apa. Nah akhirnya saya putuskanlah mencoba melakukan sosialisasi ilmu ini."

Ruby pun menyosialisasikan keahliannya dan kegunaan digital forensik. Tapi, karena tidak semua masyarakat membutuhkan keahliannya, dia pun menyosialisasikan pada penegak hukum. Caranya dengan membantu mereka memecahkan kasus. "Waktu itu tahun 2006. Pertama kali adalah kasus pembunuhan artis Alda Risma di Hotel Grand Menteng. Itu adalah kasus saya yang pertama."

Kasus itu dipecahkan menggunakan keahliannya, sebab meski merupakan kasus pembunuhan, ia bisa menganalisis melalui kamera pengintai atau CCTV hotel. Saat membantu penegak hukum dalam kasus itulah, ada beberapa perwira polisi yang melihat kemampuannya. Mereka kebetulan juga menangani kasus kematian Munir.

Berlanjut ke Kasus Pembunuhan Munir

Pada saat kasus Munir bergulir, Ruby diminta bantuan. "Itu masuk kasus nasional dan langsung heboh. Saya alhamdulillah bisa berhasil membantu penegak hukum dan menemukan bukti yang diperlukan dalam kasus itu, menjadi barang bukti digital lagi."

Dari situlah jasanya berlanjut ke banyak kasus lain, baik level lokal maupun nasional, termasuk kasus Antasari Azhar, video mesum Luna Maya dan Ariel, serta pembobolan kartu kredit pada salah satu bank BUMN yang berhubungan dengan bandar narkoba. Dalam kasus bandar narkoba, si bandar mendapatkan dana dengan cara melakukan kejahatan siber, yaitu membobol kartu kredit.

Banyaknya referensi dan penanganan kasus yang dilakukan tersebut selain menjadi sarana sosialisasi untuk Ruby, juga berguna dalam menambah pengalaman dan jam terbangnya sebagai Analis Digital Forensik.

Seiring perjalanan waktu, semakin banyak penegak hukum menggunakan jasanya, sebab ilmu digital forensik terbukti bisa mengungkap kasus dengan lebih cepat, lebih meyakinkan, lebih presisi, lebih dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan secara hukum, karena ilmunya jelas.

"Akhirnya, permintaan terkait pengungkapan kasus jadi banyak sekali. Jadi dari 2006 sampai 2012 saya bisa dibilang 90 persen kasusnya adalah membantu penegak hukum," tutur Ruby.

Selanjutnya, antara 2009 hingga 2012 penegak hukum di Indonesia mulai mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang bisa atau mengetahui ilmu digital forensik.

Ruby AlamsyahRuby Alamsyah dan keluarga. (Foto: Tagar/Facebook/Desy Ruby Alamsyah)

Ruby perlahan mengubah pangsa pasarnya. Sejak 2012 sampai sekarang ia memantapkan diri menyediakan digital forensik untuk umum, dan lebih banyak untuk korporasi maupun law firm (kantor pengacara). Untuk klien dari korporasi, Ruby biasanya membantu misalnya saat ada pembobolan bank yang dilakukan internal fraud, atau oknum dari internal bank.

"Nah, kalau pihak internal audit bank tidak berhasil mengungkap kasus tersebut, atau pihak bank sudah meminta bantuan penegak hukum juga tidak berhasil mengungkap kasus tersebut, saya biasanya dijadikan referensi atau pihak yang bekerja sama dengan mereka untuk mengungkap kasus," tutur Ruby.

Ruby kemudian lebih selektif memilih kasus, memprioritaskan kasus yang sulit diungkap atau sudah ditangani orang lain tapi mereka menyerah. Sebab, selain tantangannya lebih tinggi, reward atau bayarannya juga otomatis lebih tinggi. "Nah, di situlah selain kita sudah membuat citra yang baik, juga bisa meng-create profile kita cukup tinggi dari sisi professional fee yang bisa kita tagih, karena pengalaman kita banyak, dan kita bisa menangani kasus apa pun dan bisa diselesaikan."

Video Ariel-Luna Paling Mengesankan

Ruby Alamsyah bercerita, kesuksesannya menjadi Analis Digital Forensik bukan saja disebabkan passion atau hobi di bidang Teknologi Informatika, juga karena hobinya saat masih kecil gemar membaca novel detektif dan kasus berkesan. "Jadi begitu terjun ke dunia forensik, bisa bantu sebuah kasus menjadi terang benderang, jelas dan ternyata pekerjaan forensik ini kan enggak hanya investigasi dan mengungkap kasus, tapi juga bisa menjadi saksi ahli di pengadilan."

Dari sekian banyak kasus yang berhasil diungkap, Ruby mengaku cukup banyak yang berkesan. Tapi satu yang paling mengesankan adalah pengungkapan kasus video Ariel-Luna Maya. Saat itu Ruby menggunakan metode yang ia siapkan. Mulai dari mencari siapa saja yang mengunggah ke internet hingga mencari orang yang mengambil video itu dari harddisk laptop milik Ariel.

"Itu berkesannya karena saat itu banyak pengamat IT maupun pihak-pihak yang menganalisa kasus tersebut, bahwa sangat sulit mengungkap siapa saja yang pernah meng-upload sampai pertama kali melakukan hal itu," tutur Ruby.

Pernyataan pengamat dan ahli IT yang seperti itu justru membuat Ruby menjadi tertantang. Ia memegang pronsip bahwa sangat sulit diungkap bukan berarti tidak bisa. "Sangat sulit bukan berarti tidak mungkin. Tinggal bagaimana kita teliti dan fokus untuk dapat mengungkap kasus tersebut."

Ruby AlamsyahRuby Alamsyah dan keluarga. (Foto: Tagar/Facebook/Desy Ruby Alamsyah)

Kasus-kasus lain yang mengesankan Ruby adalah kasus-kasus sulit termasuk kasus dalam korporasi, misalnya kasus fraud yang tidak bisa ditangani pihak perusahaan. "Ada ratusan staf auditor tapi tidak berhasil mengungkap siapa yang membobol sistem mereka, setelah saya masuk dan mengungkap, nah apresiasinya sangat tinggi."

Akhirnya, kata Ruby, perusahaan tersebut mendirikan laboratorium forensik, membentuk tim forensik sendiri.

Kasus Pembobolan Data Tokopedia

Mengenai kasus pembobolan data perusahaan e-commerce Tokopedia, Ruby mengatakan dirinya belum diminta untuk menanganinya. Tapi dia sudah menganalisis kasus tersebut melalui data yang bocor di internet. Pengungkapan hal itu disebutnya cukup mudah.

"Data itu sudah bisa dianalisa secara langsung, alias dari data yang bocor itu cukup banyak bisa dianalisa parameter-parameter apa yang bersinggungan, dan kenapa hal itu bisa terjadi, kapan itu terjadi, dan lain-lain, itu bisa kelihatan," tutur Ruby.

Ruby menganalogikan analisisnya sama seperti dokter, yang saat ini bisa mendiagnosis penyakit pasien melalui sistem online, baik itu melalui telepon maupun aplikasi lain. Hal seperti ini bisa dilakukan oleh dokter tentunya bukan dokter junior atau baru-baru, tapi dokter spesialis dengan jam terbang tinggi. Dokter bisa mendiagnosis pasien dari jarak jauh, dengan cara interview, melihat data laboratorium, dan lain-lain.

Tentang bocornya data Tokopedia, Ruby seperti dokter melihat laporan lab, tinggal cara membacanya saja. "Makanya kita bisa tuh. Kan mestinya kita enggak bisa menangani sebuah kasus kalau kasusnya kita enggak bisa akses kan. Misalnya kayak di korporasi atau bank ada pembobolan, mau enggak mau harus masuk ke sistem mereka untuk forensik dan melihat-lihat. Tapi kalau yang ini kan enggak nih. Karena sudah beredar di internet dan datanya cukup."

Menurut Ruby, data yang beredar itu adalah raw data, yakni data mentah yang dihasilkan menggunakan sebuah sistem atau aplikasi tertentu. Dengan data itu bisa dianalisis banyak hal. Mulai dari kapan data itu bocor pertama kali, kapan pertama diakses oleh pelaku, kategori data, seberapa banyak atau berapa persen dari total pelanggan Tokopedia yang sudah bocor, serta server mereka yang sudah bobol.

Bisa juga mempelajari karakteristik-karakteristik sumber kejahatan lainnya, kata Ruby. "Banyak sih, cuma dari data itu saja. Bayangkan kalau kita ditambah dengan mengakses sistem mereka secara langsung." []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Pedagang Hewan Kurban Tak Terpengaruh Pandemi
Tumpukan rumput menggunung di depan sebuah rumah di kawasan Jombor, Kabupaten Sleman, tepatnya di Jalan Amarta Raya. Aroma khas kambing menguar.
Kawasan Penjualan Buku Legendaris di Yogyakarta
Pokoknya lengkap, mau cari buku kisah nabi, ada. Cari TTS teka teki silang, ada, komik lawas ada. Kawasan penjualan buku legendaris di Yogyakarta.
Rapid Test di Bantaeng Tak Seseram Isu Mahal di Medsos
Pengalaman mudik Tasmawati warga Bantaeng, cukup bayar Rp 25.000 untuk rapid test, bukan ratusan hingga nyaris sejuta seperti isu di media sosial.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.