Rizal Ramli Disarankan Ikut Partai Jika Ingin Capres

Rizal Ramli kembali menjadi buah bibir usai menjawab tantangan Menteri Luhut berdebat. Pengamat menilai Rizal Ramli masih layak jadi capres.
Rizal Ramli saat mengisi Seminar Nasional ‘Integritas Politik Mahasiswa di Tengah Badai Politik Rente’ di kampus Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Jawa Tengah, Jumat (15/3). (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Jakarta - Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin menyebut ekonom Rizal Ramli masih berpeluang besar menjadi calon presiden (capres) pada pemilihan umum (pemilu) 2024. Salah satu syaratnya, kata Ujang, Rizal harus bergabung dalam partai besar.  

"Semua partai cocok, tapi Rizal Ramli harus masuk partai besar. Kalau masuk partai kecil, namanya juga akan tenggelam," kata Direktur Indonesia Political Review ini saat dihubungi Tagar, Jakarta, Minggu, 14 Juni 2020.

Ujang berpendapat mantan menteri koordinator bidang kemaritiman ini masih berkesempatan memutuskan masuk partai sebelum melangkah ke bursa capres. Rizal cukup meningkatkan popularitasnya dan elektabilitasnya untuk dilirik partai.

Baca juga:

Dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 22 Tahun 2018, pasangan calon presiden dan wakilnya diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang memenuhi persyaratan. Jadi, kata Ujang, tokoh sehebat apapun tak akan bisa menjadi capres tanpa diusulkan oleh partai.  

"Nah, untuk bisa dilirik partai, maka Rizal Ramli harus tinggi nilainya. Khususnya terkait popularitas dan elektabilitasnya di mata rakyat," ujar dia.
 
Belakangan Rizal Ramli kembali menjadi buah bibir di lini masa media sosial. Manuvernya menjawab tantangan debat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan soal kebijakan ekonomi Pemerintahan Jokowi ramai dibicarakan publik.

Lulusan ekonomi Universitas Boston Amerika Serikat ini juga pernah menjadi sorotan publik sesaat setelah menyatakan diri sebagai capres pada 2018. Ketika itu, ia berjanji menangkap seratus orang brengsek Indonesia pada hari pertamanya menjabat di Istana.

Tapi cita-cita Rizal belum berbuah pada Pemilihan Presiden 2019. Ujang mengatakan, partai politik menghindari tokoh dengan tingkat popularitas dan elektabilitas yang rendah.

"Partai-partai akan lari dan mencari figur lain yang popularitas dan elektabilitasnya tinggi," tuturnya.

Meski demikian, Ujang menilai Rizal masih layak mengadu nasib di bursa capres 2024. Menteri Keuangan di era Presiden Abdurahman Wahid ini memiliki segudang pengalaman untuk berkontribusi memajukan Indonesia.

"Sangat layak untuk menjadi capres. Pengalamannya di pemerintahan sudah cukup untuk bisa berbuat untuk memperbaiki bangsa," katanya.

Sangat layak untuk menjadi capres. Pengalamannya di pemerintahan sudah cukup untuk bisa berbuat untuk memperbaiki bangsa

Pada 7 Juni 2020, lembaga survei Indikator Politik Indonesia merilis tingkat elektabilitas calon presiden. Namun nama Rizal tak masuk dalam 14 nama kandidat yang ditanyakan Indikator kepada responden.    

Dalam survei itu, tingkat keterpilihan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjadi presiden Indonesia meroket saat pandemi Covid-19. Menurut Indikator, elektabilitas Ridwan Kamil naik dari 3,8 persen pada bulan Februari 2020 menjadi 7,7 persen tiga bulan kemudian.

Dalam klasemen elektabilitas calon presiden, Ridwan Kamil bertengger di urutan keempat. Gubernur yang memiliki 12 juta pengikut di Instagram ini berada di bawah Gubernur Jakarta Anies Baswedan.

Meski Anies lebih unggul, namun elektabilitasnya menurun saat pandemi. Tingkat keterpilihannya anjlok dua persen dari Februari hingga Mei 2020.  

Tapi dalam survei Indikator, Anies harus rela disalip Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Elektabilitas Ganjar pada bulan Februari lebih rendah dibandingkan Anies namun politisi berambut putih ini mampu membalikkan keadaan pada bulan Mei 2020. Ganjar unggul tipis 1,4 persen.

Sementara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memuncaki peringkat elektabilitas. Hanya saja, tingkat keterpilihannya menurun drastis dari 22,2 persen pada Februari menjadi 14,1 persen pada bulan Mei 2020. []

Berita terkait
Elektabilitas Ridwan Kamil Meroket Saat Pandemi
Saat pandemi Covid-19, elektabilitas capres Prabowo dan Anies Baswedan menurun. Sebaliknya, Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil menanjak.
Din Syamsuddin Minta Presiden Jokowi Hentikan RUU HIP
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin meminta kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi hentikan RUU HIP.
Mayoritas Pemilih Prabowo Puas dengan Kinerja Jokowi
Menurut survei, warga tidak lantas menyalahkan pemerintah terkait dampak ekonomi selama pandemi. Pendukung Prabowo pun puas dengan kerja Jokowi.
0
LaNyalla Minta Pemerintah Serius Berantas Pungli
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, meminta pemerintah serius memberantas pungutan liar (pungli). Simak ulasannya berikut ini.