Bogor- Tingkat keterpilihan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjadi presiden Indonesia meroket saat pandemi Covid-19. Menurut lembaga survei Indikator Politik Indonesia, elektabilitas Ridwan Kamil naik dari 3,8 persen pada bulan Februari 2020 menjadi 7,7 persen tiga bulan kemudian.
"Ridwan Kami naik cukup tajam," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi ketika merilis survei Persepsi Publik terhadap Penanganan Covid-19, Jakarta, Minggu, 7 Juni 2020.
Dalam klasemen elektabilitas calon presiden, Ridwan Kamil bertengger di urutan keempat. Gubernur yang memiliki 12 juta pengikut di Instagram ini berada di bawah Gubernur Jakarta Anies Baswedan.
Meski Anies lebih unggul, namun elektabilitasnya menurun saat pandemi. Tingkat keterpilihannya anjlok dua persen dari Februari hingga Mei 2020.
"Anies turun sedikit," ujarnya.
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Jakarta, Ujang Komarudin menilai Anies ingin menjadi presiden. Salah satunya tercermin dari tindak tanduk Anies yang kerap tampil di muka publik lebih cepat dibandingkan pemerintah pusat dalam menangani Covid-19.
"Dan tentu hal tersebut sudah menyinggung wibawa pemerintah pusat. Sebagai gubernur tentu Anies punya keinginan ke arah sana. Ingin berkantor di Istana," kata Ujang ketika dihubungi Tagar di Jakarta, Jumat, 15 Mei 2020.
Baca juga:
- Pengamat: Anies Baswedan Ingin Berkantor di Istana
- Mayoritas Pemilih Prabowo Puas dengan Kinerja Jokowi
Tapi dalam survei Indikator, Anies harus rela disalip Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Elektabilitas Ganjar pada bulan Februari lebih rendah dibandingkan Anies namun politisi berambut putih ini mampu membalikkan keadaan pada bulan Mei 2020. Ganjar unggul tipis 1,4 persen.
Sementara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memuncaki peringkat elektabilitas. Hanya saja, tingkat keterpilihannya menurun drastis dari 22,2 persen pada Februari menjadi 14,1 persen pada bulan Mei 2020.
Menurut Burhanuddin, kenaikan paling tajam terjadi pada jumlah warga yang belum memilih calon presiden. Jumlah mereka meningkat 13 persen selama pandemi.
"Artinya masyarakat wait and see, pengen melihat siapa nama-nama yang muncul termasuk kepala daerah, apakah meyakinkan kinerjanya? Karena Pak Jokowi tak bisa maju lagi di 2024," ucapnya.
Masyarakat wait and see, pengen melihat siapa nama-nama yang muncul termasuk kepala daerah, apakah meyakinkan kinerjanya?
Burhanuddin mengatakan, survei ini dilakukan secara nasional pada 16 sampai 18 Mei 2020. Indikator menelpon 1.200 responden yang dipilih acak sebagai sampel.
"Survei menggunakan kontak telepon kepada responden adalah cara yang paling mungkin dilakukan saat pandemi," ujarnya.
Ia mengatakan, Indikator pernah mewawancarai secara tatap muka 206.983 responden yang terdistribusi secara acak di seluruh Indonesia dua tahun terakhir. Secara rata-rata, sekitar 70 persen di antaranya memiliki nomor telepon dan jumlah sampel yang dipilih secara acak untuk ditelpon sebanyak 5.408 data pada Mei tahun ini.
"Tapi yang berhasil diwawancarai dalam durasi survei yaitu sebanyak 1.200 responden," katanya.
Indikator mengklaim survei pada bulan Mei 2020 ini memiliki toleransi kesalahan sekitar 2,9 persen. Sementara tingkat kepercayaannya mencapai 95 persen.
Pada bagian pilihan politik, responden ditanya: jika pemilihan presiden diadakan sekarang, siapa yang akan Ibu/Bapak pilih sebagai presiden di antara nama-nama berikut ini? Salah satu temuan dari wawancara ini: elektabilitas Ridwan Kamil meninggi.[]