Riani, Anak Buruh Sawit Makassar Lulus dengan IPK 3,99

Riani, mahasiswi yang berhasil lulus kuliah menggapai predikat cum laude dengan IPK 3,99. Putri buruh sawit di Makassar ini akan kuliah di Jepang.
Riani Rahmawati saat mendapatkan penghargaan dari kampus tempatnya menimbah ilmu di Makassar, 17 Oktober 2019. (foto: Tagar/Aan Febriansyah).

Makassar - Sebanyak 556 mahasiswa silih berganti mengisi kursi kosong di gedung Balai Sidang Universitas Bosowa, Makassar pada 17 Oktober 2019 lalu. Salah satu yang duduk di sini adalah Riani Rahmawati. Dia merupakan, putri buruh sawit yang mencatatkan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) tertinggi, lulus dengan predikat cum laude.

Hari itu dia mengenakan pakaian khas wisuda, lengkap dengan toga di kepalanya. Tepat pukul 08.30 Wita, prosesi pemanggilan ratusan mahasiswa yang lulus dari Universitas Bosowa dimulai. Mereka mengikuti prosesi pemindahan tali toga sebagai tanda berhasil menyabet predikat sarjana. 

Tetapi sebelum kegiatan itu terlaksana, pembawa acara terlebih dahulu memanggil mahasiswa dan mahasiswi yang berhasil lulus dengan predikat terbaik. “Riani Rahmawati, Fakultas Sastra dengan IPK 3,99 menjadi lulusan terbaik universitas,” kata pembawa acara itu. 

Ibu membiayai kuliah hingga selesai, meskipun hanya bekerja sebagai seorang buruh di perusahaan kelapa sawit.

Dari kursi yang berada di belakang, dengan raut bahagia Riani melangkah perlahan menuju panggung utama. Setiba di sana, dia menunjukkan tatapan haru, sesekali menyeka air matanya yang menetes di pipi. Perempuan berusia 22 tahun ini benar-benar tidak menduga menjadi sorotan utama pagi itu.

“Saya tidak menyangka akan menjadi lulusan terbaik tingkat universitas, meski IPK saya 3,99 tapi saya sempat berpikir sempat ada mahasiswa lain yang IPK-nya bisa mencapai angka sempurna 4,00,” kata dia yang yang hari itu mengenakan jilbab pink saat mengikuti prosesi wisuda.

Perempuan yang tinggal dan besar di Indramayu, Jawa Barat itu menuturkan, hal ini akan dijadikan kado spesial kepada ibunya, Rahmawati, yang sudah berjerih payah membiayai pendidikannya hingga menjadi seorang sarjana.

“Ibu yang telah begitu berjasa membiayai saya kuliah hingga selesai, meskipun ibu hanya bekerja sebagai seorang buruh di perusahaan kelapa sawit dengan pendapatan yang tidak seberapa,” ujar wanita yang lahir di Rantepao, Toraja itu seraya menitikkan air mata.

Dia menambahkan, predikat terbaik yang dia raih juga dipersembahkan kepada mendiang ayahnya yang sudah tutup usia sejak 2009 lalu. 

“Andai beliau ada pasti sangat senang sekali. Saya juga kuliah dan mengambil jurusan sastra Inggris karena dulu sering membaca buku-buku yang dibawa ayah ketika pulang dari berlayar,” kenangnya.

Bagi dia, mendapat IPK tinggi adalah suatu kebanggaan yang harus diketahui ibundanya. Ke depan, Riani berjanji bakal mempertahankan prestasi membanggakan ini.

“Apalagi jika saya memberi tahu ibu, saya dapat nilai A, pasti ibu akan jawab terima kasih. Kata itu pasti membuat saya terharu, sehingga membuat saya terus berprestasi sampai saat ini,” kata dia dengan mata berkaca-kaca.

Nekat Kuliah di Makassar

Riani MakassarRiani bersama ibunya, Rahmawati, usai pelaksanaan wisuda di Makassar, 17 Oktober 2019. (foto: Tagar/Aan Febriansyah).

Meski lahir di Rantepao, Sulawesi Selatan, Riani sempat dibawa oleh orangtuanya untuk ikut merantau dan menetap di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. 

Di sana dia menyelesaikan pendidikan hingga jenjang sekolah menengah atas di salah satu SMK di Indramayu. Setelah lulus, Riani membidik untuk masuk ke salah satu Fakultas di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung

Biaya kuliah kampus swasta di Jawa Barat sangat mahal, sempat juga pusing saat melihat biaya kuliah.

Namun, dewi fortuna belum berpihak padanya saat itu. Riani kalah bersaing dengan ribuan pendaftar lain dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). 

Gagal masuk Unpad, Riani tidak patah arang. Dia sempat mencari kampus lain di wilayah Jawa Barat, demi meraih cita-cita menjadi sarjana jurusan sastra Inggris. Namun sangat disayangkan, faktor ekonomi keluarga membuatnya harus gigit jari. 

“Biaya kuliah kampus swasta di Jawa Barat sangat mahal, sempat juga pusing saat melihat biaya kuliahnya. Namun, ibu menyarankan untuk memilih kampus yang berada di Sulawesi Selatan,” kata dia.

Setelah mendengarkan nasihat dari ibunda, Riani mulai mencari dan berselancar di dunia maya. Saat itu dia melihat ada banyak pilihan universitas swasta di Makassar, hingga pada akhirnya dia menetapkan hati untuk masuk Universitas Bosowa.

“Saya melihat kampus ini memiliki jaringan yang besar di Sulawesi Selatan, semua jenis usaha ada dimiliki jaringan kampus ini, akhirnya saya memutuskan untuk kuliah di sana. Setelah dapat info, saya langsung menyiapkan pakaian yang akan saya bawa,” kata Riani dengan nada semangat.

Keputusan untuk kuliah di Tanah Sulawesi menjadi tantangan tersendiri bagi dia. Meski ibunya berasal dari Sulawesi Selatan, namun saat itu adalah kali pertama Riani menginjak Makassar. 

Sebab, di sana ia tidak memiliki jaringan komunikasi sama sekali, apalagi sanak famili, sehingga Riani harus betul-betul tangguh sebagai single fighter. Keinginannya hanya satu, yakni menjadi seorang sarjana dari fakultas sastra.

Setiba di Makassar, kesan Riani untuk kota Daeng -sebutan Kota Makassar- tidak jauh berbeda dengan Ibu Kota DKI Jakarta. Makassar bagi dia bercuaca panas, lalu lintasnya macet, dan banyak sekali orang yang ugal-ugalan saat berkendara.

Aktif Sebagai Pengurus BEM Fakultas

Riani MakassarRiani melakukan swa foto disela kegiatan wisuda di Makassar pada 17 Oktober 2019. (foto: Tagar/Aan Febriansyah).

Selama menjalani studi di sana, perempuan dengan senyum manis ini tidak sekadar menjadi "kupu-kupu", julukan bagi pelajar yang kerjaannya hanya kuliah pulang.

Tetapi, dia memanfaatkan betul semasa di bangku perguruan tinggi dapat aktif dalam berorganisasi. Tercatat, Riani sempat menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di kampus itu.

Kalau saya bisa menjadi yang terbaik, saya berharap juga bisa mengangkat derajat kuluarga di mata orang lain

“Selain itu juga menjadi Sekretaris Ikatan Mahasiswa Sastra dan Bahasa se-Indonesia wilayah V Sulsel,” ujarnya.

Dia beranggapan, kalau hanya sekadar kuliah saja, tanpa aktif berorganisasi, ditakutkan nantinya bakal menyesal di kemudian hari. Menurut Riani, dengan aktif berorganisasi, dirinya dapat memperbanyak relasi di kampus dan memperluas jaringan di luar tempatnya menimba ilmu.

Meski sangat aktif berorganisasi, apabila ada jadwal kuliah dan organisasi yang bertabrakan, maka dia bakal memprioritaskan studi. Baru setelah itu dia bisa mencuri waktu untuk menyukseskan kegiatan berorganisasi.

“Ada beberapa kali jadwal bentrok antara kuliah dan kegiatan organisasi. Di situlah saya belajar manajemen waktu yang baik. Kalau hal seperti itu sudah bisa kendalikan, ke depannya bisa menjadi pelajaran, dan bisa saja dimanfaatkan saat bekerja nantinya,” ucapnya.

Setelah menjadi sarjana, dia siap menjawab tantangan ke depan. Yang terpenting, bagi Riani, adalah membanggakan ibunya, hanya itu hal tebersit di pikirannya. 

“Kalau saya bisa menjadi yang terbaik, saya berharap juga bisa mengangkat derajat kuluarga di mata orang lain,” ujarnya.

Suka Anime dan Ingin Keliling Dunia

Selama tinggal di Makassar, Riani telah mencicip banyak makanan. Mulai dari kuliner tradisional hingga makanan siap saji. 

Namun, dari semua menu lezat yang ada di sana, coto menjadi makanan yang selalu membekas dalam ingatannya. 

Di setiap ada kesempatan, Riani bakal menyantap coto sebagai makanan untuk malam hari.

Kepada Tagar, Riani mengungkapkan keinginan terbesar. Apabila suatu saat nanti sudah sukses, dia ingin berkeliling dunia. Terutama dia ingin mengunjungi Inggris, karena faktor bidang pendidikan yang ia tempa. Kemudian, dia juga bermimpi untuk mengunjungi negeri Sakura Jepang.

“Saya selain membaca buku, juga suka membaca buku anime dengan berbagai genre,” ujar perempuan yang sangat menyukai kartun One piece, Naruto, Bleach, dan Tokyo Ghoul ini.

Hadiah Kuliah di Luar Negeri

Riani MakassarRiani bersama ibunya Rahmawati usai pelaksanaan wisuda di Makassar, 17 Oktober 2019 lalu. (foto: Tagar/Aan Febriansyah).

Sementara itu, Rahmawati, ibu dari Riani yang mendampingi putrinya selama prosesi wisuda mengakui bahwa dirinya tak menyangka begitu mengetahui anaknya bisa menjadi lulusan terbaik tingkat universitas. 

“Kaget saya, karena tidak diberitahu Riani kalau jadi yang terbaik tingkat universitas,” ujarnya.

Saya memilih negara Jepang untuk melanjutkan kuliah S2.

Dia selama ini mengenal putrinya sebagai sosok yang rajin dan tekun saat belajar. Tak terpikir olehnya, sang putri bisa menjadi mahasiswa terbaik yang diwisuda.

“Anaknya baik, selalu nurut apa yang pesankan sama ibu. Harapannya setelah ini Riani bisa menjadi pribadi yang sukses,” ucapnya tersenyum semringah.

Atas prestasinya, Riani dijanjikan mendapat beasiswa lanjut studi dari Yayasan Aksa Mahmud di kampus impiannya.

“Dari dulu saya ingin sekali ikut pertukaran pemuda ke luar negeri, baik itu dalam bentuk beasiswa maupun sebagai perwakilan kampus. Alhamdulillah sekarang diberikan jalan, saya memilih negara Jepang untuk melanjutkan kuliah S2,” kata Riani di Makassar. []

Berita terkait
Boneka Hapus Air Mata Amelia dari Trauma Wamena
Diberikan boneka, Amelia merasa bahagia, bisa menghapus air mata. Dia merupakan pengungsi dari Wamena, Papua yang pindah ke Sulawesi.
Bolang Makassar YouTuber Pencerita Percintaan Anak Muda
Bolang Makassar menjadi salah satu YouTuber terkenal di Pulau Sulawesi. Konten yang dibuat menceritakan percintaan anak muda.
Hartini Membawa Parang Saat Kerusuhan di Wamena Papua
Nasib salah satu pengungsi asal Wamena, Papua yang dilarikan ke Makassar, hingga saat ini masih trauma. Kini dia berniat ke Pulau Kalimantan.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.