Jakarta - Merencanakan pelesiran pada tahun 2020 tetapi masih terganjal informasi iklim di lokasi liburan? Wajar, cuaca saat ini tak menentu. Namun tak perlu khawatir, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah meluncurkan perkiraan cuaca sepanjang tahun 2020.
Dari mulai Januari sampai Maret masih tinggi (hujan) terutama untuk beberapa wilayah.
Kabid Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan, di awal tahun mendatang curah hujan akan tinggi. Januari hingga Maret intensitas hujan deras akan mengiasi hari-hari di sejumlah kota di Indonesia.
"Dari mulai Januari sampai Maret masih tinggi terutama untuk beberapa wilayah seperti di bagian selatan pulau Sumatera, pulau Jawa hingga NTT, Kalimantan bagian Tengah, Sulawesi dan Papua," kata Hary kepada Tagar, Selasa, 31 Desember 2019.
Selanjutnya, memasuki pertengahan tahun, berdasarkan data dari prakiraan hujan pada bulan April hingga Juni masih sama. Sedangkan, memasuki bulan Juli hingga Desember, lanjut Harry, curah hujan diramalkan rendah.
"Diperkirakan berkisar pada kategori rendah hingga menengah khususnya di Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Merauke," ucap dia.
Berdasarkan data dari BMKG, pada tahun 2019, sebanyak 83.9 % awal musim hujan (AWH) tahun 2019 terlambat di beberapa daerah seperti di Sumsel, Lampung, barat Banten, DKI, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTB, NTT, Pulau Sumba, sebagian Sulawesi Selatan, Gorontalo dan Papua.
Sedangkan, jika merefleksi sepanjang tahun 2019, berdasarkan data BMKG, iklim tahun 2019 ditandai oleh musim kemarau yang lebih panjang dan kering dibanding musim kemarau tahun 2018 dan musim kemarau, rata-rata normalnya (1981-2010).
"BMKG sudah dengan baik merilis awal musim kemarau dan potensi kekeringan tahun 2019 yang dapat berdampak pada beberapa sektor, terkait sehingga diperlukan peningkatan sinergitas multi pihak dalam mengantisipasi dampak musim kemarau," tuturnya.
Hary mengatakan, ke depannya untuk meminimalkan dampak musim kemarau maka diperlukan untuk memaksimalkan kapasitas waduk, embung kolam retensi dan sistem folder untuk penyimpanan cadangan air pada puncak musim hujan yang biasa terjadi pada bulan februari maret hingga peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau April hingga Mei.
Selain itu, menurutnya perlu juga pemanfaatan teknologi modifikasi cuaca lebih awal untuk meningkatkan kebasahan lantai lahan gambut dan mengisi waduk dengan memperhatikan informasi cuaca dan iklim yang dikeluarkan BMKG. []
Baca juga: