Refly Harun Buka Suara Soal Nama di Konvensi Capres NasDem

Mantan Komisaris Pelindo Refly Harun buka suara terkait nama-nama dalam konvensi calon presiden Partai NasDem yang akan diusung di Pilpres 2024.
Mantan Komisaris Pelindo Refly Harun. (Foto: Tagar/ Instagram/reflyharun)

Jakarta - Mantan Komisaris Pelindo Refly Harun buka suara terkait nama-nama dalam konvensi calon presiden (capres) Partai NasDem, di antaranya, adalah Anies Baswedan, Ridwan Kamil, dan Khofifah Indar Parawansa.

Dalam hal ini Refly memprediksi konvensi tersebut terjadi di bulan Oktober dan berkaca dari timeline pemilihan presiden periode 2019 lalu. 

Ia mengatakan jika konvensi dilakukan pada bulan Januari, waktu untuk sosialisasi capres NasDem akan terlambat, dan ia menyebut bahwa waktu yang paling masuk akal adalah akhir 2022. 

Refly mengatakan Anies akan mengakhiri masa jabatannya pada Oktober 2022, menurutnya, ketika Anies masuk ke konvensi capres Partai Nasdem merupakan berkah yang terselubung.


Mendapatkan putra terbaik untuk memimpin Indonesia itu adalah sebagian dari tanggung jawab kami dalam bekerja ketika kami membentuk partai politik.


Ia juga membandingkan konvensi capres Partai Nasdem dengan Partai Demokrat, yang menurutnya konvensi capres yang dilakukan Demokrat tidak ada gunanya.

Sementara itu, politisi Partai NasDem Irma Suryani Chaniago menjelaskan skenario sebenarnya untuk konvensi capres Partai NasDem bahwa konvensi akan didahului dengan adanya koalisi partai politik. 

“Hal ini untuk membedakan konvensi NasDem dengan konvensi-konvensi dari partai politik yang sebelumnya seperti Golkar maupun Demokrat,” ujar Irma Suryani, saat diwawancarai Tagar TV, Kamis, 17 Juni 2021, yang dilihat Jumat, 18 Juni 2021.

Seperti konvensi yang dilakukan oleh partai-partai sebelumnya, kata Irma, mereka lupa bahwa hasil dari konvensi bisa tidak dicalonkan kalau koalisi partai tidak terlebih dahulu, karena kurangnya elektabilitas yang membuat tidak bisa mendukung calon untuk mengikuti pilpres. 

“Nah berkaca dari situasi tersebut yang kemudian partai NasDem melakukan koalisi dulu, konsolidasi Parpol dulu setelah itu baru kita melakukan konvensi,” ujarnya.

Irma mengatakan partai Nasdem menegaskan bahwa partainya lebih melakukan konsolidasi terhadap partai politik terlebih dahulu daripada langsung melakukan konvensi. 

Ia juga menyampaikan bahwa Partai NasDem telah memiliki sembilan persen dan membutuhkan sebelas atau dua belas persen lagi mengejar target kursi kosong untuk mendukung capres ataupun cawapres. 

“Artinya tentu kita harus melakukan koalisi dengan partai-partai lain untuk bisa mengusung satu calon,” ujarnya.

Saat ini partai NasDem, lanjut Irma, masih melakukan pendalaman dan konsolidasi yang lebih intens hingga nantinya jika sudah ditemukan kesepakatan dari koalisi, akan disampaikan kepada publik nama yang akan dicalonkan. 

Dari ketiga nama tersebut, kata Irma, yaitu Anies, Ridwan Kamil, dan Khofifah untuk saat ini NasDem masih belum memutuskan siapa yang akan di calonkan nanti. 

"Kami memiliki tagline play to win yaitu main dan menang, sehingga yang kami kedepankan adalah elektabilitas dari calon tersebut sehingga kesuksesannya bisa diukur,” ucapnya.

Ia juga mengatakan bahwa dalam konvensi dilihat dari sudut wawasan kebangsaannya, visi dan misi, serta komitmen terhadap bangsa dan negara dari calon yang ingin di nominasikan pada Pilpres 2024.

“Mendapatkan putra terbaik untuk memimpin Indonesia itu adalah sebagian dari tanggung jawab kami dalam bekerja ketika kami membentuk partai politik. Siapapun yang memiliki potensi pasti akan kita dukung,” ujarnya.

Partai NasDem, kata Irma, sangat memperhatikan tingkat pemilih yang akan didominasi oleh para kaum milenial, maka dari itu tidak menutup kemungkinan NasDem tertarik pada tokoh-tokoh muda, seperti Erick Thohir, dan Sandiaga Uno. []

(Selfiana)

Berita terkait
Peluang jadi Presiden 2024 via Konvensi Capres Partai Nasdem
Sekjen DPP Partai NasDem Johnny G Plate mengusung konsep penjaringan calon presiden lewat konvensi partainya.
Alasan Golkar, PKB dan NasDem Berbalik Arah soal RUU Pemilu
Keputusan mundurnya tiga parpol ini dilakukan setelah Presiden Jokowi menolak usulan RUU Pemilu.
NasDem Putar Haluan Tak Mendukung Revisi UU Pemilu
Fraksi NasDem menarik dukungan terhadap revisi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.