Lhokseumawe – Penanganan virus corona atau Covid-19 di Provinsi Aceh diminta harus dilakukan evaluasi kembali dan recofusing anggaran yang digunakan untuk menangani pandemi itu juga dinilai belum berdampak.
Pengamat Kebijakan Publik Aceh, Nasrul Zaman mengatakan, Pemerintah Aceh saat sekarang ini hanya melakukan recofusing anggaran saja, tapi tidak membangun perencanaan untuk apa anggaran tersebut diperuntukkan.
“Ini yang dari dulu kita minta, anggaran ini akan digunakan untuk apa, mana agendanya dan mana master plannya. Nyatanya itu semua tidak ada dan ini yang kita sesalkan, seharusnya tidak seperti itu,” ujar Nasrul Zaman, Jumat, 7 Agustus 2020.
Nasrul menambahkan, maka apabila Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Aceh terancam berhenti melakukan pemeriksaan spesimen Covid-19, maka merupakan salah bentuk kelemahan Pemerintah Aceh.
Ini yang dari dulu kita minta, anggaran ini akan digunakan untuk apa, mana agendanya dan mana master plannya.
Apabila misalkan nantinya Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Aceh sampai tutup, maka merupakan sesuatu hal yang sangat menyedihkan dan dulunya saat memulai kerjasama dengan bangganya.
Baca juga: Tes Swap Pasien Corona Sudah Bisa di Aceh
“Dulu saat kerjasama pertama Gubernur Aceh dengan bangganya dan memotong pita lagi saat peresmiannya. Sekarang malah dibunuhnya, anggaran refocusing yang sebesar Rp 1.7 triliun sebagian pasti bisa digunakan untuk membantu litbangkes Aceh,” tutur Nasrul.
Tambahnya, bukan hanya itu saja, kalau seandainya Litbangkes Aceh tutup maka sangat mempermalukan Aceh di mata nasional dan pastinya akan mengganggu kinerja pemerintah Aceh dalam penanganan Covid-19.
“Kalau laboratorium itu tutup, maka pastinya akan sangat menganggu kinerja Pemerintah Aceh dalam hal penanganan Covid-19, karena akan mengalami kesulitan untuk melakukan pemeriksaan,” kata Nasrul Zaman.[]