Reaksi Warganet di Instagram Mendikbud Nadiem Makarim

Unggahan Mendikbud Nadiem Makarim di Instagram saat mengunjungi SLB di Bantul, Yogyakarta, menuai reaksi dari warganet.
Postingan Mendikbud Nadiem Makarim di IG saat mengunjungi SLB di Bantul, Yogyakarta menuai reaksi dari warganet. (Foto: Istimewa)

Bantul - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengunggah video suara seorang siswa difabel yang sedang asik bernyanyi di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Bantul, Yogyakarta. Unggahan itu dilakukan saat Nadiem Makarim mengunjungi ke SLB tersebut pada Kamis 17 September 2020.

Dalam video yang diunggah lewat akun Instagram itu tampak seorang murid difabel sedang menyanyikan sebuah tembang berbahasa Jawa berjudul Bang Bang Wetan atau Bang Bang Wis Rahino.

Kemendikbud mendefininsikan, SLB adalah sekolah yang diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus (difabel) agar bisa mendapatkan layanan dasar yang bisa membantu mendapatkan akses pendidikan. Dengan jenis yang berbeda, berbeda pula strategi pembelajaran serta fasilitas yang dimiliki mulai dari SLB A (tunanetra) hingga SLB G (tuna ganda).

Namun unggahan tersebut memantik reaksi netizen, ada yang memprotes rencana Nadiem dengan program kerjanya. Sebagian besar protes dalam komen tersebut menyoal rencana evaluasi kembali terkait kurikulum 2013 dan membentuk kurikulum baru yang rencananya akan rilis pada Maret 2021 yang berisi penghapusan mata pelajaran sejarah bagi siswa SMA/SMA.

Walaupun SLB itu menangani anak-anak berkebutuhan khusus, tetapi pedagogi dan metodologi pembelajaran yang dilakukan di SLB bisa menjadi panutan atau sumber inspirasi pembelajaran.

Hanya saja, masih ada beberapa netizen yang fokus pada persoalan SLB dan kepedulian pemerintah bagi anak-anak difabel dan anak-anak berkebutuhan khusus termasuk anak-anak autis.

"Terimakasih pak nadiem sudah mengunjungi SLB kami...semoga pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus bisa lebih diperhatikan lagi," kata akun @yullie_astutie.

"Mas Menteri... nampaknya penyandang high function autism..di Indonesia perlu mulai diperhatikan juga.. krn pd dasarnya mereka mampu di sekolah reguler, hanya perlu dukungan yg sedikit berbeda. Tidak sedikit anak2 ini sebenarmya aset bangsa yg luar biasa..." tulis akun @caecilmoerti.

"Pak, mohon maaf sebutan "difabel netra" sekarang lebih lazim digunakan drpd "tuna" karena "tuna" artinya kekurangan,rusak/rugi. Terima kasih Pak," kata @kay_ainy.

Baca Juga:

Lalu untuk para warganet yang memprotes terkait penghapusan mata pelajaran juga tidak kalah banyak.

“Bapak Nadiem yang terhormat

Mohon kebijakannya bapak , isu penghapusan mata pelajaran sejarah gencar didengar saat ini. Bagaimana nasib kami mahasiswa mahasiswi yang terlanjur mengambil jurusan sejarah? Bagaimana nasib bapak ibu guru kami yang mengajar sejarah? Bukankah kata bung karno sejarah itu sangat penting sehingga kita jangan sekali kali melupakan sejarah. Jika hanya dijadikan peminatan saja itu berarti akan banyak pengangguran thd lulusan lulusan sejarah bapak,” tulis akun @widyaparawansa.

“Pak nadiem yang terhormat kalo mata pelajaran sejarah tidak di wajibkan dan banyak yang tidak berminat bagaimana generasi selanjutnya akan belajar menghargai perjuangan bangsanya? Asala usul bansa ini? Pelajaran hidup yang paling berharga adalah lewat sejarah, kalo sejarah tidak diwajibkan bagaimana ada semangat nasionalisme di dalam jiwa penerus bangsa kita?,” tulis akun @ezraart

”Selamat siang pak Nadiem, Saya Ezra Mahasiswa Akhir dari salah satu kampus di makassar yang sampe sekarang masih belum jelas dengan keadaan kampus saya. Saya mau bertanya pak apakah Akreditasi Kampus yg masa berlakunya sudah habis bisa melakukan Wisuda dan Penerimaan Mahasiswa baru. Karena sudah 2 tahun angkatn senior saya (2014) dan Angakatan saya pak (2015) belum wisuda. Saya mohon penindakan tegas pak bagi PTS yang masih bisa melakukan penerimaan mahasiswa baru tetapi Mahasiswa Akhir di tahan tahan nda belum tahu kejelasan. Terima Kasih Pak Mohon Bantuannya pak,” tulis akun @iffajar.

Baca Juga:

Sementara itu dalam tinjauannya, Nadiem menyampaikan bahwa target utama Kemendikbud adalah memberikan perhatian yang lebih serius kepada SLB. "Walaupun SLB itu menangani anak-anak berkebutuhan khusus, tetapi pedagogi dan metodologi pembelajaran yang dilakukan di SLB bisa menjadi panutan atau sumber inspirasi pembelajaran," ujar Nadiem.

Menurut Nadiem, pendekatan pembelajaran di SLB lebih personal, tersegmentasi, dan tidak seragam. Pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan minat, bakat, dan kompetensi dari murid-muridnya. []

Berita terkait
Beragam Upaya Kemendikbud Tuntaskan Buta Aksara
Berbagai upaya telah dan masih dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk menuntaskan buta aksara.
Kemendikbud Gandeng BPK dan KPK Pantau Subsidi Internet
Dalam program subsidi kuota internet, Kemendikbud menggandeng BPK dan KPK untuk cegah penyelewengan.
Webinar Mengawal Anggaran Kuota Rp 9 Triliun Kemendikbud
Webinar Mengawal Anggaran Kuota Rp 9 Triliun akan diselenggarakan pada Senin, 7 September 2020, pukul 14.30 - 17.00 WIB, dan terbuka untuk umum.