Samosir - Sebanyak 39 kepala keluarga petani ikan keramba jaring apung (KJA) Danau Toba di Kelurahan Siogung-ogung dan Desa Tanjung Bunga, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara menderita kerugian ratusan juta akibat usaha mereka diterpa musibah ikan mati mendadak.
Informasi dari Kepala Dinas Perikanan dan Pertanian Kabupaten Samosir Viktor Sitinjak mencatat informasi terbaru ada sekitar 100 ton.
"Sementara hasil pendataan baru terdata kurang lebih 100 ton dengan jumlah pemilik 39 KK. Solusi sementara ikan yang masih hidup di keramba digeser ke tengah danau yang airnya lebih dalam," kata Viktor kepada Tagar pada Jumat, 23 Oktober 2020.
Dia menyebut, lokasi KJA yang mati kebanyakan di Desa Siogung-ogung. Pihaknya tengah mengupayakan lokasi penguburan bangkai ikan di Huta Tinggi.
Saya alami kerugian sekitar Rp 80 juta. Masih ada tetangga saya menderita lebih parah, ikan dia mencapai 12 ton mati
"Ikan mati akibat angin kencang sehingga ada putaran air di bawah danau yang mengakibatkan air keruh naik ke atas menerjang ikan di keramba. Membuat ikan susah bernapas karena kekurangan oksigen," terangnya.
"Ini sedang mencari solusinya saat diangkut truk agar dilapisi plastik supaya air yang terbawa ikan busuk tidak tercecer di jalan dan tidak menimbulkan bau busuk," katanya.
Viktor mengatakan, upaya penyelamatan ikan yang masih hidup dilakukan penggeseran ke tengah danau yang airnya lebih dalam.
“Jadi bukan karena tercemar penyakit atau apa. Bukan karena memang airnya berputar, naik sendiri ke atas sehingga ikan tidak bisa bernapas. Jadi kalaupun berputar di bawah tidak sampai ke atas. Di bawah saja,” ujarnya.
Nialando Naibaho, salah seorang warga yang mengalami musibah itu, mengaku sangat terpukul akibat kerugian yang dideritanya.
"Saya alami kerugian sekitar Rp 80 juta. Masih ada tetangga saya menderita lebih parah, ikan dia mencapai 12 ton mati," ungkapnya.[] PEN