Raja-Ratu Kerajaan Belanda akan Kunjungi Yogyakarta

Raja dan Ratu Belanda akan mengunjungi Yogyakarta pada Maret 2020. Tertarik peran Yogyakarta atas Indonesia.
Perwakilan Pemerintah Kerajaan Belanda yang dipimpin Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Lambert Grijn saat bertemu Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X di Kepatihan Yogyakarta, Senin 20 Januari 2020. (Foto:Tagar/Ratih Keswara)

Yogyakarta - Kerajaan Belanda tertarik  atas peran Yogyakarta sebagai sebuah daerah yang cukup berpengaruh di Indonesia. Hal ini pula salah satu yang mempengaruhi rencana kerjasama Belanda dan Yogyakarta ke depan.

Duta Besar Belanda untuk Indonesia Lambert Grijn mengatakan ketertarikan Belanda terhadap Yogyakarta juga dikarenakan daerah dengan sebutan kota pendidikan ini telah menjadi pusat pengetahuan, sains, dan budaya di Indonesia. 

"Yogyakarta adalah daerah yang trendy, penuh dengan intelektual muda, dan terkenal karena inovasi dan budayanya," katanya usai bertemu dengan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta KGPAA Paku Alam X, Senin 20 Januari 2020.

Pertemuan Grijn dengan Pemerintah Daerah DIY kali ini juga sekaligus membicarakan tentang rencana kunjungan Raja Willem-Alexander dan Ratu Máxima Zorreguieta Cerruti dari Belanda ke Yogyakarta pada Maret 2020 mendatang. Kunjungan ini adalah yang pertama kalinya dilakukan Raja dan Ratu Belanda sejak 25 tahun yang lalu.

Grijn menjelaskan, dipilihnya Yogyakarta menjadi tujuan kunjungan karena Yogyakarta memiliki latar belakang budaya kerajaan yang sama dengan Belanda, serta memiliki sejarah yang istimewa. Selain itu, Yogyakarta dinilai memiliki paket komplit yang tidak dimiliki oleh daerah lain di Indonesia. “Inilah yang menurut kerajaan kami, Yogyakarta sangat istimewa,” katanya.

Yogyakarta adalah daerah yang trendy, penuh dengan intelektual muda, dan terkenal karena inovasi dan budayanya.

Grijn mengatakan, Raja dan Ratu Belanda dalam kunjungannya nanti akan berdiskusi dengan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X terkait hubungan kerjasama Belanda-Yogyakarta. Pasangan nomor satu di Belanda itu juga direncanakan mengunjungi UGM, sebagai ikon dan pusat ilmu pengetahuan dan teknologi di DIY.

“Elemen pendidikan adalah salah satu yang menjadi sorotan dalam kunjungan nanti. Selain itu, kami juga memiliki program yang kami dedikasikan untuk perkembangan budaya,” tutur Grijn.

KGPAA Paku Alam X mengatakan, sejarah hubungan Yogyakarta dan Belanda mengalami pasang surut, bahkan sejak masa sebelum kemerdekaan Indonesia. Kunjungan Raja dan Ratu Belanda ini diharapkan mampu meningkatkan hubungan kedua belah pihak lebih baik lagi.

“Meski memiliki hubungan pasang surut, bukan berarti tidak ada nilai positif yang bisa diambil dari sejarah hubungan ini. Salah satu sisi positifnya, diadopsinya beberapa kebudayaan Belanda seperti bangunan arsitektur dan bahasa,” katanya.

Paku Alam pun mengungkapkan, kemitraan yang terjalin kuat antara keduanya dikarenakan terhubung ikatan budaya dan sejarah. Oleh karena itu, ia berharap budaya, keindahan alam, dan keramahan DIY mampu memberikan energi postif tersendiri dalam upaya pengembangan kerjasama Yogyakarta dengan Kerajaan Belanda ke depannya. []

Baca Juga:

Berita terkait
Pengecoran Jalan di Yogyakarta Tak Sesuai Standar
Proyek pengecoran jalan yang didanai APBD DIY 2019 senilai Rp 2 miliar masih belum memenuhi standar teknis. Salah satunya pengerjaan di Bantul.
Sumbu Imajiner Keraton Bisa Gagalkan Tol Jogja-Solo
Sultan HB X minta desain tol Yogyakarta-Solo diubah karena ada sumbu imajiner Keraton Yogyakarta. Konsekuensinya lahan yang dibebaskan lebih luas.
Sultan Beri Iming-iming Turis Vietnam ke Yogyakarta
Sultan HB X memberi insentif bagi wisatawan Vietnam ke Yogyakarta. Langkah ini agar pariwisata Yogyakarta semakin dikenal mancanegara.
0
Menkeu AS dan Deputi PM Kanada Bahas Inflasi dan Efek Perang di Ukraina
Yellen bertemu dengan Freeland dan janjikan kerja sama berbagai hal mulai dari sanksi terhadap Rusia hingga peningkatan produksi energi