Pura-Pura Mati, Polres Sampang Periksa Warga Pontianak

warga Pontianak, Kalimantan Barat, harus berurusan dengan Polres Sampang. Dia melakukan aksi mati, lalu hidup kembali.
Ilsutrasi mati. (Foto: Pixabay)

Sampang - RA, warga Pontianak, Kalimantan Barat, harus berurusan dengan Polres Sampang. Dia melakukan aksi mati, lalu hidup kembali. Aksi itu kemudian membuat warga resah.

Insiden ini sempat mencuri perhatian publik. Tidak sedikit di antara warga mencari tahu lokasi kejadian.

Kasubbag Humas Polres Sampang Ipda Puji Eko Waluyo, Senin 29 Juli 2019 mengatakan, peristiwa tersebut sengaja diskenariokan oleh RA dalam bentuk video berdurasi 4,15 menit yang kemudian dishare dan ramai di jejaring media sosial.

Isi videonya, RA berwasiat kepada istrinya, jika meninggal jasadnya harus dikubur di sekitar Pondok Pesantren Karongan, Desa Tanggumong, Sampang.

Sang istri pun menghubungi seorang kiai di Pesantren Karongan dan kiai setuju RA dimakamkan di sekitar pondok pesantren.

Pada Jumat 26 Juli 2019 malam, drama itu dimulai. Diantar menggunakan ambulans, istri dan anaknya membawa jenazah RA ke pesantren. Di sana liang lahad pun telah disiapkan.

Ketika jenazah dibawa dan akan disalatkan, jenazah yang sudah dikafani setengah badan itu terperanjat, seolah terkejut hingga jatuh. Para santri yang menyaksikan itu spontan merapal suratul fatihah.

RA dikerubuti para santri yang terheran-heran. Bagaimana bisa, RA yang sudah mati bisa hidup lagi. RA kemudian duduk dan menyeringai senyum. Video diakhiri sang istri menyirami kepalanya dengan air.

"Namun setelah dilakukan penyelidikan, kejadian ini ternyata akal-akalan dari pelaku. Pelaku dalam pemeriksaan polisi, punya beban masalah utang," kata Ipda Puji Eko saat dihubungi Tagar.

Hasil pemeriksaan RA dan istrinya memberi pengakuan berbeda. RA mengaku sedang menjalani ilmu spiritual, sementara istrinya menyebut suaminya memang mati dan hidup lagi.

Menurut Ipda Puji Eko, untuk memastikan apakah peristiwa ini ada unsur pidana penipuan atau lainnya, polisi masih melakukan penyelidikan.

Masyarakat selain dibuat resah, juga dibuat kecewa. Masyarakat sudah menggali kuburan dan menggelar tahlilan.

"Polisi belum tahu pelaku ada hubungan apa dengan pihak pondok pesantren, tapi kalau tidak kenal tak mungkin ditahlilkan dan disediakan kuburan," tandasnya. [] 

Berita terkait