Puncak Fenomena La Nina Diprediksi Terjadi pada Januari - Februari 2022

Pusat iklim dunia juga mendeteksi adanya penurunan suhu laut.
Ilustrasi. (Foto: Tagar/Ist)

Jakarta - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengingatkan potensi terjadinya fenomena perubahan iklim La Nina. Diperkirakan puncak La Nina akan terjadi pada Januari-Februari 2022.

Tidak hanya dari data BMKG, namun juga pusat iklim dunia juga mendeteksi adanya penurunan suhu laut. Sehingga, diprediksi La Nina akan terjadi hingga level moderat pada Februari, dan puncaknya diprediksi pada Januari-Februari 2022.

“Demikian juga pusat pelayanan iklim dunia lainnya seperti di Amerika oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), di Australia, dan di Jepang memperkirakan bahwa La Nina ini setidaknya akan terjadi hingga level moderat hingga bulan Februari 2022. Dan diprediksi puncaknya berada di bulan Januari dan Februari tersebut,” kata Dwikorita.

BMKG mengungkapkan, fenomena La Nina ini menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan bulanan di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur pada November mendatang. Dengan akumulasi curah hujan bulanan dapat meningkat hingga 70 persen.

“Tahun lalu mengakibatkan peningkatan curah hujan dari 20 persen hingga 70 persen di atas normalnya,” ungkapnya. 

Tahun lalu, peningkatan curah hujan ini terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, terutama di Sumatera bagian Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi Selatan. 



La Nina ini setidaknya akan terjadi hingga level moderat hingga bulan Februari 2022.



“Dan ini diperkirakan atau diprediksi menunjukkan peningkatan curah hujan secara konsisten terutama sepanjang November 2020 hingga Januari 2021 lalu," ujarnya.

La Nina adalah fenomena yang berkebalikan dengan El Nino. Diketahui El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya. Sementara itu La Nina merupakan fenomena Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya.

Pendinginan Suhu Muka Laut (SML) ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum. La Nina juga berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan sebagainya. []


Baca Juga







Berita terkait
Waspada La Nina dan Peningkatan Risiko Bencana Hidrometerologi
Fenomena cuaca ekstrim seperti hujan lebat, angin puting beliung, angin kencang perlu di waspadai pada periode peralihan musim ini.
La Nina, Pemicu Cuaca Ekstrem di Kalsel
La Nina menjadi salah satu faktor yang menyebabkan musim hujan di Indonesia terjadi, selain angin muson.
BMKG Surabaya Ingatkan Masyarakat Waspadai Fenomena La Nina
Maka, perlu diwaspadai bersama potensi terjadinya cuaca ekstrem yang akan muncul, seperti angin kencang, hujan lebat dan angin putting beliung
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.