Profil Munir Said Thalib, Meninggal di Pesawat Secara Misteri

Kasus pembunuhan Aktivis HAM Munir Said Thalib sudah menjadi misteri selama 17 tahun, ia meninggal di pesawat Garuda secara misterius.
Aktivis HAM Munir Said Thalib. (Foto: Tagar/Azzahrah)

Jakarta - Kasus pembunuhan Aktivis HAM Munir Said Thalib sudah menjadi misteri selama 17 tahun, ia meninggal di pesawat Garuda dengan nomor GA-974 pada 7 September 2004, ketika menuju Amsterdam untuk melanjutkan kuliah pascasarjana.

Institut Forensik Belanda membuktikan Munir meninggal akibat racun arsenik dengan jumlah dosis yang fatal. Pada 7 September 2021 lalu, 100 tokoh demokrasi membuat pernyataan sikap untuk mengenang kematian Munir yang genap berusia 17 tahun.

Pernyataan yang dibuat oleh KontraS, YLBHI, Perludem, Amnesty Indonesia hingga Partai Hijau Indonesia ini, mendesak Presiden Jokowi mengusut aktor intelektual pembunuhan Munir. 

Mereka menyebut pembunuhan Munir adalah pembunuhan politik. Munir Said Thalib lahir di Malang, Jawa Timur, pada tahun 1965. Anak keenam dari tujuh bersaudara ini menempuh pendidikan tinggi di Fakultas

Hukum Universitas Brawijaya, Malang. Selama berkuliah, ia dikenal aktif berorganisasi. Munir pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum UB, anggota Forum Studi Mahasiswa, hingga anggota Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI.

la mengawali karier sebagai relawan di LBH Surabaya tahun 1989, setahun sebelum lulus dari Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang. 

Kiprahnya makin dikenal sejak menjadi Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) dan diakhir hidupnya menjabat Direktur Eksekutif Imparsial (sekaligus menjadi pendiri lembaga pemantau hak asasi manusia tersebut).

Dalam menjalankan tugas bermacam ancaman dan teror bahkan kecaman dari pejabat militer kala itu, sudah biasa dia terima, namun semua itu tidak membuatnya bungkam. 

Gaya bicaranya yang datar namun lugas barangkali memekakkan telinga bagi pihak-pihak yang yang berseberangan dengannya. Beberapa kasus besar yang pernah didampinginya, yakni kasus pembunuhan Marsinah, penculikan aktivis dan penembakan mahasiswa tahun 1998, serta kritik terhadap pelaksanaan darurat militer di Aceh. Kebencian dan pujian terhadap dirinya bagai berjalan beriringan.

Selain teror dan tekanan, Munir Said Thalib juga mendapat banyak penghargaan dalam bidang hak asasi manusia baik dari dalam maupun luar negeri. 

Beberapa penghargaan prestisius yang pernah didapat adalah The Right Livelihood Award di Swedia pada tahun 2000 (sebuah penghargaan yang sering disebut Nobel Alternatif).

Pada tahun 1999, Majalah Asiaweek menobatkannya menjadi salah seorang dari 20 pemimpin politik muda pada milenium baru dan menjadi “Tokoh 1998" versi majalah Ummat. 

Kenangan akan Munir sebagai aktivis dan pejuang HAM kini tersimpan dalam Museum Omah Munir di Malang, Jawa Timur di mana tersimpan benda-benda sederhana namun penuh cerita.

Kemudian Munir menjabat sebagai Koordinator Divisi Perburuhan dan Divisi Hak Sipil Politik LBH Surabaya, Direktur LBH Semarang, hingga Wakil Ketua Dewan Pengurus YLBHI. 

Pada 1996, Munir menikah dengan seorang wanita bernama Suciwati. Di tahun yang sama, pasangan itu mendirikan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan atau Kontras. 

(Azzahrah Dzakiyah Nur Azizah)




Berita terkait
Profil Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono yang Terjerat Korupsi
Bupati Kabupaten Banjarnegara Budhi Sarwono ditetapkan sebagi tersangka kasus korupsi proyek infrastruktur. Berikut profilnya.
Profil Coki Pradede, Komika yang Konsumsi Narkoba
Komika Coki Pardede ditangkap di rumahnya di kawasan Cisauk, Tangerang, karena penyalahgunaan narkoba. beriku profil seorang YouTuber Indonesia.
Profil Mullah Mohammad Hasan Akhund dari Taliban
Sosok Akhund sangat dihormati dalam Taliban, terutama oleh pemimpin tertingginya, Haibatullah Akhunzada.