Pro Kontra Abaikan Perlindungan Hak Paten Vaksin Covid-19

Pengabaian perlindungan Kekayaan Intelektual vaksin Covid-19 butuhkan waktu berbulan-bulan untuk capai kesepakatan mutlak 164 negara anggota WTO
Ilustrasi vaksin (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Uni Eropa (UE) pada Kamis, 6 Mei 2021, menyatakan dukungannya terhadap Amerika Serikat (AS) dalam mengesampingkan sementara perlindungan hak paten vaksin Covid-19, meski beberapa negara lain menentang gagasan itu. Jerman salah satunya.

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menyatakan kesediaannya untuk menjajaki proposal mengesampingkan sementara perlindungan Kekayaan Intelektual vaksin virus corona setelah Presiden AS, Joe Biden, pada Rabu, 5 Mei 2021, mengusung rencana tersebut.

"Hal utama adalah kami harus mempercepat ini," kata Menteri Luar Negeri AS, Anthony Blinken, pada Kamis, 6 Mei 2021, ketika India tengah berjuang memerangi wabah Covid-19.

ampulIlustrasi: Jarum suntik terlihat di depan logo Biontech dan Pfizer yang diambil pada 10 November 2020 (Foto: english.alarabiya.net/Reuters)

Pengabaian pembahasan hak paten adalah "salah satu cara yang mungkin dilakukan untuk meningkatkan produksi vaksin," katanya.

Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Ngozi Okonjo-Iweala, mengatakan kepada negara-negara anggota bahwa dia "menyambut baik" langkah AS itu. "Kami perlu segera menangani Covid-19 karena dunia sedang menyaksikan orang-orang sekarat," katanya.

Melalui media sosial Twitter, Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus merespons langkah Biden dengan mencuitkan "MOMEN MONUMENTAL DALAM PERANG TERHADAP #COVID19," dan mengatakan keputusan itu mencerminkan "kebijaksanaan dan kepemimpinan moral Amerika Serikat."

1. Pandangan Berbeda Mengenai Pengabaian Hak Paten

Terlepas dari antusiasme itu, sejumlah produsen farmasi dan kritikus menemukan kekurangan dalam proposal pengabaian sementara perlindungan Kekayaan Intelektual vaksin corona.

Kompleksitas manufaktur tidak mampu untuk dapat meningkatkan produksi vaksin dengan segera, kata mereka.

Moderna telah melepaskan hak patennya pada Oktober 2020, dan pada Kamis (06/05) melaporkan kurangnya perusahaan yang bisa dengan cepat memproduksi vaksin serupa dan mendapatkan persetujuan untuk itu.

Vaksin AstraZenecaIlustrasi vaksin covid-19 buatan AstraZeneca. (Foto:Tagar/AFP)

Sejumlah pihak menilai pengabaian hak paten dalam jangka panjang akan membuat perusahaan farmasi enggan merespons ancaman kesehatan global di masa depan.

2. Jerman Tolak Gagasan AS

Jerman sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar UE dan rumah bagi perusahaan farmasi besar menolak gagasan tersebut, dengan mengatakan kekurangan dosis vaksin disebabkan kapasitas produksi dan standar kualitas yang terbatas.

Menteri Kesehatan Jens Spahn mengaku memiliki pandangan yang sama dengan Biden untuk menyediakan vaksin bagi seluruh dunia. Namun, seorang juru bicara pemerintah mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "perlindungan kekayaan intelektual adalah sumber inovasi dan harus tetap disahkan di masa depan."

Pengabaian hak paten vaksin corona akan memakan waktu selama berbulan-bulan untuk proses negosiasi dan membutuhkan kesepakatan bulat di antara 164 negara anggota WTO.

3. Tidak Mengatasi Tantangan yang Sebenarnya

Harga saham produsen obat sebagian besar pulih setelah sempat turun tajam, tak lama usai Biden mendukung gagasan mengesampingkan sementara perlindungan hak paten vaksin.

"Yang jadi hambatan bukanlah akses atau paten (atau harga), tetapi karena tidak ada cukup botol, bahan mentah, dan lain-lain untuk membuatnya, terlepas dari pengesahan hak patennya," kata analis Jefferies Michael Yee tentang peningkatan produksi vaksin Covid-19.

Kelompok lobi utama industri farmasi, PhRMA, mengatakan: "Keputusan itu tidak mengatasi tantangan nyata, yakni memproduksi lebih banyak vaksin, termasuk distribusi jarak jauh, dan ketersediaan bahan mentah yang terbatas."

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dia "sangat mendukung" membuka kekayaan intelektual. Namun, seorang pejabat pemerintah Prancis mengatakan kekurangan pasokan vaksin adalah akibat dari kurangnya kapasitas dan bahan produksi, bukan karena hak paten.

ampul modernaAmpul bertuliskan vaksin Covid-19 di depan logo Moderna, 18 November 2020 (Foto: voaindonesia.com)

"Saya akan mengingatkan Anda bahwa Amerika Serikat belum mengekspor satu dosis pun ke negara lain dan sekarang berbicara tentang pencabutan paten," kata pejabat itu.

Amerika Serikat diketahui telah mengirimkan beberapa juta dosis vaksin yang tidak digunakannya ke Meksiko dan Kanada, meski statusnya pinjaman.

Afrika Selatan dan India membuat proposal pengabaian hak paten vaksin di WTO pada Oktober lalu, dan kemudian mengumpulkan dukungan dari banyak negara berkembang. Hingga saat ini, Uni Eropa telah menjalin kesepakatan dengan sejumlah negara, termasuk Inggris dan Swiss - rumah bagi perusahaan farmasi besar - yang menentang pengabaian tersebut [ha/gtp (Reuters)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Barat Tolak Usul Berbagi Hak Paten Vaksin Corona
Negara-negara kaya atau negara industri Barat gagalkan usulan India dan Afrika Selatan untuk berbagi hak paten vaksin virus corona
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.