Prabowo Subianto 2024, Pakar: Optimis Atau Realistis?

Pakar Politik Wasisto Raharjo Jati menanggapi isu kembali majunya Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024, optimis atau realitis? Simak ulasannya.
Prabowo Subianto. (Foto: Tagar/Anatara)

Jakarta - Pakar Politik dari Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati menanggapi isu kembali majunya Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2024, ia mengungkapkan bahwa masyarakat indonesia masih cenderung memilih pemimpin yang bersifat populis.

“Survei itu cenderung mengatakan persepsi publik yang saat ini terjadi, artinya itu bersifat temporer, jadi soal elektabilitas ini secara formal kalau suatu tokoh itu naik turun antara A dan B, namun pasca 2019 ini kita dapat menarik sebuah pola umum yakni, kecenderungan masyarakat Indonesia yang memilih pemimpin yang sifatnya populis,” ujar Wasisto, di kanal YouTube Tagar TV, Selasa, 12 Oktober 2021.

Prabowo merupakan lulusan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) tahun 1974, beberapa posisi penting dalam karir militernya, termasuk menjadi komandan jenderal Kopassus dan panglima Komando Cadangan Strategis (Kostrad) yang sempat dijabat pula oleh Soeharto.


Survei itu cenderung mengatakan persepsi publik yang saat ini terjadi artinya itu bersifat temporer jadi soal elektabilitas ini secara formal kalau suatu tokoh itu naik turun.


Wasisto Raharjo JatiWasisto Raharjo Jati ketika diwawancara oleh Siti Afifiyah di kanal YouTube Tagar TV. (Foto: Tagar/Putri)

Jika dilihat dari sisi optimis Prabowo sejak pertama kali mencalonkan diri sebagai calon presiden pada tahun 2004. Setelah reformasi 1998, Prabowo mencoba untuk maju menjadi presiden melalui Partai Golkar dengan mengikuti konvensi.

Namun, kata Wasisto, dalam konvensi ia mendapatkan 39 suara, yang merupakan perolehan hanya terendah dari kelima calon saat itu dan dimenangkan oleh WIranto. Lalu, pada tahun 2009, Prabowo kembali mencalonkan diri, kali ini lewat partai politik yang dibentuknya, Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).

Ketika itu Prabowo dipasangkan oleh Megawati Soekarnoputri selaku ketua umum PDIP, pasangan ini berhasil memperoleh 27% suara dalam pemilu 2009 dan kalah oleh pasangan Partai Demokrat yakni SBY dan Boediono.

Tak sampai di tahun 2009, Prabowo kembali mencalonkan diri di tahun 2014 yang didukung oleh partai-partai politik seperti Golkar, PPP, PAN, PKS dan PBB. Beliau berpasangan dengan Hatta Rajasa dari PAN. Tetapi lagi-lagi Prabowo kalah oleh pasangan Jokowi - Jusuf Kalla.

Tahun 2024 mendatang Prabowo diyakini akan mencalonkan diri kembali sebagai calon presiden. Diketahui selain survei, Partai Gerindra juga turut juga mendorong semangat Prabowo untuk maju di Pilpres 2024.

Berdasarkan sejumlah survei seperti Saiful Mujani Research and Consultant (SMRC), Arus Survei Indonesia (ASI), Survei Indikator Politik Indonesia, dan Institute for Democracy and Strategic Studies (Indostrategic), mencatat bahwa Prabowo berpotensi menjadi calon presiden 2024. Tingkat elektabilitas itu juga disusul oleh Anies Baswedan dan Ganjar Poernomo.

(Putri Fatimah)



Berita terkait
Pakar: Pengajuan AD ART Demokrat Bukan Objek Judicial Review
Pakar hukum Luthfi Yazid menyebutkan AD/ART Partai Demokrat yang diajukan Yusril Ihza Mahendra bukan merupakan objek judicial review.
Yusril vs Hamdan Siapa yang Menang? Pakar: Yusril di Atas Angin
Pakar Politik Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional Wasisto Raharja Jati mengatakan Yusril berada di atas angin dibandingkan Hamdan.
Pakar: Megawati Gulingkan Gus Dur Saat Proses Peralihan
Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengatakan bahwa yang menggulingkan Gus Dur saat proses peralihan adalah Megawati.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.