Jakarta - Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menanggapi pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memberikan sinyal kepada Sandiaga Uno untuk maju di Pilpres 2024. Dia mengatakan, Pilpres 2024 akan sangat ramai karena tidak memiliki petahana.
Pangi menilai, ruang gerak Sandiaga juga sangat tipis jika Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto masih berambisi untuk maju sebagai calon presiden.
"Kalau Prabowo mau masih berambisi dan punya selera untuk maju, ruang gerak sandi tipis untuk bisa maju sebagai capres-cawapres," kata dia kepada Tagar, Selasa 21 Januari 2020.
Pangi mengatakan, persentasi tersebut juga tidak dapat berjalan jika hanya menggunakan asumsi dan pikiran liar semata. Pasalnya, apa saja bisa terjadi karena perkembangan politik dapat berubah sewaktu-waktu.
Biaya politik dan racikan elektoral popularitas, elektabilitas serta akseptabilitas juga sangat berpengaruh untuk menarik simpatik saat menjelang Pilpres mendatang.
"Kita juga bisa lihat perkembangannya ke depan, apakah Prabowo sudah enggak punya angan-angan dan ambisi lagi menjadi calon presiden?," ujar dia.
"Sebab kalau Prabowo tetap masih berambisi alias tak mau jadi king maker, maka ruang gerak atau langkah Sandi menjadi calon presiden masih sulit dan tertutup, atau bisa juga alternatif agak memungkinkan Prabowo-Sandi kembali menguat porosnya," kata Pangi.
Selain itu, realistis politik bisa saja terjadi, termasuk menyandingkan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dan Gatot Nurmantyo- Sandiaga Uno. Pangi menyebut, poros koalisi antara Gerindra dan PDIP pun sangat memungkinkan untuk bermain di Pilpres nantinya.
"Poros koalisi bisa saja. Nanti simulasinya Prabowo-Puan (Gerindra-PDIP), Risma, Ganjar nampaknya belum bisa muncul selama ada Puan. PDIP lebih memilih Puan dulu," ujarnya.
Pangi juga menegaskan, segala kemungkinan terkait pasangan calon yang bakal ikut berkompetisi untuk menduduki jabatan presiden masih sangat terbuka lebar. Mengingat, waktu helatan Pilpres 2024 masih terhitung jauh.
"Mungkin saja dan dalam politik semua bisa terjadi, sangat dinamis politik, apalagi ini bandungnya masih jauh, Prabowo mau menjadi menteri saja di luar dugaan banyak orang dan tidak terprediksi sebelumnya, namun realitas politik apapun bisa terjadi," kata dia.
Analis politik ini mengatakan, simulasi poros koalisi baru yang bertempur di Pilpres 2024 seperti Prabowo-Puan, Anies-Sandi, Gatot-Sandi dan Anies -Gatot juga bisa saja terbentuk.
"Namun tetap yang punya partai yang bakal punya peluang lebih besar untuk mendapatkan tiket pilpres seperti yang sudah-sudah, bahkan ketua umum partai yang punya tiket capres saja terkadang enggak lolos jebakan ambang batas presidential threshold," ujar dia.
Untuk Gatot sendiri, kelemahan yang dimiliki hanya karena tidak memiliki partai. Sementara untuk maju menjadi capres-cawapres sangat bergantung pada partai.
"Sebagai tiket, baik Gatot maupun Anies sama-sama punya kans mendapatkan tiket dari parpol islam, namun bagaimana kedua tokoh tersebut, Gatot dan Anies sebagai tokoh berideologi Nasionalis Islam nantinya meyakinkan partai pengusung dari partai islam maupun partai nasionalis," ucapnya.