Banyuwangi - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi, Jawa Timur, mengaku terus menyiapkan sejumlah langkah antisipastif, menyikapi hasil riset Institut Teknologi Bandung (ITB), tentang adanya potensi tsunami setinggi 20 dan 12 meter di Selatan Jawa.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyuwangi, Eka Muharram mengatakan salah satu antisipasi yang dilakukan diantaranya telah mengaktifkan kembali Desa Tangguh Bencana.
Kami ini sudah punya rencana kontigensi, sudah kita susun tahun 2013, kemudian kita verifikasi kemudian kita update tahun 2017.
“Sebenarnya desa tangguh bencana di Banyuwangi sudah ada sejak tahun 2013 lalu. Lokasinya di wilayah yang dinilai rawan terjadi bencana tsunami. Akan tetapi mengingat ancaman bencana semakin tinggi sejak tahun 2017 lalu terus kita lakukan pengecekan,” ujarEka Muharram, Jumat, 2 Oktober 2020.
Menurut Eka Muharram, untuk desa rawan bencana tsunami sendiri di Banyuwangi ada empat desa yang memiliki risiko tinggi. Yakni, Desa Sarongan, Desa Sumberagung, Desa Pesanggaran, dan Desa Gerajagan.
Di empat desa itu telah terbentuk Desa Tangguh Bencana, yang mempunyai kemampuan mandiri dalam menghadapi bencana hingga memulihkan diri pasca menghadapi bencana.
“Kami ini sudah punya rencana kontigensi, sudah kita susun tahun 2013, kemudian kita verifikasi kemudian kita update tahun 2017. Rencana kontigensi itu memuat apabila ada ancaman tsunami dengan resiko yang tingggi tentunya apa yang sebelumnya kita lakukan itu sudah ada perencanaanya,” kata dia Eka Muharram.
Selain menghidupkan kembali Desa Tangguh Bencana, BPBD Banyuwangi, juga telah memastikan berfungsinya early warning system (EWS) yang terdapat di sejumlah pantai Banyuwangi.
“Saat ini baru ada tiga EWS yang berfungsi. yaitu, di pantai Pancer, Pelabuhan Muncar dan di Pantai Gerajagan,”kata Eka Muharram
Kata dia, sebelumnya, ada sembilan EWS yang berfungsi, namun hingga saat ini dari 9 EWS, tujuh dalam keadaan rusak kerena sejumlah faktor.
“Jika tidak ada perubahan pada tahun 2020 ini Banyuwangi, akan kembali 3 EWS bantuan dari BNPB Pusat,” ucap Eka.
Sebelumnya, peneliti dari ITB Sri Windiantoro menyampaikan hasil risetnya yang memperkirakan tsunami terjadi di sepnajang pantai Selatan Jawa Barat dan Jawa Timur. Riset tersebut juga memakai data BMKG dan GPS.
Dalam Risetnya Sri Widiantoro menyebutkan tsunami dapat mencapai 20 meter di pantai selatan Jawa Barat dan 12 meter di Pantai Selatan Jawa Timur.[]