Jakarta - Pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahardiansyah mengkritik pola komunikasi Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, kerap misinformasi.
Baginya, komunikasi yang selama ini dibangun dan disampaikan Satgas tak bisa dipahami secara baik oleh masyarakat.
Memang Satgas Covid-19 selama ini lemah dalam berkomunikasi.
Ia menilai, Satgas selama ini hanya bersifat menyampaikan tanpa memerdulikan pemahaman masyarakat. Khususnya, kata dia, pemahaman bagi masyarakat kalangan golongan bawah.
Baca juga: Pengamat ke Satgas Covid-19: Tak Perlu Bicara Angka lah!
"Kalau saya melihat Satgas Covid-19 tidak hanya buruk, bukan hanya enggak sampai, malah banyak misinformasi. Jadi malah yang terjadi itu publik itu jadi bingung, karena apa yang disampaikan Satgas itu sering kali hanya bisa dipahami oleh mereka-mereka yang memahaminya saja," kata Trubus saat dihubungi Tagar, Rabu, 28 Oktober 2020.
"Sementara masyarakat DKI Jakarta ini kan ada yang tinggal di kampung-kampung, ada yang di kampung kumuh, kampung bantaran sungai, dan kampung pinggiran rel," ucapnya menambahkan.
Ia menekankan, seharusnya Satgas perlu mendalami dan memahami karakter komponen masyarakat yang beraneka ragam.
"Dan itu berbeda-beda, karakternya ini. Memang Satgas Covid-19 selama ini lemah dalam berkomunikasi," tuturnya.
Masih terkait kinerja Satgas Covid-19, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai hingga saat ini Satgas Penanganan Covid-19 belum memerlihatkan hasil kinerja maksimal.
Baca juga: Pengamat Nilai Pola Komunikasi Satgas Covid-19 Buruk
"Sudah kerja keras. Tapi tak kelihatan hasilnya. Hasilnya masih mengecewakan. Karena koordinasi dan komunikasi publiknya buruk," ucap Ujang saat dihubungi Tagar, Jumat, 23 Oktober 2020.
Menghadapi situasi pandemi, Ujang menyebut Satgas terlihat tak mampu mengantisipasi penyebaran virus corona di tengah masyarakat luas.
"Bahkan pasca ketok palu UU Cipta Kerja di DPR yang memunculkan demonstrasi besar-besaran di berbagai daerah. Membuat Satgas juga kebingungan. Karena tak bisa mengendalikan covid-19 di masyarakat," ujar Ujang. []