PKS: Kemampuan Ilmuwan di Indonesia Kurang Dihargai

Anggota DPR Fraksi PKS, Mulyanto menyambut baik kabar adanya insinyur Indonesia yang ikut andil dalam penemuan sumur gas terbesar di Turki.
Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mulyanto. (Foto: Dokumen Mulyanto)

Jakarta - Anggota Komisi VII DPR Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mulyanto menyambut baik kabar adanya insinyur Indonesia yang ikut andil dalam penemuan sumur gas terbesar di Turki.

Mulyanto menegaskan, kabar ini merupakan bukti nyata bahwa kemampuan para ahli Indonesia tidak kalah dibanding sejawat mereka di luar negeri.

Sayangnya di Indonesia kemampuan ilmuwan-ilmuwan berbakat itu kurang dihargai

Bahkan menurut dia melalui siaran pers yang diterima Tagar, Kamis, 27 Agustus 2020, saat ini sudah banyak ilmuwan Indonesia yang mempunyai jabatan strategis di lembaga-lembaga penelitian sains bergengsi di luar negeri.

Doktor nuklir alumnus Tokyo Institute of Technology itu menyebut kemampuan ilmuwan Indonesia di luar negeri sangat dihargai. Mereka diberi kesempatan yang cukup untuk meneliti dan mengaplikasikan ilmu yang dipelajari.

"Sayangnya di Indonesia kemampuan ilmuwan-ilmuwan berbakat itu kurang dihargai. Mereka ditempatkan pada lembaga-lembaga penelitian dan pengkajian, namun dengan sarana terbatas," kata Mulyanto.

Bahkan anggaran untuk melakukan riset persoalan yang penting tidak disediakan secara memadai. Masih kalah dengan anggaran untuk influencer," ucapnya menambahkan.

Sebelumnya dikabarkan terdapat sejumlah tenaga kerja Indonesia yang turut andil dalam penemuan cadangan gas alam terbesar di sumur Tuna-1 di Laut Hitam, sekitar 100 mil laut di pantai utara Turki, dengan kapasitas sebesar 320 miliar meter kubik atau setara dengan 11.3 TCF.

Angka ini mendekati besarnya cadangan gas di Blok Masela Maluku, yang sebesar 303 milyar meter kubik. (10.7 TCF) dan di bawah cadangan gas Blok Natuna, yang sebesar 40 TCF. Dimana total cadangan gas Indonesia (hingga 2018) sebanyak 135,55 TCF.

Dia berpendapat, penemuan itu merupakan prestasi luar biasa dalam industri migas dunia. Apalagi temuan itu berada di laut off shore, yang jauh lebih sulit ketimbang on shore.

Mulyanto berpandangan, tidak benar kalau ada stigma yang menyebut bahwa kualitas para sarjana dan insinyur di Tanah Air rendah.

"Delapan orang insinyur kita ini sekali lagi membuktikan bahwa Indonesia sebenarnya bisa. Bahkan, tidak sedikit para ilmuwan kita yang menjadi professor dan ahli di lab-lab pusat penelitian saintifik internasional, baik di jepang, Eropa maupun Amerika. Mereka produktif menghasilkan karya ilmiah internasional, termasuk paten," katanya.

Begitu juga alumni insinyur pesawat PTDI (PT Dirgantara Indonesia) yang kini bekerja di Boeing, USA serta industri pesawat terbang di Eropa, katanya, mampu membuktikan kualitas keahlian mereka untuk mampu bekerja dalam sistem dengan standar internasional.

"Jadi Indonesia tidak kekurangan tenaga ahli. Karena itu kalau kita masih tetap mendatangkan TKA untuk mengisi lapangan kerja domestik kita, apalagi untuk buruh tanpa keahlian, ini langkah mundur luar biasa. Jangankan tenaga buruh domestik, tenaga ahli kita berlimpah, bahkan berprestasi secara internasional," ujar Mulyanto.

Dia menambahkan, pengembangan hulu migas merupakan persoalan utama yang dihadapi Indonesia bukan pada soal SDM, namun pada masalah investasi dan penggarapan proyek.

Dia beranggapan, seperti proyek Natuna, Kementerian ESDM sampai saat ini belum memperlihatkan adanya perkembangan yang berarti dalam penggarapan proyek tersebut.

Dia menambahkan, Sell juga akan mundur dari penggarapan Blok Masela. Menurut informasi yang diterimanya, beberapa perusahaan migas dunia, yang beroperasi di Indonesia, terdengar kabar berencana melepas sahamnya dalam pengelolaan blok-blok migas di wilayah kerja Indonesia.

"Secara umum investasi migas ini mengalami penurunan, apalagi selama masa pandemi Covid-19. SKK Migas memproyeksikan realisasi investasi hulu migas tahun 2020 ini sebesar 11,60 miliar USD. Nilai itu jauh di bawah target yang ditetapkan, yaitu sebesar 13,83 miliar USD," ucap Mulyanto.[]

Berita terkait
Pertamina Rugi 11,13 Triliun, PKS Minta Ahok Diganti
Menurut Mulyanto selama Ahok menjabat sebagai komut, Pertamina nyaris tidak memiliki prestasi yang layak dibanggakan.
Kata KSAD soal Progres Obat Virus C-19 di Indonesia
KSAD Jenderal Andika Perkasa saat di Yogyakarta menyebut obat virus corona yang dikembangkan Unair, TNI AD dan BIN sudah selesai uji klinis.
Satgas: Kasus Positif C-19 di Indonesia Menurun
Wiku Adisasmito menyatakan perkembangan kasus aktif C-19 di Indonesia sejauh ini masih lebih rendah dari perkembangan rata-rata tingkat dunia.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.