Pilu Warga Jakarta Rumah Ditelan Banjir Air Ciliwung

Pengungsi banjir Jakarta ini pilu, menceritakan rumah ditelan luapan Sungai Ciliwung hingga hanya menyisakan atap genteng.
Warga berjalan melewati banjir di Perumahan Ciledug Indah, Tangerang, Banten, Kamis (2/1/2020). Banjir tersebut disebabkan jebol dan meluapnya kali angke. (Foto: Antara/Muhammad Adimaja)

Jakarta - Yuyuk, warga Kampung Pulo, Jakarta Timur, hanya bisa pasrah menyaksikan air mengalir deras masuk ke rumahnya pukul 18.00 WIB, Rabu, 1 Januari 2020. Enam jam kemudian, air dari luapan Sungai Ciliwung itu terus meninggi dan hanya menyisakan atap rumah.

Bantuan selimut tidak ada, salinan baju dan minyak kayu putih tidak ada.

Sebagian rumah tetangga Yuyuk di RT 12 RW 3 bahkan tenggelam seluruhnya. "Pasrah aja Mas," kata wanita paruh bayah ini kepada Tagar di Posko Pengungsian Jatinegara Barat, Kamis 2 Januari 2020.

Yuyuk berkisah, air mulai masuk ke rumahnya yang berjarak 20 meter dari bibir sungai Ciliwung pada pukul 18.00 WIB, kemarin. Air yang masuk semakin banyak hingga sepinggang orang dewasa pada pukul delapan malam.

"Pada jam itu ( delapan malam) listrik baru dimatikan. Tapi Alhamdulillah tidak ada korban jiwa (tersengat listrik),” katanya.

Pengungsi banjirYuyuk, pengungsi banjir di Rusunawa Jatinegara pasrah rumahnya di Kampung Pulo, Jakarta Timur ditelan air sungai Ciliwung pada Rabu, 1 Januari 2020. (Foto: Tagar/Edy YS)

Lantara air yang masuk begitu derasnya, Yuyuk beserta lima anggota keluarganya dalam rumah itu tidak bisa menyelematkan barang-barangnya. Anaknya, Weli, merupakan tukang jahit pangkalan juga tidak bisa menyelematkan mesin jahitnya.

"Mesin jahit beserta mejanya tenggelam,” kata Weli, warga Kampung Pulo berusia 37 tahun tersebut.

Ketika itu, kisah Weli, situasi dalam keadaan gelap. Dia tidak melihat petugas BPBD masuk ke wilayahnya memberikan bantuan meski perahu karet sejatinya dapat masuk ke wilayahnya.

Namun Weli sekeluarga dapat menyelamatkan diri dari bencana banjir. Mereka melarikan diri ke daratan lebih tinggi dan di sana bertemu dengan korban lainnya. Di tempat itu, dia mendapatkan info bahwa Rusunawa Jatinegara Barat menjadi posko pengungsian.

Yuyuk yang menderita asam urat itu akhirnya berjalan lagi ke Rusunawa. “Kalau jalan, kaki saya sakit,” katanya.

Pada pukul 24.00 WIB, Yuyuk beserta keluarganya tiba di pelataran lantai 2 Rusun Jatinegara Barat. Di sana dia berkumpul sebanyak dua RW Kampung Pulo.

Pada pagi hari, pengungsi di Jatinegara Barat berjumlah 300 jiwa lebih. Namun menjelang siang, jumlahnya bertambah hingga 500 orang lebih.

Kampung MelayuDapur pasko pengungsi banjir Kampung Melayu tertatih-tatih melayani makanan pengungsi di Rusunawa Jatinegara, Jakarta Timur. (Foto: Tagar/Edy YS)

Lantaran bantuan Dinas Sosial DKI telat, pengungsi hanya mendapatkan sarapan pagi dengan roti dan biskuit. Pada siang hari, dari data yang diterima Tagar pukul 12.00 WIB, hanya 250 dari 500 lebih pengungsi yang mendapatkan makan siang.

Yuyuk tidur beralaskan terpal di pelataran Rusun. "Bantuan selimut tidak ada, salinan baju dan minyak kayu putih tidak ada," katanya.

Menurut Yuyuk, banjir kali ini terparah dalam beberapa tahun terkahir ini. Dia pernah merasakan banjir seperti ini tapi terjadi sudah lama. “Kalau tidak salah tahun 2007. Udah lama, tahunan” katanya.

Pada pukul 10.00 WIB, cucu Yuyuk datang melaporkan keadaan rumahnya. Menurut cucunya, permukaan air di sekitar rumahnya surut hingga seleher orang dewasa.

Baca juga: 

Berita terkait
Jokowi Beberkan 4 Lokasi Banjir Terparah di Jakarta
Presiden Jokowi mengatakan banjir terparah di Jakarta terdapat di empat lokasi.
Bantuan Telat, Pengungsi Banjir Kampung Melayu Getir
Dapur pasko pengungsi banjir Kampung Melayu tertatih-tatih. Posko berisi 542 jiwa ini belum mendapatkan suplai bahan makanan.
Menpan RB Bolehkan PNS Terdampak Banjir Cuti
Menpan RB Tjahjo Kumolo memperbolehkan PNS terdampak banjir mengajukan cuti. Namun, ada syaratnya.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.