Untuk Indonesia

PGI: Rumah Besar yang Kosong?

Kesadaran berhimpun menjadi satu kesatuan dalam rumah persekutuan mengawali lahirnya PGI.
Logo PGI. (Foto: Tagar/Istimewa)

Oleh: Dikson Ringo, Efranoto, Benardo Sinambela*

Kesadaran berhimpun menjadi satu kesatuan dalam rumah persekutuan mengawali lahirnya Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), dengan visi 'Terwujudnya Gereja-Gereja yang Semakin Dewasa'.

Dan misinya 'Mengembangkan Persekutuan yang Memperjuangkan Keadilan, Perdamaian, Kesejahteraan dan Keutuhan Ciptaan'. 

PGI adalah rumah besar bersama (oikoumeme), sekarang dihuni 90 sinode gereja. Dahulu masih ada sembilan lembaga keumatan yaitu GSKI (siswa), GMKI (mahasiswa), GAMKI (pemuda), PWKI (perempuan/wanita), PIKI (intelektual), PERTAKIN (petani), KESPEKRI (pegawai/buruh), LKIK (kebudayaan), dan PARKINDO (dulu partai, sekarang berubah menjadi ormas).

Lembaga keumatan Kristen ini di masa lalu dikenal dengan istilah 'Wali Songo'. Tugasnya mewakili gereja mewujudnyatakan suara kenabian dan mengoperasionalkan pemikiran bernas kader-kader Kristen di bidang-bidang strategis untuk kepentingan gereja dan kebangsaan Indonesia.

Apakah rumah bersama itu masih berpenghuni? Untuk 90 sinode mungkin jawabannya 'iya', minimal berjumpa tiap lima tahun dalam Sidang Raya PGI. Untuk sembilan lembaga keumatan Kristen, tersisa GMKI berada di sebelah gedung PGI dan GAMKI menumpang dengan membayar.

Keberadaan lembaga lainnya tak lagi ditemukan secara fisik di gedung mewah Grha Oikoumene apalagi peran pelayanan PGI bersama mereka. Lembaga/ormas Kristen itu harusnya menjadi mata panah mewakili gereja merespons isu aktual.

Lima tahun kelak, basis gereja tidak lagi lekat dengan kemiskinan

Keengganan PGI bersinergi atau bermitra bersama lembaga keumatan Kristen membuat PGI seolah lumpuh dalam menyampaikan dan mengoperasionalkan suara kenabian karena tidak memiliki tangan dan kaki.

PGI seperti berseru-seru di padang gurun, suaranya tak ada yang menggubris tiap kali bersikap. Gereja yang tidak mendapat izin (IMB) dan peribadatan diganggu kelompok intoleran, suara PGI juga tak dianggap. Sinode gereja merasa jauh dengan PGI dan terasa dekat bila menjelang atau saat Sidang Raya PGI berlangsung. Ironisnya, kemiskinan lekat dengan basis kekristenan, PGI pun tak berdaya membangun sinergi pemberdayaan umat bersama sinode gereja.

Semangat besar para tokoh gereja dan pergerakan Kristen masa lalu, berharap Salemba 10 sebagai pusat pelayanan dan juga simpul pergerakan kekristenan. Semangat tersebutlah yang menguatkan peran/partisipasi pelayanan umat Kristen melalui PGI dalam isu politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan dan budaya demi menyatakan Shallom Allah di tengah-tengah dunia, yakni menghadirkan keadilan, perdamaian, kesejahteraan dan keutuhan ciptaan.

Para pimpinan sinode gereja harus benar-benar mencari dan memilih pemimpin PGI yang mampu menyatukan dan menghimpun potensi serta mendorong sinergi pelayanan demi pemberdayaan umat/jemaat. Sinode gereja dan lembaga keumatan Kristen adalah mintra PGI bukan bawahan. PGI butuh figur pemimpin yang mampu menyatukan gerak langkah pelayanan di era digital yang butuh kecepatan, kolaborasi dan elaborasi.

Akhirnya, harapan bagi rumah bersama (oikoumene) di Salemba Raya 10 terisi kembali dengan pergerakan pelayanan kekristenan, mampu menyatukan potensi, menginisiasi pemikiran dan mengonsolidasi gerak pelayanan kekristenan, memberi solusi bagi umat/jemaat dan kebangsaan. Lima tahun kelak, basis gereja tidak lagi lekat dengan kemiskinan. 

*Tim Penulis

Dikson Ringo: Pengamat Jabatan & Kekuasaan, Ketua BPC GMKI Yogyakarta 2002-2004 dan Ketua DPP GAMKI 2015-2018

Efranoto: Ketua Bidang Aksi Pelayanan PP GMKI 2018-2020.

Benardo Sinambela: Ketua Bidang Medkominfo PP GMKI 2018-2020.

Berita terkait
PGI dan Gereja Tak Penting Bagi Jokowi?
Masyarakat Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) kecewa berat karena Presiden Jokowi tidak jadi datang membuka acara Sidang Raya PGI.
Sidang Raya di NTT, Pengurus PGI Jangan Politikus
Ada upaya memasukkan pengurus parpol yang masih aktif menjadi anggota Majelis Pekerja Harian PGI dalam Sidang Raya yang digelar di NTT.
Warga NTT Kecewa Jokowi Tak Hadiri Sidang Raya PGI
Warga NTT kecewa karena Presiden Jokowi tak hadir membuka Sidang Raya XVII Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (SR XVII PGI).
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.