Kulon Progo - Kisah memprihatinkan warga yang menjadi korban Keraton Agung Sejagat Purworejo mencuat beberapa waktu lalu. Bahkan di antara mereka, ada yang harus berhutang hingga jutaan rupiah demi keraton abal-abal tersebut.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X memberi pesan mengenai keraton palsu yang viral itu. Sultan mengatakan, masyarakat harus lebih berhati-hati dalam menyikapi janji-janji seperti yang terjadi di Keraton Agung Sejagat.
Sementara bagi korban, hal ini bisa menjadi pengalaman bagi mereka, agar ke depannya tidak terjerumus ke dalam hal-hal serupa.
Raja Keraton Yogyakarta ini mengatakan, bagi para korban Keraton Agung Sejagat tidak perlu diberi pendampingan psikologis. "Saya kira nggak perlu (ada pendampingan). Hanya korban materi saja," ucap Sultan di Kulon Progo, Selasa 21 Januari 2020.
Sultan menambahkan, masyarakat Yogyakarta memiliki sifat sangat terbuka terhadap orang lain. "Lha wong ra kenal wae, medayoh ditompo. (Lha orang yang tidak dikenal saja, kalau bertamu diterima)," ujar Sultan.
Saya kira nggak perlu (ada pendampingan). Hanya korban materi saja.
Di Kulon Progo, ada sejumlah korban Keraton Agung Sejagat. Salah satunya adalah Kasnan 40 tahun, warga Desa Triharjo, Kecamatan Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo.
Dia sudah mengeluarkan uang banyak agar bisa bergabung dengan Keraton Agung Sejagat. Parahnya lagi uang yang didapatkan Kasnan itu dengan berutang.
Pria yang tidak punya penghasilan tetap ini mengatakan uang yang dikeluarkannya untuk bergabung dengan keraton palsu ini mulai dari pendaftaran sebesar Rp 1,5 juta, iuran, biaya operasional, dan membeli seragam keraton dengan harga Rp 2 juta. "Bahkan seragam sampai sekarang belum lunas," kata Kasnan, Jumat 17 Januari 2020.
Sebagai korban, Kasnan berharap, apa yang dialaminya ini menjadi pelajaran bagi siapa saja, agar tidak mengikuti hal yang sama. Tidak hanya itu, Kasnan berharap ada peran dari pihak terkait semisal pemerintah, dalam hal ini ada pendampingan mental terhadap para korban.
"Saya berharap ada pendampingan, karena bisa berdampak pada mental para korban," ujarnya. []
Baca Juga:
- Keluarga Keraton Agung Sejagat Kosongkan Kontrakan
- Makam Penerus Takhta Keraton Agung Sejagat Dipindah
- Pengakuan Mantan Lurah Korban Keraton Agung Sejagat