Perjuangan Desi Ratnasari Ikut Olimpiade di Jakarta

Desi Ratnasari siswi SMA di Bantaeng Sulawesi Selatan dipilih berangkat ke Jakarta untuk mengikuti Olimpiade Bahasa Arab tingkat nasional.
Desi Ratnasari, anak pedagang ayam, pelajar dari SMA Negeri 4 Bantaeng bakal mengikuti Olimpiade nasional bahasa Arab di Jakarta 10-12 November 2019. (foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka).

Bantaeng - Desi Ratnasari, perempuan yang lahir dari pasangan Zainuddin dan Cekong, mengaku dihampiri rasa tegang. Tak hentinya ia merasa berdebar siang dan malam, hari demi hari berganti, mendekati perhelatan Olimpiade Bahasa Arab tingkat nasional di Jakarta, 10-12 November 2019.

Persiapan Desi untuk mengikuti kejuaraan ini sebesar 80 persen. Sementara 20 persen dalam pikirannya, masih dihantu kegugupan. Remaja yang duduk di bangku SMA ini benar-benar tidak menyangka menjadi perwakilan utama Provinsi Sulawesi Selatan, untuk berlomba di ibu kota.

Kalau di rumah sekitar pukul 8 saya lanjutkan pelajaran sampai jam 10 lalu tidur dan bangun lagi jam 1 belajar sampai jam 3.

Untuk mengubur rasa gugup, dari jam 1 pagi hingga menjelang subuh, anak terakhir dari tujuh bersaudara ini mengagendakan membuka ulang dan mendalami bekal materi yang nantinya dilombakan. 

Perempuan berusia 16 tahun ini mengaku lebih suka dan merasa fokus untuk belajar pada dini hari, saat suasana tenang dan hening, otaknya serasa kian mudah menyerap aksara non-latin.

Desi yang berpedikat sebagai siswi berbahasa Arab terbaik, sempat mengharumkan nama SMA 4 Bantaeng ketika meraih juara 1 tingkat Provinsi Sulawesi Selatan di Makassar pada Selasa, 3 Agustus lalu.

Belakangan, dia dinyatakan berhak mengikuti perlombaan tingkat nasional. Hal ini tentu menjadi tantangan yang lebih besar bagi dia, untuk bersaing dengan putra putri cerdas se-Indonesia yang datang dari berbagai provinsi.

Sehari-hari, Desi dikenal sebagai siswi yang sederhana. Perawakannya yang kecil, tidak membuatnya terlihat menonjol di kalangan siswa lain. Namun soal prestasi, boleh dibilang Desi jempolan, karena sudah malang melintang berkompetisi khususnya bahasa Arab. 

Jebolan MTs Ma'arif Tumbelgani Bantaeng ini mengaku gemar berbahasa Arab sejak bersekolah di madrasah.

Atas pencapaiannya, perempuan yang lahir dan tumbuh besar di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan ini dibanjiri dukungan, berupa doa dan semangat dari banyak orang, terlebih dari kedua orang tuanya.

Berusaha Mengharumkan Bantaeng

Desi berangkat ke Jakarta dan berjuang membawa nama sekolah dan daerah. Rencananya, dia tidak datang sendiri, didampingi seorang guru pembimbingnya. Semua persiapan dilakukan sematang mungkin agar hasilnya optimal. 

Pada hari Senin sampai Sabtu, usai kegiatan belajar mengajar habis, Desi mengikuti kelas tambahan yang berisi bimbingan belajar (bimbel) khusus untuk persiapan lomba antar provinsi. Dia merasa harus berupaya sekuat tenaga untuk mencapai level terbaik. 

Tak tanggung-tanggung, sebagian besar waktunya, belakangan ini tersita untuk menjadi si kutu buku. Bagi dia tak masalah, untuk mengulang lembaran materi belajar di rumah.

"Kalau di rumah sekitar pukul 8 saya lanjutkan pelajaran sampai jam 10 lalu tidur dan bangun lagi jam 1 belajar sampai jam 3," tutur gadis beralis tebal itu saat ditemui Tagar, Rabu, 6 November 2019. 

Berprofesi Sebagai Guru Mengaji

Desi merasa sangat senang menjadi manfaat di tengah orang banyak dan punya kans besar untuk membanggakan daerah asalnya. Menurut dia, apa yang telah diraihnya sejauh ini, tak terlepas dari dukungan penuh orang tua, guru-guru, dan teman-temannya. 

Desi aktif, mudah bergaul, berani bertanya, serta komitmen tinggi, orangnya optimistis.

Rupanya Desi memang bukan tipe pelajar pasif. Di rumahnya, dia mulai melatih diri menjadi guru mengaji yang mengajarkan anak-anak kecil di sekitar rumahnya, untuk bisa membaca Alquran

Selain itu, Desi juga tercatat sempat masuk salah satu perguruan pencak silat di Bantaeng. Siswa kelas XI atau tingkat akhir di SMA itu memang terkenal aktif. Baik dalam kelas maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler. 

Kepala Sekolah di BantaengSyafruddin, Kepala Sekolah SMAN 4 Bantaeng saat ditemui, Rabu, 6 November 2019. (foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka).

Menurut kepala sekolahnya, Syafruddin, siswinya ini selalu aktif bertanya di ruang kelas saat sesi belajar mengajar. Dia juga tercatat sebagai pengurus organisasi siswa intra sekolah (OSIS).

"Desi aktif, mudah bergaul, berani bertanya, serta komitmen tinggi, orangnya optimistis," kata Syafruddin.

Pria berkacamata ini mengaku ikut bangga dengan eksistensi salah satu siswinya itu. Selain membawa nama sekolah, Desi juga ia harapkan bisa mengharumkan kabupaten yang dijuluki tanah Butta Toa.

Demi kesuksesan Desi, Syafar -sapaan akrab Syafruddin- telah membuka pintu komunikasi, bahkan melobi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Bantaeng. 

Hal ini dilakukan agar siswinya benar-benar bisa fokus saat bertanding dalam perlombaan tingkat nasional. Sebanyak kurang lebih 200 peserta se-Indonesia akan menjadi tandingan Desi.

"InsyaAllah transportasi mereka (Desi dan pembimbing) di Jakarta akan difasilitasi dinas pendidikan (Disdikbud Bantaeng)" tuturnya.

Desi di Bantaeng, berhasil menjadi juara di hati masyarakat sekitar. Namun hal itu tidak lantas membuatnya jemawa dan tidak ada alasan untuk berbangga hati mabuk kepayang terhadap pujian. 

Putri Pedagang Ayam

Yang terpikir olehnya, hanya menjalankan rutinitas dan kewajibannya sebagai pelajar, menjadi anak berbakti, membantu orang tuanya yang merupakan pedagang ayam. 

Saya berharap, mohon doa dan dukungan kepada semua pihak, agar saya selalu sehat dan semangat, bisa mengharumkan Bantaeng.

Saat membantu ayah dan ibunya, Desi bertugas memotong-motong pesanan ayam menjadi potongan yang kecil. 

Tangannya sudah mahir memainkan pisau pemotong daging sejak masih kecil. Desi mengaku, sudah sejak dulu, di waktu-waktu senggang, ia sukarela membantu ayah ibunya bekerja.

"Saya berharap, mohon doa dan dukungan untuk semua pihak, agar selalu sehat dan semangat sehingga saya bisa mengharumkan nama Sulawesi Selatan. Khususnya tanah kelahiran saya Kabupaten Bantaeng," kata Desi. []

Berita terkait
Kuntilanak Penculik dari Bantaeng Sulawesi Bernama Anja
Menjadi cerita turun-temurun Anja sosok kuntilanak menakutkan di Banteang, Sulawesi Selatan, karena kerap menculik anak kecil selepas magrib.
Tragedi Berdarah Rumah Berhantu di Bantaeng
Di sebuah rumah angker tak berpenghuni di Bantaeng, Sulawesi Selatan, kabarnya sempat terjadi tragedi berdarah, saat suami memenggal istrinya.
Penjual Poteng Bantaeng Rindu Nurdin Abdullah yang Dulu
Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah dirindukan penjual poteng di Bantaeng. Dahulu suka bersedekah kepada pedagang, kini mengacuhkan.
0
Kekurangan Pekerja di Bandara Australia Diperkirakan Samapi Tahun Depan
Kekurangan pekerja di bandara-bandara Australia mulai bulan Juli 2022 diperkirakan akan berlanjut sampai setahun ke depan