Perilaku Emak-emak Naik Motor Bikin Celaka

Dua emak-emak berboncengan motor pada suatu malam di kawasan Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Sein menyala kanan tapi mereka belok kiri. Duarrrrrrrr!
Ilustrasi. (Foto: Pixabay/DomAlberts)

Jakarta - Dua emak-emak paruh baya berboncengan motor pada suatu malam di kawasan Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Dari pakaian yang dikenakan, tampaknya keduanya baru saja senam aerobik atau entah baru berangkat ke tempat pelatihan kebugaran. 

Di tengah jalan, dengan lampu sein kelap-kelip menyala, mengisyaratkan motor berwarna silver itu hendak berbelok ke kanan. Namun, anehnya, kecepatan motor tidak kunjung mengendur meski telah melewati dua gang, kendaraan itu tidak kunjung berbelok, masih berada tepat di tengah jalan. 

Mereka berdua malah celingak-celinguk, berguyon, tertawa terbahak-bahak, entah apa yang sedang didiskusikan. Yang jelas si pengendara motor tampak tidak fokus menatap ke depan karena ketawa-ketiwi. 

Dalam keadaan lampu sein motor yang mereka tumpangi memberi peringatan untuk belok kanan, tiba-tiba saja emak-emak itu justru mendadak memutuskan belok kiri, sementara pada saat bersamaan sebuah motor ingin menyalip mereka lewat kiri.

Alhasil, pengendara motor yang hendak menyalip itu mengalami kecelakaan tunggal. Sebelum terjatuh, sempat terdengar suara rem kendaraannya melengking keras, pengendara motor itu terlihat menjaga keseimbangan, menghindari benturan dengan motor yang dikendarai emak-emak yang sein motornya tetap masih menyala ke kanan.

Mas kok teriak, saya jadi kaget nih. Jatuh aja kok lebay banget sih.

Tilang ElektronikIlustrasi mengemudikan motor di jalan raya. (Foto: Antara/Galih Pradipta)

Terdengar suara teriakan seorang pria, karena motor yang dikendarainya tidak dapat lagi dikendalikan dan sempat terseret sejauh 10 meter. Pengendara itu jatuh tertimpa motor, celananya sobek. 

Kemudian, tiga pedagang nasi uduk yang berada di sekitar lokasi berupaya menggotongnya ke dalam lapak tempatnya berdagang.

Meski sudah diselamatkan orang lain, pria itu masih berupaya berargumentasi dengan dua emak-emak yang dia anggap telah mencelakakannya. Namun saat disatroni, keduanya hanya menganga kebingungan, seperti tidak tahu apa yang sedang terjadi. 

"Mas kok teriak, saya jadi kaget nih. Jatuh aja kok lebay banget sih," ucap Emak-emak bertubuh gembrot, sambil bertolak pinggang mengomeli serius pemuda itu.

Sontak, perkataan wanita itu membuat pria yang sendiri itu naik pitam. Dia tidak memaki kasar keduanya, memang nada bicaranya agak meninggi, karena dia merasa yang membuatnya celaka adalah kedua wanita itu.

"Kenapa Anda tidak kasih sein ke kiri kalau ingin belok kiri, justru hidupnya sein kanan? Ibu tidak melihat ada korban ini? Sudah sein salah, tidak pakai helm lagi," tutur pria itu.

Pria itu merasa ia sudah berada di posisi yang benar karena percaya diri ada sejumlah saksi mata yang menyaksikan kejadian. Lalu dia berdiri dan berjalan ke arah dua emak-emak tersebut dalam kondisi kaki kanannya pincang. Dia menanyakan apakah emak-emak itu memiliki Surat Izin Mengendarai Kendaraan Bermotor (SIM C).  

Ternyata pertanyaan dengan nada tinggi itu malahan membuat salah satu emak-emak yang mengendarai motor histeris menangis. Air matanya pecah, tangisan itu tidak lagi bisa dibendung. 

Kenapa Anda tidak kasih sein ke kiri kalau ingin belok kiri, justru hidupnya sein kanan?

tilang elektronikIlustrasi - Hati-hati berkendara demi keselamatan bersama. (Foto: Dok Tagar)

Dia sempat mengucap sesuatu, namun karena tangisnya terisak-isak, apa yang sedang diucap pun tidak jernih, terlalu samar untuk didengar. Temannya pun belakangan melakukan hal yang sama, melihat ada tangisan, wanita itu malah ikut menangis. Keduanya kini tidak bisa lagi diajak komunikasi dengan terang.

Melihat situasi tersebut, pria muda itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Ingin marah lagi rasanya tak ada guna. Akhirnya dia hanya bisa bergumam, terduduk merintih sakit di lapak nasi uduk, diajak mengobrol dan diberi air putih oleh pedagang nasi uduk.

Salah seorang pelanggan, sambil mengunyah nasi, coba mengademkan tensi pria itu yang terlihat amat bingung karena hanya bisa berkecamuk dengan bayang. 

"Sudah, Mas, tidak perlu diladeni. Orang seperti itu tidak menyelesaikan masalah. Ayo habis ini saya antar ke klinik di depan situ dekat. Ibu-ibu itu tidak paham kalau habis mencelakai orang harus berbuat apa, itu malah menangis," tuturnya.

Lain kali hati-hati Ibu kalau berkendara, jangan sampai membuat orang celaka lagi, pakai helm yang lengkap, perhatikan juga sein.

Namun tidak lama berselang setelah menenggak air putih hangat, pria itu memilih bangun, ketimbang terkapar di pinggir jalan, karena rasa sakit mulai datang. Sementara di lain sisi dia masih memiliki janji dengan orang lain

Melangkah terpincang, sebelum pulang, pria bertubuh kurus itu hanya berpesan singkat kepada kedua emak-emak yang masih belum juga menghentikan isak tangis tanpa sebab, tanpa permohonan maaf. 

"Lain kali hati-hati Ibu kalau berkendara, jangan sampai membuat orang celaka lagi, pakai helm yang lengkap, perhatikan juga sein. Saya belajar, ibu juga harus belajar. Jangan sampai kejadian gini terulang," kata pria itu.

Pria itu bernama Raymonda, usia 27 tahun. Ia menceritakan kepada Tagar, pengalaman kecelakaan yang dipicu perilaku buruk emak-emak di jalan, akhir Februari 2019. 

Tidak Semua Emak-emak Pengemudi yang Buruk

Tidak semua emak-emak adalah pengemudi yang buruk. Sebuah penelitian menunjukkan justru emak-emak lebih kompeten dalam mengemudi motor atau mobil.

Peneliti Ole Johansson di Institute of Transport Economics, dilansir dari laman Daily Mail, mengatakan laki-laki muda dan orang-orang ekstrovert atau neurotik lebih cenderung terganggu saat mengemudi. Sedangkan emak-emak yang lebih tua jauh lebih baik dalam mengendalikan gangguan mereka, dan memperhatikan jalan di depan.

Ilmuwan Norwegia itu menjelaskan studinya melihat bagaimana ciri-ciri pribadi seperti usia, jenis kelamin, dan kepribadian mempengaruhi gangguan pengemudi. 

Ia menggunakan sampel pertama adalah 1.100 siswa SMA dari seluruh Norwegia, 208 di antaranya memiliki lisensi untuk mengemudi. Sampel kedua adalah 414 orang yang diambil dari populasi umum.

Fakta Penelitian Lain

Fakta lain tentang emak-emak pengemudi berdasarkan penelitian dilakukan psikolog dari Universitas Goldsmiths London bersama Hyundai Inggris.

Penelitian itu menemukan emak-emak 12 persen lebih pemarah dibanding laki-laki saat mengendarai mobil atau sepeda motor. 

Studi melibatkan 1.000 pengemudi di London, Inggris, menunjukkan insting pertahanan emak-emak membuat mereka bereaksi lebih agresif, saat merasa akan datang bahaya. 

Peneliti juga mendapati emak-emak akan berteriak, atau menyalakan klakson saat kondisi tertekan. 

Disimpulkan juga emak-emak 14 persen lebih mudah marah dibanding laki-laki terhadap pengemudi di bagian belakang, dan 13 persen kepada mobil depan, seperti saat mobil lain salah menyalakan lampu sein. 

Patrick Fagan, psikolog dari Universitas Goldsmiths London yang ikut dalam studi mengatakan naluri yang ada pada emak-emak itu dianggap sudah tumbuh sejak dahulu kala, merupakan warisan nenek moyang. 

“Teori evolusi mengatakan nenek moyang perempuan sejak dulu terus mengembangkan ketajaman akan bahaya yang bisa mengancamnya, di mana saat itu mereka harus bisa bertahan saat sang pria berburu," ujar Patrick Fagan. [] 

Baca juga:

Berita terkait
Emak di Tana Toraja Nyolong Susu di Minimarket
IRT di Tana Toraja kedapatan mencuri susu di dua minimarket. aksinya terekam CCTV minimarket
Emak-Emak di Siantar Cegat Mobil Pembawa Tahanan
Para nasabah yang didominasi emak-emak itu mengaku menjadi korban penipuan mantan Kepala Koperasi Swadarma BNI.
Dua Spesialis Jambret Emak-Emak di Medan Diringkus
Polda Sumatera Utara meringkus dua pria spesialis jambret emak-emak di Kota Medan.