Magelang - Kearifan lokal menjadi keunikan tersendiri bagi Desa Margoyoso, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, dalam menjaga kelestarian lingkungan. Berpadu dengan peraturan desa (perdes), mitos digunakan desa tersebut untuk mencegah warganya merusak alam.
Hal itu ditemukan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat melakukan penanaman pohon di Desa Margoyoso, Minggu, 17 Januari 2021. Di desa tersebut, lingkungannya masih terjaga, alamnya asri dengan pepohonan rimbun dan air mengalir jernih dari puluhan sumber mata air.
Tiba di Margoyoso, Ganjar yang datang ke Magelang sambil gowes dari Kabupaten Semarang langsung menuju sebuah pancuran dari sebuah mata air. Menengadahkan tangannya, ia kemudian membasuh muka dan rambutnya dengan air tersebut.
"Seger sekali ya. Ini bisa buat rambut saya jadi hitam enggak ya," candanya.
Kepala Desa Margoyoso, Adi Daya Perdana mengungkapkan dulu wilayah desanya kering kerontang. Hampir setiap tahun, khususnya di musim kemarau, warga selalu meminta bantuan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Setelah itu kami menggalakkan konservasi lingkungan. Untuk mendukungnya, kami membuat perdes yang mengatur tidak boleh ada penebangan pohon besar dan giat melakukan penanaman," ucapnya.
Kearifan lokal berupa kepercayaan masyarakat akan mitos tentang keangkeran pohon-pohon besar juga dihidupkan. Warga yang berani menebang pohon besar, pasti akan diganggu sosok gaib penunggu pohon.
"Dengan kepercayaan mistis dan peraturan desa ini, upaya kami melakukan konservasi cukup berhasil," ujar dia.
Menjaga mata air ini sama saja menjaga persaudaraan.
Terbukti, di desa itu sekarang muncul 88 mata air. Jumlah itu baru di wilayah Dusun Silumut. Sedangkan dusun lain punya sumber air yang jumlahnya lebih dari 20 titik.
"Dan mata air ini sekarang bisa mencukupi kebutuhan warga kami. Tak hanya itu, desa lain bahkan beberapa desa di Kabupaten Purworejo juga menikmati air dari mata air desa ini," jelasnya.
Untuk meningkatkan kepedulian bersama, maka Adi Daya membentuk sebuah gerakan bernama Sedulur Tunggal Banyu. Dengan gerakan itu, maka masyarakat bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan agar mata air tetap terjaga sampai anak cucu.
"Menjaga mata air ini sama saja menjaga persaudaraan. Melalui mata air, maka kami dapat mempererat tali persaudaraan," imbuhnya saat memberi penjelasan upaya pelestarian lingkungan kepada Ganjar Pranowo.
Ganjar sendiri sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan warga Margoyoso. Dengan peraturan desa serta mengedepankan kearifan lokal, langkah-langkah pelestarian lingkungan bisa benar-benar tercapai.
"Ini hebatnya Pak Kades dan warga Margoyoso, mereka punya kesadaran lingkungan yang tinggi. Pak Kades ini masih muda, tapi mampu menggerakkan kekuatan yang ada di masyarakat untuk melakukan konservasi lingkungan," katanya.
"Ada 88 mata air di sekitar sini saja, dan yang menikmati sampai Purworejo. Air itu ketika harus menghidupi manusia, tidak memandang suku, agama dan ras, maka tugas kita sekarang adalah mengelola, merawat dan mengkonservasi. Makanya hari ini saya melakukan penanaman," sambung dia.
Baca juga:
- Tiket Pesawat, Kenangan Ganjar saat Ketemu Syekh Ali Jaber
- Disuntik Vaksin Covid Pertama di Jateng, Ganjar Ungkap Efek
- Merapi Fase Erupsi, Ganjar Pastikan Warga Ada di Pengungsian
Penanaman pohon, lanjut Ganjar, harus terus digencarkan sebagai upaya melindungi mata air. Terlebih saat ini musim hujan, momen yang pas untuk melakukan penghijauan.
"Kalau sebelumnya saya menanam pohon di sekitar Rawa Pening, pekan lalu di bantaran sungai Jragung Demak dan hari ini di Kabupaten Magelang, maka besok kita cari lagi tempat lainnya untuk menanam. Ayo kita tanam terus, mumpung musim penghujan," imbuh dia.
Dalam kegiatan penanaman pohon tersebut, hadir pula Bupati Magelang Zaenal Arifin, sejumlah warga dan anggota karang taruna. Sebanyak 500 bibit pohon ditanam, meliputi pohon Gayam, Durian, Jambu dan Sirsak. []