Perbedaan Demonstrasi di Indonesia dan Hong Kong

Aksi demonstrasi di Hong Kong sangat bertolak belakang dengan Indonesia.
Sebuah sepeda motor rusak saat bentrok polisi dan massa di depan gedung Bawaslu, Jakarta, Kamis (23/5/2019) dini hari. (Foto: Antara/Aprillio Akbar)

Jakarta - Aksi demonstrasi di Hong Kong sangat bertolak belakang dengan Indonesia. Hal ini terlihat dari video viral, tertibnya jutaan warga bekas jajahan Inggris yang berdemonstrasi menuntut Rancangan Undang-Undang Ekstradisi. Berbanding terbalik dengan aksi massa di depan kantor Bawaslu yang justru berakhir rusuh.

Dalam video tersebut, kerumunan demonstran Hong Kong yang jumlahnya diklaim mencapai dua juta orang tampak terbelah menjadi dua bagian, saat ambulans hendak lewat menyeberangi lautan massa.

Pendemo tampak bergeser dengan tertib, seakan memberi ruang yang cukup untuk ambulans melanjutkan perjalanan ke rumah sakit. Beberapa detik setelahnya, massa kembali ke tempat semula dengan perlahan. Kejadian tersebut membuat gemas sebagian besar warganet Indonesia.

"Demo di Indonesia: Ambulan bawa batu buat rusuh, tulis akun @arman_dhani di media sosial Twitter, sembari mengunggah video berdurasi 33 detik tersebut.

Demonstrasi HongkongWarganet bernama Arman Dhani membandingkan perbedaan demonstrasi di Indonesia dan di Hongkong. (Foto: Twitter/arman-dhani)

Sedangkan seorang warganet lain, menyambar cuitan tersebut dengan perbandingan perlakuan kasar dari beberapa pendemo di Indonesia terhadap pekerja media, videonya sempat viral di linimasa.

"Dan pasti ga ada demonstran yg gangguin wartawan sambil teriak hoaks hoaks," kata akun @olifitriani.

Aksi penolakan terhadap RUU ekstradisi di Hong Kong, berlangsung di jalan-jalan utama sejak 16 Juni 2019. Peserta unjuk rasa melakukan aksi lantaran RUU ekstradisi dinilai sangat kontroversial.

Aksi protes juga dilakukan demi mendesak pemimpin setempat, Carrie Lam, untuk mundur. Pembahasan RUU kemudian diputuskan ditunda. Namun begitu, massa mengaku bakal tetap bertahan dan tidak akan mengendurkan aksinya hingga RUU tersebut benar-benar dibatalkan.

Selama dua hari jalannya aksi, 16 dan 17 Juni, massa pendemo tampak melakukan aksi dengan tertib. Mereka bersikap sewajarnya meski pihak keamanan sempat melontarkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan.

Uniknya, saat situasi sempat memanas, sejumlah demonstran tampak membantu melindungi kepala seorang wartawan setempat dengan helm saat sedang melakukan siaran langsung liputan kerusuhan. Tidak hanya helm, beberapa pendemo lain juga terlihat memberikan payung agar tubuh sang kuli berita tidak terkena lemparan batu atau gas air mata.

Berbeda dengan kejadian unjuk rasa di Hong Kong, demonstrasi di Jakarta berakhir rusuh, lantaran pendemo menolak dibubarkan polisi di depan gedung Bawaslu pada tanggal 21-22 mei 2019. Massa aksi justru membombardir pihak keamanan dengan lemparan batu, petasan dan bom molotov.

Tidak hanya melempari polisi, perusuh juga berlaku vandal terhadap beberapa fasilitas umum di sekitar lokasi aksi. Beberapa motor milik wartawan yang datang meliput serta sejumlah mobil polisi yang terparkir dibakar.

Seorang jurnalis perempuan dari salah satu televisi swasta nasional sempat mengalami persekusi dari massa pendemo saat melakukan siaran langsung di atas jembatan layang di wilayah Tanah Abang. Video kejadian memilukan tersebut kemudian viral di linimasa berbagai media sosial dan mendapat kecaman dari warganet. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.