Jakarta – Psikiater Ahli Adiksi Perilaku Enjeline Hanafi mengatakan orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mengasuh dan memperhatikan pola perilaku pengunaan internet dan gawai agar tidak terjadi adiksi pada anak dan remaja.
“Langkah pencegahan di rumah merupakan hal yang bisa kita lakukan sebagai orang tua, misalnya tante, om kepada anak maupun keponakan,” ujar Enjeline dalam Webinar “Peluncuran Program Jauhkan Adiksi Gawai Optimalkan Potensi Anak (Jagoan)”, Sabtu, 2 Oktober 2021.
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam mencegah adiksi gawai pada anak adalah orang tua harus bisa menjadi role model yang baik bagi anak-anaknya, seperti dalam membatasi penggunaan internet, mematikan notifikasi, dan tidak menggunakan gawai saat sedang berbicara atau berkumpul bersama anak.
Seringkali anak rewel dikasih handphone supaya diam atau misalnya kalo kamu bisa menyelesaikan tugas ini aku kasih tambahan main satu jam nah ini sebaiknya juga tidak boleh dilakukan karena tetap harus ada batasan.
“Ada satu dari pasien kami bilang, saya berbincang sama ayah dan ibu, tapi mereka enggak dengerin, mereka fokus melihat handphone. Harusnya bapak saya juga mendapat peraturan yang sama dong, kok saya enggak boleh main game, kok dia boleh nonton Korea misalnya. Ini juga menjadi suatu perdebatan. Karena ini kan negosiasi ya, jadi kita harus menjadi seorang role model yang baik,” ujar Enjeline.
- Baca Juga: Menkominfo: Pemerintah Siapkan Peta Jalan Digital 2021-2024
- Baca Juga: Yayasan Sejiwa Resmi Meluncurkan Program Jagoan Oktober 2021
Selain itu, untuk membatasi dan mengawasi anak dalam menggunakan gawai dan mengakses internet secara berlebih, orang tua harus bisa mengatur tempat dan waktu penggunaan media sosial atau permainan terutama saat sedang makan dan sebelum tidur.
Orang tua sebaiknya menjadwalkan kegiatan rutin bersama sang anak, baik yang berkaitan dengan waktu bermain online (PJJ dan game online), bermain offline, memasak, membaca, ataupun berolahraga.
“Seringkali anak rewel dikasih handphone supaya diam atau misalnya kalo kamu bisa menyelesaikan tugas ini, aku kasih tambahan main satu jam. Nah, ini sebaiknya juga tidak boleh dilakukan karena tetap harus ada batasan berapa jam yang harus kita kasih sebagai batasan terhadap anak-anak kita. Jadi, jangan buat penggunaan gawai sebagai hadiah atau hukuman,” katanya.
Selain langkah, Enjeline juga menekankan pentingnya pola asuh yang baik dari orang tua agar anak merasa adil dan disayang.
Di antara 4 jenis pola asuh yaitu authoritarian, authoritative, permissive, dan uninvolved, pola asuh orang tua authoritative lah yang paling baik.
Hal ini dikarenakan terjadi hubungan timbal balik antara anak dan orang tua pada pola asuh ini. Anak dapat beropini dan mengeluarkan pendapatnya lewat diskusi dan negosiasi.
“Sebaiknya dalam satu keluarga terjadi diskusi, baik antara ayah, ibu, anak, ataupun kakaknya. Jadi dalam negosiasi itu, enggak bisa satu anak mendapat satu aturan, lalu kakaknya beda lagi. Semua aturan yang ada di rumah itu berlaku untuk semua anggota keluarganya,” ujarnya.
- Baca Juga: Mendagri: Peran Orang Tua Penting Siapkan Belajar Tatap Muka
- Baca Juga: Peran Orang Tua Redakan Anak Bertengkar di Medsos
Di sisi lain, Enjeline juga menganjurkan untuk melakukan kesepakatan penggunaan internet tertulis antara orang tua dan anaknya, terutama bagi remaja agar anak tersebut dapat mengurangi penggunaan gadget serta bisa belajar untuk bertanggung jawab atas kesepakatan yang ditulis dan ditandatangani.
“Pada intinya kita ingin menemukan suatu keseimbangan. Baik positif maupun negatif dari keseimbangan gawai. Memang titik tengahnya adalah kita harus tau banyak informasi, kita harus tahu dulu untuk menemukan titik tengahnya seperti apa. Negosiasi dan diskusi itu merupakan hal yang penting dalam menanggulanginnya,” katanya.
(Eka Cahyani)