Jakarta - Kabar wafatnya seniman Djaduk Ferianto mengagetkan banyak orang termasuk sutradara Hanung Bramantyo. Perasaan kehilangan suami Zaskia Adya Mecca itu ia tuliskan melalui laman Instagram pribadinya.
Hanung mengakui sosok Djaduk telah ia anggap sebagai guru sekaligus kakak baginya.
Sutradara film Bumi Manusia itu juga mengenang sedikit banyak pesan kehidupan yang pernah disampaikan mendiang pemimpin orkes Sinten remen itu.
"Pagi ini jantung saya terasa ketusuk mendengar kabar mas Jadug sudah ‘pulang’. Mata ini tak terasa basah. Mengingat seluruh kenangan dengan beliaunya," tulis Hanung melalui laman Instagram, Rabu, 13 November 2019.
"Selamat jalan mas Jadug. Kangmas dan guruku. Selamat bertemu ayahanda Romo Bagong Kusudiarjo di Surga. 'Aku ra bakal lali ro omonganmu.'," kata dia.
Dalam keterangan unggahan tersebut, Hanung menceritakan awal mula ia terjun ke dunia perfilman. Sosok Djaduk Ferianto, disebutnya sebagai salah satu orang yang berkontribusi besar dalam karier panjangnya.
"Kata beliau ke saya : 'pak Teguh Karya berpesan, kalo mau belajar jadi sutradara, datang sendiri ke Kebon Pala, atau kalo perlu saya yang antar'," tulis Hanung.
Usai mendengar pesan tersebut, Hanung pergi ke Sanggar Popular di kawasan Jakarta Pusat, dan menapai perjalanan kariernya sebagai sineas.
"Saya sama sekali tak membayangkan perjalanan tersebut akan membawa saya mengarungi dunia film sampai hari ini. Salah satu yang membawa saya masuk adalah mas Jadug," kata Hanung.
Hanung juga masih mengingat betul pesan Djaduk untuk berhati-hati menapaki kehidupan berkarier di Jakarta. Selain itu, sutradara kelahiran Yogyakarta, 1 Oktober 1975 itu juga masih mengenang momen Djaduk menjadi saksi pencapaiannya hingga kini.
"'Sing penting fokus, Le. Disiplin lan tatag ( teguh/konsisten ). Jakarta ki ombo tur kejem, bedo ro Jogja!' begitu kata beliau," ujar dia.
"Saat @gamplong_studio diresmikan pak @jokowi, mas Jadug hadir. Turut menyaksikan sampai dimana langkah saya menapak. Beliau cuma bilang : 'elok tenan koe, bung!' Cukup satu kata, tapi punya arti luar biasa buat saya. Rupanya kata itu 'kata terakhir' beliau. kata Hanung.
Gregorius Djaduk Ferianto meninggal dunia pada Rabu dini hari, 13 November 2019. Seniman multitalenta itu mengembuskan napas terakhir sekitar pukul 02.30 WIB.
Djaduk meninggal dunia di usianya yang telah menginjak 55 tahun. Ia meninggalkan seorang istri dan 5 orang anak.
Sejumlah sumber mengatakan sang maestro wafat usai menderita komplikasi sejumlah penyakit, di antaranya jantung dan darah tinggi.
Baca juga: Mendiang Djaduk Ferianto di Mata Butet Kertaradjasa
Semasa hidup, Djaduk merupakan seniman yang terkenal aktif mengasuh grup musik etnik modern Sinten Remen dan Kua Etnika.
Ia juga merupakan bagian dari teater Gandrik yang pernah menjadi sutradara maupun penata musik sejumlah pagelaran teater. Djaduk juga kerap mengisi musik latar sederet karya film nasional. []