Penyebab Seorang Anak Bisa Membunuh dan Berbuat Kriminal

lmuwan Psikologi Sosial Universitas Mercu Buana Intan Savitri menjelaskan terkait penyebab seorang anak bisa berbuat kriminal pada usia belia.
Ilustrasi - Anak berbuat kriminal. (Foto: Tagar/Hallodok)

Jakarta – Ilmuwan Psikologi Sosial Universitas Mercu Buana Intan Savitri menjelaskan terkait penyebab seorang anak bisa membunuh dan berbuat kriminal, yang perlu diketahui oleh kebanyakkan orang tua.

Ia mengatakan perlu dibedakan kata kriminal yang dikaitkan dengan perilaku negatif anak. Sebuah perilaku negatif disebut kriminal ketika ada dua poin besar, yaitu intensi untuk menguntungkan diri sendiri atau merugikan orang, kedua, kemampuan untuk mengontrol perilaku dan diri. 

“Pada anak-anak hal ini belum bisa ditemukan karena biasanya anak-anak seperti kasus JM tadi memiliki kemampuan untuk kontrol diri yang masih kurang dan prefrontal cortex nya belum berkembang, terkait dengan pengelolaan kontrol diri,” ujar Intan Savitri saat diwawancarai Tagar TV, Sabtu, 3 Juli 2021.


Karena dirinya pernah sebagai korban maka ia juga akan melakukan kekerasan pada orang yang menurut dia lebih lemah atau bisa di intimidasi.


Intan SavitriIntan Savitri saat diwawancari Cory Olivia di kanal YouTube Tagar TV. (Foto: Tagar/Selfiana)

Intan juga mengatakan bahwa anak-anak seringkali tidak bisa mengontrol impuls yang kemudian intensi untuk menguntungkan dirinya sendiri dan merugikan orang lain agak sulit untuk dibutuhkan. 

“Dalam kasus JM sudah terlihat ada rangsangan stimulus kemudian boleh jadi dia terbiasa memodel dengan orang-orang yang menyelesaikan persoalan dengan kekerasan sehingga akhirnya short cut thinkingnya adalah ia langsung membalas,” ujarnya. 


Alasan Anak melakukan Perbuatan Buruk

Intan mengatakan alasan mengapa seorang anak bisa melakukan perbuatan buruk, dengan beberapa teori. Pertama, jika dari sisi bio psikologi memang ada individu-individu yang memiliki kerentanan di otaknya yang terkait dengan agresi, akibatnya tidak mudah untuk mengontrol diri. 

Kedua, lingkungan sosialnya yang tidak mendukung seperti menyelesaikan persoalan dengan kekerasan. 

“Anak-anak yang dibesarkan dari lingkungan yang penuh dengan kekerasan baik dia melihat, mengalami, atau melihat orang tuanya menjadi korban kekerasan, jadi paparan kekerasan ada sehingga potensi melakukan kekerasan lebih besar dibanding dengan mereka dengan pola asuh non kekerasan,” ucapnya.

Untuk menghindari sikap kekerasan pada anak Intan menjelaskan bahwa yang paling penting adalah berawal dari lingkungannya, yaitu dengan pendidikan dan pengasuhan yang diperbaiki sehingga anak-anak tidak tumbuh menyelesaikan permasalahan dengan kekerasan. 

“Yang paling penting itu orang tua, sekolah, kemudian masyarakat yang paling dekat dengan anak-anak,” ujarnya.

“Biasanya anak-anak seperti itu yang terlebih dahulu jadi korban dan kemudian dia merasa bahwa kekerasan itu boleh dilakukan, Karena dirinya pernah sebagai korban maka ia juga akan melakukan kekerasan pada orang yang menurut dia lebih lemah atau bisa di intimidasi,” ujar Intan. []

Berita terkait
Ombudsman Temukan Maladministrasi & Diskriminasi Pelayanan
Ketua Ombudsman RI, Mokhammad Najih menjelaskan rekomendasi tersebut disusun berdasarkan adanya maladministrasi dari hasil temuan.
Kasus Sengketa Lahan di Sentul Berujung Kriminalisasi
Kasus sengketa lahan salah satu warga Desa Cijayanti Kabupaten Bogor berujung pada intimidasi dan kriminalisasi kepada pemilik lahan yang sah.
Pemerintah Wajib Menelusuri Pemalsuan Data ASN, Karena Ini Kriminal
Sebanyak 97 ribu pegawai negeri atau ASN/PNS mendapat gaji setiap bulan selama puluhan tahun, tapi mereka itu siluman, palsu, tidak ada orangnya.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.