Penyebab Kecelakaan di Sleman, Ini Cerita Congyang Semarang

Polisi menduga ada pengaruh minuman keras di kecelakaan maut di Sleman. Ditemukan congyang dan ciu di mobil yang ditumpangi remaja asal Semarang.
Minuman congyang asal Kota Semarang. Minuman keras ini didapati polisi di salah satu mobil yang terlibat kecelakaan di Sleman, Yogyakarta. (Foto: Tagar/Istimewa)

Semarang - Kecelakaan maut di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, diduga akibat pengemudi terpengaruh minuman keras (miras). Kecelakaan menyebabkan empat penumpang Mobilio, semuanya remaja asal Semarang, Jawa Tengah, meninggal dunia. 

Peristiwa nahas Mobilio versus Xpander itu terjadi di Jalan Magelang - Yogyakarta Km 6, wilayah Dusun Mulungan, Kelurahan Sendangadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Sabtu pagi, 3 Oktober 2020. Polisi menemukan miras jenis congyang dan ciu dari dalam Mobilio. 

Bicara mengenai congyang, minuman ini tidak asing bagi warga Semarang. Congyang hanya diproduksi di Kota Atlas, dengan cakupan edar hanya Semarang dan sekitarnya. 

Congyang dibuat oleh CV Tirto Waluyo, pabriknya ada di wilayah utara Semarang, tepatya di kawasan industri Kaligawe. Dikemas dalam botol berukuran kecil kapasitas 330 mililiter. 

Di kertas label botol tertulis merek minuman, Cap Tiga Orang, lengkap dengan gambar di pria tua berjenggot dan dua perempuan. Ketiganya mengenakan pakaian khas masyarakat China tempo dulu.

Di label juga disebutkan kandungan alkohol 19,66%, termasuk minuman beralkohol golongan B, dengan aroma kopi moka. Pada label bagian belakang atau sebaliknya, tertera penjelasan bahan-bahan pembuatan congyang. 

Terbuat dari komposisi air, spirit (hasil destilasi fermentasi beras), gula pasir, perisa sintetik kopi moka, pewarna makanan (karmoisin CI. No. 14720, tartrazin CI. No 19140, dan biru berlian FCF CI. No. 42090).

Meski area edar utama dari congyang ada di Semarang, namun bukan berarti minuman itu tak bisa didapat di luar Semarang. Di beberapa kota lain yang agak jauh dari Semarang, seperti di Purwodadi, Solo, Magelang, hingga Yogyakarta. Tentunya dengan harga yang sudah naik berlipat dan hanya bisa dibeli di tempat tertentu. 

Di Kota Semarang, congyang dibanderol dengan harga di kisaran Rp 32 ribu sampai Rp 35 ribu per botol. Semakin jauh dari Semarang maka harganya semakin mahal. Semisal di kawasan wisata Bandungan, Kabupaten Semarang, congyang dihargai di kisaran Rp 50 ribu per botol. 

congyang2Minuman keras jenis congyang asal Semarang. Mudah didapat di warung atau kios di Semarang. Bisa dinikmati di tempat sebagai teman hidangan ragam kuliner lain. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Sejarah Congyang

"Dulu congyang dikenal dengan sebutan ajong, yang diambil dari nama seorang ahli pengobatan tradisional keturunan Tionghoa ratusan tahun lalu bernama A Djong," ujar Arty Lhemet, salah satu penikmat Congyang Semarang, Senin, 5 Oktober 2020.   

Konon, Khong A Djong, tak hanya seorang pakar pengobatan China. Dia merupakan ahli kungfu, mewarisi ilmu kungfu Wong Fei Hong. Dilansir dari halosemarang.id, Khong A Djong lahir di Kampung Gabahan Lengkong Buntu, kawasan Pecinan Semarang pada 10 Oktober 1896.

Di usia mudanya, dia berguru ilmu kungfu selama 27 tahun di Tiongkok. Pada tahun 1923, A Djong pulang ke Semarang dan menikah dengan gadis bernama Auw Yang Ien Nio, warga Kampung Gabahan Lengkong Buntu, Semarang.

Untuk menghidupi keluarganya pada masa penjajahan Belanda, Khong A Djong mengandalkan dari kemampuannya meracik obat-obatan tradisional, termasuk menciptakan minuman beralkohol yang diberi nama A Djong.

A Djong punya kandungan alkohol 35%. Lambat laun minuman ini jadi sarana pengakrab pergaulan anak muda Semarang dan beredar di kawasan-kawasan prostitusi di Semarang. A Djong mengalami puncak kejayaan di era tahun 60-an. 

Dulu congyang dikenal dengan sebutan ajong, yang diambil dari nama seorang ahli pengobatan tradisional keturunan Tionghoa ratusan tahun lalu bernama A Djong.

Seiring waktu, cita rasanya yang terlalu keras mirip arak lantaran tingginya kandungan alkohol, masyarakat berangsung meninggalkan Adjong. Hingga akhirnya masa kejayaan minuman itu meredup. 

Situasi pasar tersebut ditangkap oleh Koh Tiong, salah satu pewaris keturunan Khong A Djong. Ia kemudian mengkreasikan A Djong dengan cita rasa baru, menambahkan rasa manis menyesuaikan selera masyarakat Semarang kala itu. 

Ternyata racikan Koh Tiong ini mendapat sambutan bagus dari warga Semarang. Dari kreasi ini lah yang kemudian jadi rujukan rasa congyang saat ini. Diproduksi pertama kali berkonsep industri rumahan di Jalan Wotgandul, kawasan Pecinan Semarang.

Baca juga: 

Nama A Djong kemudian berganti dengan sebutan congyang. Tidak jelas asal usul nama congyang tersebut. Meski dipatenkan dengan nama Cap Tiga Orang sejak tahun 1985, namun minuman ini lebih membumi dengan sebutan congyang. 

Congyang sendiri ada yang menyebut berasal dari serapan bahasa Hokkian yang berarti mawar werah. Padahal dalam bahasa Hokkian kata chong berarti maju dan yang tidak memiliki pemaknaan mawar ataupun merah. 

congyang3Congyang, minuman keras khas Semarang. Biasanya disimpan di lemari pendingin. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Mudah Didapat

Tak hanya soal cita rasa yang mengalami perubahan, kemasan hingga ukuran dan harga, congyang mengalami perkembangan, menyesuaikan selera pasar.

Baca juga:  

Distribusi awalnya, congyang dikemas menggunakan besek yang terbuat dari bambu. Di dalamnya diberi pengaman dari dami atau padi yang sudah kering, agar botol tidak mudah pecah bila terbentur. Kini dikemas dalam kardus dengan sekat pengamannya. 

Dulu, minuman itu diproduksi dalam ukuran botol besar, berisi dua kali lipat dari ukuran sekarang, sekitar 620 mililiter. Harganyapun jauh lebih murah. Di era tahun 90-an, congyang toldi atau botol gedi (besar) dijual Rp 600 - Rp 800 per botol.

Perkembangan waktu, karena diproduksi dan diedarkan dengan pasar utama di Semarang, congyang menjadi minuman khas Kota Atlas. "Belum ke Semarang kalau belum minum congyang." Demikian ungkapan yang sudah menjadi slogan bagi kalangan muda Semarang.

Rasa yang cukup manis dengan aroma moka membuat congyang laris manis di pasaran. Minuman wine ala jawa ini peminatnya makin meluas. Tak hanya disukai generasi 80-an, congyang juga banyak diburu kaum milenial. Terlebih harganya terjangkau. 

Baca juga: 

Pantauan Tagar, meski beredar luas, namun penjualan congyang tidak serta merta seperti penjualan barang kebutuhan lain. Hanya di warung atau kios 'khusus' yang berani menjual minuman tersebut. Hal ini terkait dengan ketentuan peredaran minuman beralkohol di Semarang. 

Ketentuan tersebut bukan berarti membuat takut penjual maupun pembelinya. Sebab, bagi yang sudah paham, akan mudah mendapatkan minuman tersebut. Tidak melihat usia, kalangan muda yang masih berstatus pelajar dan mahasiswa dilayani.

"Kebetulan ada kawan datang, ya saya suguhi congyang, buat mengakrabkan suasana saja," ujar remaja belasan tahun ketika dijumpai Tagar di sebuah warung penjualan congyang di kawasan Kecamatan Tembalang.

Seiring perkembangan teknologi informasi, congyang pun mengalami penyesuaian di pemasarannya. Tolik bisa didapat dengan mudah secara online dengan harga tak jauh beda dengan harga yang dibanderol penjual offline

Dan tidak mengherankan, ketika warga Semarang bepergian ke luar kota, banyak dari mereka membekali diri dengan beberapa botol congyang. Ada yang sengaja membawa untuk buah tangan ataupun dinikmati bersama kawan di tempat tujuan, mengingat congyang mudah didapatkan hanya di Semarang. []

Berita terkait
Bir Pletok Asal Mula Khasiat dan Standarisasi Mutu
Bir pletok, meski tidak diketahui kapan persisnya ditemukan, minuman asli orang Betawi ini punya standarisasi proses pembuatannya.
Ada Ciu dan Congyang dalam Kecelakaan Maut 4 Tewas di Sleman
Kecelakaan maut terjadi di Sleman, Yogyakarta menyebabkan empat orang tewas dan empat luka. Hasil olah TKP ditemukan Ciu dan Congyang.
Menengok Desa Ciu untuk Hand Sanitizer di Banyumas
Desa Wlahar merupakan salah satu desa penghasil ciu di Banyumas. Ciu Walahar saat ini digunakan untuk bahan pembuatan hand sanitizer
0
Harga Emas Antam di Pegadaian, Kamis 23 Juni 2022
Harga emas Antam hari ini di Pegadaian, Kamis, 23 Juni 2022, untuk ukuran 1 gram mencapai Rp 1.028.000. Simak ulasannya berikut ini.