Banyak orang merasakan ketenangan yang mendalam saat hujan turun. Fenomena ini bukan hanya sekadar pengalaman subjektif, tetapi juga telah menjadi subjek penelitian ilmiah di berbagai bidang seperti psikologi, neurosains, dan ekologi. Para ilmuwan telah mengeksplorasi berbagai aspek suara, lingkungan, dan efek fisiologis yang terjadi saat hujan, yang menjelaskan mengapa banyak dari kita merasa lebih tenang.
Salah satu elemen utama yang menenangkan pikiran saat hujan adalah suara ritmis tetesan air hujan. Penelitian tentang white noise menunjukkan bahwa suara dengan pola yang stabil, seperti hujan, dapat menutupi kebisingan lain yang bersifat acak dan mengganggu. White noise, termasuk suara hujan, membantu otak kita berfokus pada satu jenis suara yang konsisten, mengurangi kemungkinan terganggu oleh rangsangan lain yang bisa meningkatkan kecemasan atau stres.
Penurunan suhu yang sering menyertai hujan juga memainkan peran penting dalam menenangkan pikiran. Penelitian menemukan bahwa suhu yang lebih rendah dapat mengurangi stres fisiologis. Saat suhu menurun, tubuh tidak perlu bekerja keras untuk menjaga suhu inti, sehingga mengurangi beban kerja fisik dan memberikan rasa nyaman. Selain itu, temperatur yang lebih sejuk merangsang produksi melatonin, hormon yang terkait dengan rasa kantuk dan relaksasi.
Cahaya matahari yang terhalang oleh awan saat hujan menyebabkan intensitas cahaya yang lebih redup. Penelitian menemukan bahwa cahaya redup dapat menenangkan sistem saraf, karena cahaya yang kuat dapat merangsang respons stres tubuh. Ketika paparan cahaya menurun, kortisol—hormon stres—juga mengalami penurunan, yang menyebabkan suasana hati menjadi lebih tenang. Bahkan ada penelitian yang menunjukkan bahwa cahaya alami yang lembut dan cenderung abu-abu, seperti yang terjadi saat hujan, dapat meningkatkan produksi serotonin dalam otak, neurotransmitter yang mempengaruhi suasana hati dan kebahagiaan.
Hujan sering kali disertai dengan aroma khas yang muncul saat tetesan air menyentuh tanah kering, yang dikenal sebagai petrichor. Penelitian menemukan bahwa petrichor dihasilkan oleh kombinasi minyak tanaman dan senyawa kimia geosmin yang dilepaskan oleh bakteri tanah saat terkena air. Aroma ini tidak hanya menyenangkan tetapi juga memicu respon positif di otak. Studi lain menunjukkan bahwa petrichor dapat memiliki efek relaksasi pada sistem saraf, memicu kenangan evolusioner dari masa ketika hujan merupakan sinyal bahwa air, sumber daya penting bagi kehidupan, telah tersedia.