Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat protes dari sejumlah kalangan pengusahan nasional yang bernama TUSIAD. Pengusahan mendesak agar Erdongan meninggalkan kebijakan moneter berdasarkan suku bunga yang rendah.
Sebagaimana dikutip dari Reuters, Senin, 20 Desember 2021, menurut kelompok itu, kebijakan itu telah membawa kejatuhan besar bagi mata uang lira. TUSIAD menegaskan Erdogan harus kembali memberlakukan 'aturan ilmu ekonomi' yang seharusnya diterapkan. Hal ini juga diperparah dengan inflasi yang semakin tinggi di negara itu.
"Sebagai akibat dari ketidakstabilan yang kami alami belakangan ini, menjadi jelas bahwa tujuan di bawah program ekonomi yang sedang diupayakan ini tidak akan tercapai. Bahkan ekspor, yang diharapkan mendapat manfaat paling besar dari ini, telah dirugikan di bawah situasi ini," kata TUSIAD.
Di bawah tekanan dari Erdogan, bank sentral telah memangkas suku bunga sebesar 500 basis poin sejak September. Erdogan mengatakan suku bunga yang tinggi merupakan hal yang tidak baik bagi ekonomi.
Ia berdalih model suku bunga rendah itu akan meningkatkan ekspor, lapangan kerja dan investasi, sambil mencapai pertumbuhan yang tinggi. Bahkan, Erdogan beberapa kali sengaja memecat beberapa pejabat senior bank sentral yang berseberangan dengan paham hawkish nya itu.
Meski begitu, kebijakan ini telah menurunkan nilai tukar terhadap lira. Pada pekan lalu, satu dolar AS diperdagangkan dengan nilai 15,35 lira. Ini jauh dibandingkan tiga lira pada tahun 2016 dan 7,43 lira pada 1 Januari lalu.
Sangat sulit untuk mencari nafkah dan membayar tagihan sewa, gas, listrik, dan air dengan 4.250 lira per bulan.
Penurunan ini sendiri diperparah dengan kondisi Negeri Anatolia itu yang mengalami inflasi. Tingkat tahunan inflasi Turki bahkan menyentuh 20% dan diprediksi semakin lebih tinggi pada beberapa minggu ke depan.
Dalam situasi ini, Erdogan sendiri telah menaikkan kenaikan 50% dalam upah minimum untuk menyelamatkan daya beli warga. Meski begitu, beberapa kelompok masyarakat menyebut bahwa kenaikan itu merupakan langkah yang sia-sia.
"Sangat sulit untuk mencari nafkah dan membayar tagihan sewa, gas, listrik, dan air dengan 4.250 lira per bulan," ujar salah satu pekerja toko roti. "Masa depan tidaklah cerah."[]
Baca Juga:
- Erdogan: Turki Berdiri Bersama Afghanistan
- Sikap Politik Erdogan Atas Kekuasaan Taliban di Afghanistan
- Presiden Erdogan Batal Usir 10 Duta Besar Negara Barat
- Presiden Erdogan Akan Berkunjung ke Indonesia