Pengusaha Ramai-ramai Demo Erdogan, Kenapa?

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat protes dari sejumlah kalangan pengusahan nasional yang bernama TUSIAD.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, berbicara setelah rapat kabinet, di Ankara, Turki, Senin, 11 Oktober 2021 (Foto: voaindonesia.com - Kepresidenan Turki via AP)

Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat protes dari sejumlah kalangan pengusahan nasional yang bernama TUSIAD. Pengusahan mendesak agar Erdongan meninggalkan kebijakan moneter berdasarkan suku bunga yang rendah.

Sebagaimana dikutip dari Reuters, Senin, 20 Desember 2021, menurut kelompok itu, kebijakan itu telah membawa kejatuhan besar bagi mata uang lira. TUSIAD menegaskan Erdogan harus kembali memberlakukan 'aturan ilmu ekonomi' yang seharusnya diterapkan. Hal ini juga diperparah dengan inflasi yang semakin tinggi di negara itu.

"Sebagai akibat dari ketidakstabilan yang kami alami belakangan ini, menjadi jelas bahwa tujuan di bawah program ekonomi yang sedang diupayakan ini tidak akan tercapai. Bahkan ekspor, yang diharapkan mendapat manfaat paling besar dari ini, telah dirugikan di bawah situasi ini," kata TUSIAD.

Di bawah tekanan dari Erdogan, bank sentral telah memangkas suku bunga sebesar 500 basis poin sejak September. Erdogan mengatakan suku bunga yang tinggi merupakan hal yang tidak baik bagi ekonomi.

Ia berdalih model suku bunga rendah itu akan meningkatkan ekspor, lapangan kerja dan investasi, sambil mencapai pertumbuhan yang tinggi. Bahkan, Erdogan beberapa kali sengaja memecat beberapa pejabat senior bank sentral yang berseberangan dengan paham hawkish nya itu.

Meski begitu, kebijakan ini telah menurunkan nilai tukar terhadap lira. Pada pekan lalu, satu dolar AS diperdagangkan dengan nilai 15,35 lira. Ini jauh dibandingkan tiga lira pada tahun 2016 dan 7,43 lira pada 1 Januari lalu.


Sangat sulit untuk mencari nafkah dan membayar tagihan sewa, gas, listrik, dan air dengan 4.250 lira per bulan.


Penurunan ini sendiri diperparah dengan kondisi Negeri Anatolia itu yang mengalami inflasi. Tingkat tahunan inflasi Turki bahkan menyentuh 20% dan diprediksi semakin lebih tinggi pada beberapa minggu ke depan.

Dalam situasi ini, Erdogan sendiri telah menaikkan kenaikan 50% dalam upah minimum untuk menyelamatkan daya beli warga. Meski begitu, beberapa kelompok masyarakat menyebut bahwa kenaikan itu merupakan langkah yang sia-sia.

"Sangat sulit untuk mencari nafkah dan membayar tagihan sewa, gas, listrik, dan air dengan 4.250 lira per bulan," ujar salah satu pekerja toko roti. "Masa depan tidaklah cerah."[]

Baca Juga:

Berita terkait
Biden dan Erdogan Temu Muka di KTT NATO
Biden dan Erdogan menggambarkan pembicaraan temu muka mereka yang pertama sebagai kepala negara sebagai “produktif"
Erdogan Copot Bos Bank Sentral Turki Saat Lira Terjun Bebas
Presiden Turki, Tayyip Erdogan mencopot gubernur bank sentral ditengah mata uang lira yang terjun bebas mencapai rekor terendah.
Profil Recep Tayyip Erdogan, Sebut Macron Sakit Mental
Sebelum menjabat Presiden Republik Turki, Erdogan sempat menduduki posisi Perdana Menteri Turki sejak 14 Maret 2003 hingga 28 Agustus 2014.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.