Profil Recep Tayyip Erdogan, Sebut Macron Sakit Mental

Sebelum menjabat Presiden Republik Turki, Erdogan sempat menduduki posisi Perdana Menteri Turki sejak 14 Maret 2003 hingga 28 Agustus 2014.
Recep Tayyip Erdoğan (Foto: dw.com)

Jakarta - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan geram atas pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menyebut Islam merupakan agama krisis di dunia. Ucapan itu dipicu setelah peristiwa pemenggalan kepala seorang guru sejarah, Samuel Paty, dalam perjalanan pulang usai mengajar.

Paty sebelumnya telah menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada siswa yang diajarnya sebagai materi pelajaran Kebebasan Berekspresi. Pembunuhan yang dilakukan seorang remaja 18 tahun itu.

Pada Sabtu, 24 Oktober 2020, Erdogan menyerukan kepada warganya untuk berhenti membeli barang-barang Prancis. Dorongan ini menjadi ekspresi kemarahan terbaru di dunia Muslim atas munculnya kembali karikatur Nabi Muhammad SAW di media Prancis.

Apa masalah orang bernama Macron ini dengan Muslim dan Islam? Macron membutuhkan perawatan pada tingkat mental.

"Saya menyerukan kepada semua warga negara saya dari sini untuk tidak pernah membantu merek Prancis atau membelinya," katanya.

Tak hanya itu, Erdogan juga sebelumnya mempertanyakan kesehatan mental Macron. Dia mendorong Paris untuk memanggil duta besarnya di Ankara.

“Apa masalah orang bernama Macron ini dengan Muslim dan Islam? Macron membutuhkan perawatan pada tingkat mental," kata Erdogan dalam pidatonya pada Sabtu, 24 Oktober 2020.

Profil Recep Tayyip Erdogan

Sebelum menjabat Presiden Republik Turki, Erdogan sempat menduduki posisi Perdana Menteri Turki sejak 14 Maret 2003 hingga 28 Agustus 2014. Namanya juga dinobatkan sebagai muslim no 2 berpengaruh di dunia pada 2010.

Pria kelahiran Istanbul, 26 Februari 1954 ini hingga kini juga masih mempimpin Adalet ve Kalkınma Partisi (AKP, atau Partai Keadilan dan Pembangunan) sebagai kendaraan politiknya.

Saat kecil, Erdogan dibesarkan di sebuah kota kecil dekat pesisir Laut Hitam bernama Rize. Pada usia ke 13 tahun, ia kembali ke Istanbul dan hidup dalam keluarga kelas menengah. Ayahnya merupakan seorang pelaut yang bertugas sebagai penjaga pantai di Angkatan Laut dan berasal dari Rize.

Siapa menyangka jika pria yang pernah menjadi sepak bola profesional itu kini menjadi pemimpin tertinggi negara. Erdogan menjalani pendidikan dasarnya di sekolah agama bernama Sekolah Imam Hatip. Kemudian melanjutkan studi ke Istanbul Marmara University untuk belajar ekonomi dan bisnis.

Saat menjadi mahasiswa, ia bergabung dengan gerakan politik yang berkembang di Negara Islam tersebut bersama Partai Keselamatan Nasional. Akan tetapi, setelah kudeta militer pada 1980 yang menyebabkan semua partai politik dibubarkan, ia pun lantas bekerja di sektor swasta. Pada 1982 menjalani wajib militer sebagai seorang perwira dengan tugas khusus.

Setelah demokrasi dipulihkan pada 1983, Erdogan diangkat menjadi ketua Partai Kesejahteraan di Provinsi Istanbul di tahun 1985. Erdogan lantas mengikuti pemilu dalam pemilihan wali kota untuk wilayah kosmopolitan Beyoglu di Istanbul tengah. 

Pada 1980-an, Erdogan juga mengajukan diri untuk maju sebagai calon anggota Dewan Nasional Agung Turki beberapa kali. Baru pada 1991, Partai Kesejahteraan dapat melampaui ambang 10% yang dibutuhkan untuk memperoleh kursi untuk pertama kalinya di Dewan Nasional Agung. 

Dengan begitu, Erdogan pun terpilih sebagai anggota parlemen dari Provinsi Istanbul. Dalam pemilu lokal 1994, Partai Kesejahteraan akhirnya menjadi partai terbesar di Turki untuk pertama kalinya.

Januari 1998, pengadilan tertinggi Turki menutup partai yang ia pimpin dan melarang anggotanya untuk melakukan kegiatan politik. Ia kemudian ditahan karena dianggap berusaha untuk melemahkan dasar-dasar sekularitas negara tersebut. Erdogan lantas mendirikan Partai Keadilan dan Pembangunan pada tahun 2001.

Partai Keadilan dan Pembangunan kemudian mampu menang telak dalam pemilihan umum tahun 2002 sehingga mampu menguasai hampir dua pertiga kursi parlemen. Pada bulan Desember 2002, Dewan Pemilihan Agung membatalkan hasil pemilihan umum 2001. 

Sebab, disinyalir terjadi ketidakberesan pemilihan terhadap hasilnya. Maka dari itu, dilakukan pemilihan baru yang dihelat pada 9 Februari 2003. Dalam pemilihan umum ulang inilah Erdogan kemudian mampu mengungguli Abdullah Gul. Erdogan pun diangkat menjadi Perdana Menteri Turki hingga 2014.

Turki menggelar pemilihan presiden (pilpres) secara langsung untuk pertama kalinya setelah 91 tahun pada 10 Agustus 2014. Perdana Menteri Turki Erdogan turut maju dalam pilpres tersebut. Erdogan terpilih menjadi Presiden Turki ke-12 dengan perolehan suara 52 persen mengalahkan dua pesaingnya. 

Pada 28 Agustus 2014, Erdogan resmi dilantik di kantor kepresidenan di Ankara. Pelantikannya itu akan mengantarkan Turki pada era baru karena dia diperkirakan akan mendesak dibuatnya konstitusi baru yang bisa menstransformasi negeri itu.

Karier

  1. Perdana Menteri Turki (2003-2014)
  2. Presiden Republik Turki (2014)

Pendidikan

  1. Istanbul Marmara University. []

Baca juga:


Berita terkait
Presiden Recep Tayyip Erdogan Komentari Kartun Charlie Hebdo
Pejabat di Turki, termasuk Presiden Recep Tayyip Erdogan, mencela kartun Erdogan di majalah satir Perancis “Charlie Hebdo”
Turki Kecam Karikatur Cabul Recep Tayyip Erdogan
Majalah Prancis, “Charlie Hebdo”, terbitkan karikatur cabul Erdogan. Ankara kecam publikasi tersebut dengan sebutan “rasisme kebudayaan“
Turki Kecam Media Yunani yang Hina Presiden Erdogan
Pemerintah Turki mengutuk berita utama media Yunani yang menghina Presiden Recep Tayyip Erdogan.