Pengamat Sambut Baik Jika PA 212 Jadi Parpol

Pengamat politik sekaligus Direktur Indonesia Political Review Ujang Komarudin menyambut baik jika PA 212 bisa menjadi partai politik.
Terdengar sorak sorai "presiden, presiden, presiden" dari mulut ribuan massa pada saat Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan hendak memberikan sambutan di acara Reuni Akbar 212 pada 2 Desember 2019 pagi hari. (Foto: Tagar/Nurul Yaqin)

Jakarta - Pengamat politik sekaligus Direktur Indonesia Political Review Ujang Komarudin menyambut baik apabila gerakan Persaudaraan Alumni (PA) 212 suatu saat bertransformasi menjadi partai politik (parpol). 

Dia menilai, hal demikian akan menjadi wadah perjuangan yang baik bagi PA 212 untuk berpolitik praktis ke depannya.

"Jika ingin mendirikan parpol sah-sah saja. Bagus-bagus saja. Karena akan menjadi alat perjuangan bagi PA 212," ujar Ujang saat dihubungi Tagar, Rabu, 8 Juli 2020.

Baca juga: Polisi Soroti PA 212 Apel Siaga Ganyang Komunis

Kendati demikian, Ujang menilai perubahan PA 212 menjadi parpol tersebut tidak akan mudah lantaran membutuhkan biaya yang cukup banyak. 

Kemudian, ia menilai PA 212 tidak akan menjadi parpol dalam waktu dekat, melainkan anggota-anggota ormas tersebut nantinya bisa bergabung dengan parpol yang telah ada.

"Sepertinya mereka tak akan mendirikan parpol. Tapi akan berpencar masuk partai-partai yang sudah ada. Secara individu dari mereka akan bergabung dengan partai-partai yang sudah ada," ucap dia.

PA 212 dan FPIDemonstrasi massa gabungan PA 212 dan FPI di depan Kedutaan Besar India di Kuningan, Jakarta, Jumat, 6 Maret 2020. (Foto: Tagar/R. Fathan)

Jika ingin mendirikan parpol sah-sah saja. Bagus-bagus saja. Karena akan menjadi alat perjuangan bagi PA 212.

Sementara, pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati menilai PA 212 tidak akan menjadi partai politik. 

Alih-alih para anggotanya masuk parpol seperti yang dikatakan Ujang, Wasisto justru memprediksi PA 212 tetap konsisten berperan sebagai gerakan oposisi yang menekan kekuasaan.

"Saya pikir PA 212 ini kemungkinan akan masih berperan sebagai kelompok penekan daripada bertransformasi menjadi sebuah partai politik. Hal dikarenakan, keanggotaan mereka yang masih terpusat di daerah-daerah yang prosentase muslim konservatifnya tinggi," kata Wasisto kepada Tagar, Rabu, 8 Juli 2020.

Diketahui, Persaudaraan Alumni 212 adalah sebutan dari eks demonstran Aksi 212 atau Aksi Bela Islam yang menuntut Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok diadili lantaran melakukan penistaan agama.

Baca juga: Demo Tolak RUU HIP Jilid 2 Lebih Besar dari Ahok?

Namun, kelompok tersebut masih melakukan serangkaian aksi seperti Aksi Bela Ulama dalam rangka menentang kriminalisasi terhadap para ulama dan melakukan pembelaan terhadap Hermansyah, pakar telematika yang tertimpa kasus pembacokan pada 9 Juli 2017, karena ia juga terlibat dalam Aksi 212. 

Teranyar, PA 212 juga turut memotori demonstrasi menolak Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila atau RUU HIP di kompleks DPR/MPR, Jakarta, Rabu, 24 Juni 2020. []

Berita terkait
Guntur Romli Cibir FPI dan PA 212 Mendadak Pancasila
Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Mohamad Guntur Romli menduga ormas pedemo RUU HIP dari FPI dan PA 212 menunggangi isu Pancasila.
Cibir PA 212, Irma NasDem: Siapa yang Mau Diganyang?
Politisi Partai NasDem Irma Suryani Chaniago mencibir rencana PA 212 Novel Bamukmin yang berencana menggelar Apel Siaga Ganyang Komunis neo-PKI.
Demo Saat Pandemi, PA 212: Nyawa Kami Pertaruhkan
FPI dan PA 212 nekat turun ke jalan dan berkerumun padahal pandemi Covid-19 belum berakhir. Mereka rela terjangkit virus asal RUU HIP dicabut.