Pengamat: Pelaporan Aksi Mural Bukan Langkah yang Tepat

Muhammad Mualimin mengatakan bahwa pelaporan aksi mural bukan langkah yang tepat sebab mural tidak bisa dikatakan sebagai pelanggaran hukum.
Ilustrasi - Salah satu mural di tembok Jakarta. (Foto: Tagar/JPNN)

Jakarta - Pengamat Politik dari Lingkar Wajah Kemanusiaan (Lawan Institute) Muhammad Mualimin mengatakan bahwa ia beberapa waktu lalu menganalisis aksi mural dan menurutnya pelaporan tersebut bukanlah langkah yang tepat dilakukan

Mural merupakan cara menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok atau permukaan luas yang bersifat permanen lainnya. Ia mengatakan penghapusan atau pelaporan coretan semacam itu tidak akan berhasil menghentikan hal tersebut.

“Sebenarnya tidak menyelesaikan masalah dengan laporan atau penghapusan, pemerintah tidak mencari masalahnya dimana sih sebenarnya sampai ada orang corat-coret kota gitu misalnya ada ketimpangan ekonomi yang bagi banyak orang butuh disuarakan, yang kira-kira suara itu dapat menjangkau lapisan masyarakat dan cara yang paling murah ya itu corat-coret tembok kota,” ujar Mualimin dalam wawancara di kanal YouTube Tagar TV, Jumat, 27 Agustus 2021.


Mungkin semua publik masih ingat pada tahun 2018, justru pemerintah menjadi aktor corat-coret ibu kota salah satunya menggambar semangat-semangat olahraga dan bendera di Asia waktu momen Asean Games nah itukan di Jakarta di beberapa sudut kota pun masih banyak sekali mural semacam itu.


Muhammad MualiminMuhammad Mualimin saat diwawancarai Siti Afifiyah di kanal YouTube Tagar TV. (Foto: Tagar/Azzahrah)

Muhammad Mualimin juga mengatakan bahwa mural tidak bisa dikatakan sebagai pelanggaran hukum karena lemah hukumnya, mengingat bahwa mural merupakan bagian kebebasan berekspresi dan berpendapat.

“Mungkin semua publik masih ingat pada tahun 2018, justru pemerintah menjadi aktor corat-coret ibu kota, salah satunya menggambar semangat-semangat olahraga dan bendera di Asia waktu momen Asean Games nah itukan di Jakarta di beberapa sudut kota pun masih banyak sekali mural semacam itu,” ujar Mualimin.

Sebelumnya, pemerintah dan aparat menghapus mural bernada kritik di sejumlah daerah justru membuat pegiat street art makin getol membuat karya di tembok jalanan. Di pusat Jakarta, kini mural yang menyindir pemerintah mulai bermunculan.

Mural itu tepatnya berada di Kelurahan Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, tak jauh dari Bundaran Hotel Indonesia. Fotografer Antara Galih Pradipta mengabadikan coretan di tembok tersebut pada Selasa, 24 Agustus 2021. Mural tersebut menampilkan gambar dua buah televisi yang berdampingan, dengan tulisan yang berbeda.

Televisi pertama bertuliskan "Yang bisa dipercaya dari TV Cuma Adzan", sedangkan televisi kedua bertuliskan "Kami Lapar Tuhan". Kemudian di samping kanan kedua televisi tersebut terdapat sebuah tulisan yang bernada sindiran terhadap pemerintah. 

Tulisan itu berpesan agar pemerintah dan aparat tidak perlu takut dengan mural. "Jangan takut tuan-tuan, ini cuma street art," demikian bunyi tulisan tersebut. Sebelumnya, mural di sejumlah daerah dihapus oleh aparat. 

(Azzahrah Dzakiyah Nur Azizah)

Berita terkait
Pegawai Nonaktif KPK: Ngabalin Belum Paham Konteks Hukum
Pegawai KPK nonaktif Rasmala Aritonang menilai KSP) Ali Mochtar Ngabalin tidak memahami konteks hukum dalam polemik Tes Wawasan Kebangsaan.
Kuasa Hukum Juliari Batubara Pikir-Pikir Soal Vonis 12 Tahun
Jaksa Penuntut Umum (JPU) juga akan mempelajari terlebih dahulu putusan hakim untuk langkah hukum selanjutnya.
Muannas Alaidid Minta Muhammad Kece Diproses Hukum
Muannas Alaidid mengatakan yang dilakukan oleh channel YouTube Muhammad Kece bisa diseret ke dalam ranah pidana.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.