Pengalaman Pesepakbola di Jerman dalam Menjalani Ramadan

Bagi dia, berpuasa di Jerman punya banyak tantangan, terutama karena dia merasa kesepian berpuasa sendirian
Ahmet Arslan (kanan) pesepakbola profesional di Jerman (Foto: dw.com/id - Joseph Wright/DW)

TAGAR.id - Bagi pesepakbola profesional Ahmet Arslan, Ramadan di Jerman menghadirkan beberapa tantangan tersendiri. Tapi suasana pertandingan dan di klub penuh toleransi. Tom Gennoy melaporkannya untuk DW.

Ahmet Arslan pemain sepakbola profesional di klub Dynamo Dresden, yang saat ini ada di liga kedua Bundesliga. Bagi dia, berpuasa di Jerman punya banyak tantangan, terutama karena dia merasa kesepian berpuasa sendirian.

"Sangat menyedihkan bagi saya karena keluarga saya tidak ada di sini,” kata Arslan kepada DW ketika dikunjungi di fasilitas pelatihan Dynamo baru-baru ini.

"Saya sungguh sedih, ketika saya duduk sendirian di malam hari, makan sahur sendirian. Ramadan biasanya adalah sesuatu yang Anda rayakan bersama keluarga, di mana Anda semua berkumpul untuk berbuka puasa dan menghabiskan waktu bersama satu sama lain," katanya.

Keluarga Arslan juga tinggal di Jerman, tapi di kota Lübeck, yang jaraknya hampir 500 km dari kota Dresden. Dan di klubnya di Dynamo Dresden, hanya dia sendirian yang menjalankan puasa.

"Memang ada penurunan performa”

"Selama ini, saya tidak pernah punya rekan satu tim yang juga berpuasa,” kata Arslan. Memang dia kenal pemain lain yang juga berpuasa, tetapi mereka bermain di klub lain.

Sebagai pemain profesional di Jerman, masa berpuasa tidak ada jeda. Pertandingan di liga sepakbola terus berlangsung seperti biasa. Selain itu, bermain tanpa makan dan minum tentu akan berpengaruh pada performanya di lapangan.

"Memang kemungkinan ada penurunan performa,” kata Michael Bata, dokter tim Dynamo Dresden kepada DW. "Ketika tubuh Anda kekurangan nutrisi di siang hari, retensi otot menjadi prioritas dibandingkan pertumbuhan otot."

klub Dynamo DresdenDi pusat pelatihan sepak bola klub Dynamo Dresden (Foto: dw.com/id - Joseph Wright/DW)

'Semua orang memastikan aku baik-baik saja'

Musim lalu, saat membela Dynamo Dresden, Arslan menjadi pesepakbola asuhan Bata pertama yang mengikuti puasa. Oleh karena itu, staf medis di klub harus banyak belajar dari sang pemain. Mereka harus percaya pada Arslan, bahwa dia bisa memantau kesehatannya sendiri dan akan melapor jika merasa ada gangguan kesehatan.

Ahmet Arslan mengatakan, di klubnya semua orang memahami dan menerima bahwa dia berpuasa. "Kami biasanya makan pada jam 6 sore, kalau kami melakukan perjalanan untuk pertandingan tandang, tapi staf di sini mengaturnya sedemikian, sehingga kami semua bisa makan bersama pada jam 8 malam.” kataAhmet Arslan. "Itu bukan sesuatu yang saya harapkan, tapi itu menunjukkan kepada saya bahwa semua orang di sini peduli untuk memastikan saya baik-baik saja.”

Perasaan toleransi dan merayakan keberagaman juga merupakan sesuatu yang dia rasakan di dunia sepak bola di Jerman.

"Jika kami mengadakan pertandingan malam hari, klub saya akan menemui wasit sebelumnya untuk menanyakan apakah kami dapat menghentikan pertandingan sebentar sehingga saya bisa minum dan makan sebentar untuk berbuka puasa, dan wasit pasti akan menyetujui,” Ahmet Arslan. "Sepak bola selalu bertoleransi semaksimal mungkin." (hp/as)/dw.com/id. []

Berita terkait
Heboh Pelatih Bola Klub Prancis Minta Pemainnya Tak Puasa Selama Ramadan
Para pemain muslim di Saint-Etienne dikabarkan untuk berhenti berpuasa selama Ramadah.
0
Pengalaman Pesepakbola di Jerman dalam Menjalani Ramadan
Bagi dia, berpuasa di Jerman punya banyak tantangan, terutama karena dia merasa kesepian berpuasa sendirian