Penempatan Dana di Bank BUMN, Pengamat: Sulit Dorong Kredit

Penempatan dana pemerintah di bank-bank BUMN anggota Himbara untuk meningkatkan penyaluran kredit sulit tercapai.
Ilustrasi kredit. (Foto: Pixabay/Steve Buissinne)

Jakarta - Pengamat Ekonomi dan Pasar Modal, Siswa Rizali menilai, penempatan dana pemerintah di bank-bank BUMN anggota Himbara (Himpunan bank-bank negara) sebesar Rp 17,5 triliun untuk meningkatkan penyaluran kredit, sulit tercapai.

"Dalam kondisi bisnis tidak jalan atau terhambat karena Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pengusaha tidak akan tertarik meminjam atau tarik kredit meski bunga ringan," kata Siswa saat dihubungi Tagar, Rabu, 30 September 2020.

Biasanya pertumbuhan kredit perbankan mencapai 10-15 persen per tahun.

Sebab, ketika terjadi resesi, kata Siswa, pengusaha akan kesulitan membayar cicilan utang, sehingga harus melakukan restrukturisasi kredit. Penyaluran dana melalui perbankan hanya akan menurunkan suku bunga secara umum, tapi belum tentu akan meningkatkan penyaluran kredit.

Siswa mencontohkan penyaluran kredit perbankan per Agustus 2020 hanya tumbuh 1,04 persen (yoy). Konsisten tren menurun dari bulan-bulan sebelumnya, yang tumbuh sedikit lebih tingggi yakni per Juli 2020 mencapai 1,53 persen (yoy).

"Per Maret, pertumbuhan kredit perbankan masih mencapai 8 persen (yoy). Perbandingan dengan tren normal atau jangka panjang saat ekonomi tumbuh 5 persen per tahun. Biasanya pertumbuhan kredit perbankan mencapai 10-15 persen per tahun," ujar Siswa.

Pertumbuhan kredit yang rendah tersebut, terjadi saat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) naik 11,64 persen (yoy). Menurut dia, sebagai perbandingan, DPK pada Juli 2020 tumbuh 8,3 persen (yoy) dan Juni tumbuh 7,95 persen (yoy).

"Jelas pertumbuhan kredit yang melambat, kontras dengan pertumbuhan DPK yang semakin tinggi," tutur Siswa.

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati kembali menyuntik dana di Himbara sebesar Rp 17,5 triliun sebagai bagian dari program PEN. Alhasil sejauh ini dana yang ditempatkan mencapai Rp 47,5 trilium setelah pada tahap pertama sudah ditempatkan sebesar Rp 30 triliun.

Tambahan penempatan dana tersebut diberikan kepada Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BTN yang masing-masing Rp 5 triliun. Sedangkan Bank BNI sebanyak Rp 2,5 triliun. Ini dengan harapan bank BUMN bisa meningkatkan penyaluran kredit. []

Berita terkait
Rapor Bank BUMN 2019, Mandiri Paling Cemerlang
Kinerja bank BUMN teratas berdasarkan pertumbuhan laba paling agresif dan beberapa indikator lain sepanjang 2019. Bank Mandiri juaranya.
Ada Relaksasi Kredit, Bank Pilih Pupuk Pencadangan
Kebijakan pemerintah yang mendorong pemberian relaksasi kredit di masa pandemi Covid-19 membuat perbankan memilih langkah antisipatif.
Relaksasi Kredit, Bank di Daerah Masih Saja Menagih
Presiden Jokowi membuat kebijakan relaksasi kredit saat pandemi Covid-19, praktiknya petugas bank milik negara masih ada yang menagih bunga kredit.