Rapor Bank BUMN 2019, Mandiri Paling Cemerlang

Kinerja bank BUMN teratas berdasarkan pertumbuhan laba paling agresif dan beberapa indikator lain sepanjang 2019. Bank Mandiri juaranya.
Ilustrasi - Gedung Bank Mandiri. (Foto: Upperline.id)

Jakarta - Kinerja empat lembaga keuangan perbankan milik pemerintah sepanjang 2019 menunjukkan hasil kurang memuaskan. Asumsi tersebut muncul dari sejumlah indikator keuangan yang dirilis perseroan baru-baru ini. Keempat entitas jasa keuangan pemerintah itu adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.

Kelompok yang tergabung dalam Himpunan Bank Negara (Himbara) itu hanya mampu tumbuh dalam kisaran konservatif, bahkan cenderung tertekan. Dari sisi fungsi intermediasi, rata-rata bank Himbara hanya mampu mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 10 %. Angka tersebut didapat dari peningkatan kredit dan pembiayaan BRI (7,7 %), Bank Mandiri (10,7 %), BNI (8,5 %), dan BTN (16,7 % - per September 2019).

Padahal, mengutip proyeksi Otoritas Jasa Keuangan, sektor perbankan diperkirakan bakal mampu meningkatkan penetrasi kreditnya mencapai level 11 % hingga 12 % pada tahun ini. Secara nominal, penyaluran kredit hingga September 2019 hanya menyentuh nilai Rp 5.464 triliun. Angka itu jelas merepresentasikan pencapaian yang kurang memuaskan.

Hal itu diamini Pengamat Pasar Modal Siswa Rizali. Menurut dia, pertumbahan ekonomi yang cenderung stagnan turut memberi andil dalam mangkraknya fungsi intermediasi perbankan. “Iya memang wajar sih, ekonomi mandek beberapa tahun belakangan ini dan bertahan pada kisaran 5 % saja. Hal ini ditambah lagi dengan sentimen sektoral yang kurang menguntungkan,” ujarnya kepada Tagar beberapa waktu lalu.

Akibatnya, sektor perbankan mengalami tekanan dan tidak bisa memperluas jangkauan pembiayaan secara masif ke berbagai sektor. Rizal menilai, melempemnya kredit bank pemerintah juga dipengaruhi permintaan kredit dari sektor korporasi dan perusahaan kakap yang turun pada sepanjang tahun lalu.

“Akibatnya, laju produksi juga tertahan. Kondisi lesu ini sudah mulai terasa sejak bom komoditas mulai berakhir pada 2013. Properti dan ritel juga ikut kena. Contoh nyatanya adalah meruginya Hero dan Matahari yang slowdown. Ini yang membuat perbankan tidak bisa ekspansif,” kata dia.

Untuk mencegah NPL membengkak memang harus menyeleksi debitur secara ketat.

Aktivitas di BankIlustrasi - Aktivitas di bank. (Foto: Lifepal)

TIdak hanya dari sisi penyaluran kredit, kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat juga dinilai turut tertahan. Berdasarkan laporan keuangan terakhir Himbara, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tercatat masih dalam kisaran single digit. Sejatinya, otoritas mematok angka peningkatan yang cukup tinggi, yakni pada rentang 11 % hingga 12 % sepanjang tahun lalu.

DPK BRI pada tahun lalu tercatat hanya tumbuh 6,8 % menjadi Rp 996,3 trilliun. Kemudian Bank Mandiri dan BNI masing-masing mencatatkan kenaikan DPK 10,9 % menjadi Rp 850 triliun dan 5,5 % menjadi Rp 582 triliun. Sedangan BTN, yang baru merilis laporan keuangan hingga kuartal III/2019 diketahui memiliki pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 2,9 % menjadi Rp 271 triliun.

Artinya, rata-rata angka perkembangan DPK bank milik pemerintah hanya sebesar 6,5 % saja, masih jauh dari penetapan OJK yang sebesar 11 % hingga 12 %.

“Bank-bank besar saya lihat secara keseluruhan kinerja memang cukup tertahan. Ini bisa dicermati dari pencapaian BRI, BNI, Mandiri, dan BCA disektor private-nya,” tutur Rizal.

Dari sisi rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL), bank kelompok Himbara menunjukkan hasil yang juga kurang memuaskan. NPL bank pelat merah itu kompak tertekan selama tahun lalu. BRI turun dari 2,2 % pada 2018 menjadi 2,8 % pada 2019. Selanjutnya Bank Mandiri turun 42 basis poin (bps) menjadi 2,3 %. BNI 2,3 % dari sebelumnya 1,9 %, dan terakhir BTN dengan NPL sebesar 3,5 %.

Walaupun masih dalam kisaran di bawah ketetapan OJK dengan rasio NPL sehat plus-minus 4 %, tetapi penurunan tingkat rasio kredit bemasalah menunjukkan indikasi tersendiri terhadap tekanan kondisi pasar.

“Akhirnya untuk mencegah NPL membengkak memang harus menyeleksi debitur secara ketat. Intinya menguatkan mitigasi risikonya,” kata Rizal.

Terakhir adalah indikator pencapaian kinerja yang selalu jadi patokan, yakni laba. Boleh dibilang, lembaga keuangan yang menginduk pada Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu tidak jelek-jelek amat.

Pertumbuhan cuan paling tinggi ditorehkan Bank Mandiri dengan kenaikan sebesar 9,68 % dari sebelumnya Rp 25 triliun pada 2018 menjadi Rp 27 triliun pada penutupan 2019. Kemudian, peningkatan paling tinggi selanjutnya adalah BRI sebesar 6,25 % dari Rp 32 triliun, menjadi Rp 34 triliun.

Berikutnya adalah Bank Negara Indonesia atau BNI dengan pertumbuhan laba 1,9 % menjadi Rp 15,38 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 15,01 triliun. Kondisi anomali justru terjadi pada Bank Tabungan Negar (BTN) yang diketahui membukukan pertumbuhan laba negatif sebesar 42 %. Hasil itu didapat berdasarkan laporan keuangan terakhir perseroan pada September 2019 yang tercatat membukukan laba sebesar Rp 801 miliar, atau lebih rendah dengan raihan periode yang sama 2018 dengan Rp 1,39 triliun.

Berikut adalah ringkasan kinerja bank BUMN teratas berdasarkan pertumbuhan laba paling agresif dan beberapa indikator lain sepanjang 2019.

1. Bank Mandiri

Bank MandiriIlustrasi - Gedung Bank Mandiri. (Foto: Upperline.id)

Pertumbuhan Laba : 9,68 %

Laba Bersih 2019 : Rp 27 triliun

Laba Bersih 2018 : Rp 25 triliun

Pertumbuhan Kredit : 10,7 %

NPL : 2,3 %

Pertumbuhan DPK : 10,9 %

2. Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Ilustrasi Bank BRIIlustrasi - Gedung Bank BRI. (Foto: Wikipedia)

Pertumbuhan Laba : 6,25 %

Laba Bersih 2019 : Rp 34 triliun

Laba Bersih 2018 : Rp 32 triliun

Pertumbuhan Kredit : 7,7 %

NPL : 2,8 %

Pertumbuhan DPK : 6,8 %

3. Bank Negara Indonesia (BNI)

Bank BNIIlustrasi - Gedung Bank BNI. (Foto: Dok Tagar)

Pertumbuhan Laba : 1,9 %

Laba Bersih 2019 : Rp 15,38 triliun

Laba Bersih 2018 : Rp 15,01 triliun

Pertumbuhan Kredit : 8,5 %

NPL : 2,3 %

Pertumbuhan DPK : 5,5 %

4. Bank Tabungan Negara (BTN)*

Bank BTNIlustrasi - Gedung Bank BTN. (Foto: Moneter)

Pertumbuhan Laba : Minus (-) 42 %

Laba Bersih 2019 : Rp 801 miliar

Laba Bersih 2018 : Rp 1,39 triliun

Pertumbuhan Kredit : 16,7 %

NPL : 3,5 %

Pertumbuhan DPK : 2,9 %

*Berdasarkan laporan keuangan terakhir September 2019.

Baca juga:

Berita terkait
OJK Patok Modal Inti Bank Menjadi Rp 3 Triliun
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berencana melakukan revisi aturan ambang batas permodalan inti perbankan konvensional menjadi Rp 3 triliun.
Bank Skala Kecil Butuh Obat Kuat
Kinerja berat perbankan sepanjang 2019 dinilai relevan dengan perlambatan ekonomi yang berimbas pada penurunan kinerja, khususnya bank kecil.
Jokowi: SoftBank Mau Investasi di Ibu Kota Baru RI
Presiden Jokowi bertemu dengan delegasi Soft membahas peluang investasi, antara lain di ibu kota baru, Kalimantan.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.