Jakarta - Peneliti Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof dr Adi Utarini masuk dalam daftar 10 ilmuwan berpengaruh dunia menurut jurnal ilmiah prestisius, Nature.
Akun Twitter @UGMYogyarakta menuliskan, Adi Utarini merupakan peneliti utama World Mosquito Program Yogyakarta yang telah berhasil menurunkan 77 persen kasus demam berdarah di kawasan Yogyakarta, dengan membiakkan nyamuk penyebar virus demam berdarah Aedes Aegypti yang mengandung bakteri wolbachia.
Dikutip dari laporan jurnal Nature yang diterbitkan pada Selasa, 15 Desember 2020, disebutkan ke-10 ilmuwan berpengaruh tersebut, yakni:
1.Tedros Adhanom Ghebreyesus
2.Verena Mohaupt
3. Gonzalo Moratorio
4. Adi Utarini
5. Kathrin Jansen
6. Zhang Yongzhen
7. Chanda Prescod-Weinstein
8. Li Lanjuan
9. Jacinda Ardern
10. Anthony Fauci
Dalam laporan itu disebutkan, Adi Utarini merupakan peneliti kesehatan masyarakat yang melakukan uji coba dari sebuah teknologi yang dapat membantu memberantas demam berdarah.
Baca juga:
- Penjelasan Pakar UGM Yogyakarta soal La Nina di Indonesia
- Pakar UGM: Pagebluk Melahirkan Tiga Masalah Kesehatan Mental
Saat Covid-19 melanda dunia tahun ini, Adi Utarini fokus memerangi infeksi mematikan yang berbeda, yakni demam berdarah.
Pada bulan Agustus, timnya melaporkan keberhasilan yang menunjukkan jalan untuk mengalahkan penyakit ini, yang menyerang hingga 400 juta orang per tahun.
Dikatakan, Adi Utarini dan rekan-rekannya telah berhasil memangkas 77 persen kasus demam berdarah di beberapa bagian kota besar Indonesia dengan melepaskan nyamuk yang telah dimodifikasi untuk menghentikan mereka menularkan virus.
Ahli epidemiologi memuji hasil yang mengejutkan, dan kemenangan yang telah lama dicari melawan virus yang telah menjangkiti banyak negara, terutama negara-negara berpenghasilan rendah di Asia, Afrika dan Amerika Selatan.
Program ini adalah uji coba dari pendekatan yang benar-benar baru untuk mengendalikan demam berdarah.
Teknik tersebut pembiakan nyamuk Aedes Aegypti yang menularkan virus dengue, zika, dan chikungunya, sehingga membawa bakteri bernama wolbachia.
Bakteri menundukkan virus dan mencegah nyamuk menularkannya ke manusia. Telur dari nyamuk yang dimodifikasi kemudian ditempatkan di sekitar kota, seringkali di rumah orang.
Uji coba kecil di Australia dan Vietnam telah membuahkan hasil yang menggiurkan.
Tapi Yogyakarta, kota padat dengan hampir 400.000 orang dengan tingkat penularan demam berdarah tinggi, menyediakan tahap yang jauh lebih besar untuk uji coba. Pengerjaan uji coba di Yogyakarta dimulai pada tahun 2011.[]