Untuk Indonesia

Pendukung Jokowi Tidak Akan Membela Politisi Korup

Pendukung Jokowi tidak akan membela politisi korup. Berbeda dengan partai, dukungan rakyat terasa lebih murni dan ikhlas.
Eko Kuntadhi Pegiat Media Sosial

Oleh: Eko Kuntadhi*

Penangkapan Ketua Umum PPP Romahurmuziy oleh KPK seperti membenarkan isi pidato Grace Natalie. Ketua umum PSI itu menyebutkan, bahwa partainya hadir untuk mengganggu tidur siang para puan dan tuan yang selama ini terlena dengan budaya politik kotor.

Saya setuju dengan ungkapan Grace. Bahwa meskipun PSI dan PPP sama-sama mendukung Jokowi sebagai Presiden untuk kedua kalinya, tapi sebagai partai mereka punya perbedaan signifikan.

PSI kata Grace lahir dari kegundahan anak-anak muda dengan kondisi dan budaya politik yang memprihatinkan. Salah satunya adalah budaya korupsi.

Partai-partai lama tenggelam dengan budaya yang sudah berurat akar. Ekonomi rente. Jual-beli kekuasaan. Bahkan sampai pada tahap jual beli doktrin agama.

Pertanyaan besarnya adalah, apakah penangkapan Rommy itu merugikan Jokowi sebagai Capres? Bagaimana para pendukung Jokowi menyikapi kasus ini.

Begini. Dukungan partai pada Capres berbeda dengan dukungan rakyat. Ketika partai mendukung seseorang pasti logika yang mengemuka adalah logika politik. Logika ini didasarkan pada pertukaran kekuasaan. Artinya jika Capres dukungannya menang, otomatis partai pendukung akan memetik manfaat. Baik manfaat politik maupun jabatan.

Dukungan rakyat pada Presidennya disebabkan karena penilaian pada rekam jejak, skill, karakter dan berbagai pertimbangan lainnya. Semua mengacu pada hal yang non-transaksional.

Artinya sehebat apa pun dukungan partai pada Jokowi, tetap saja tidak lahir dari suasana batin yang ikhlas dan tanpa pamrih. Sebab memang tabiat parpol yang cari pamrih. Baik kasar maupun halus.

Berbeda dengan dukungan rakyat. Dukungan tersebut terasa lebih murni dan ikhlas. Toh, kalau Jokowi menang, tidak akan memperoleh jabatan apa-apa juga. Tidak memperoleh kompensasi apa pun juga.

Dukungan rakyat pada Presidennya disebabkan karena penilaian pada rekam jejak, skill, karakter dan berbagai pertimbangan lainnya. Semua mengacu pada hal yang non-transaksional.

Artinya jika rakyat mendukung Jokowi justru agar negeri ini bebas dari korupsi. Mestinya penangkapan ketua PPP Rommy, bukan menjadi persoalan besar. Justru itu menandakan Jokowi tidak mau membarter hukum dengan tawaran apa pun.

Kasus Rommy ini bukan yang pertama. Sebelumnya Setya Novanto juga ditangkap KPK. Padahal sebagai Ketua Umum Partai Golkar Setya terang-terangan mendukung Jokowi. Tapi bagi Jokowi dukungan itu tidak bisa menutupi jejak jika seorang korupsi.

Jadi orang yang teriak hukum tajam ke bawah, tumpul ke atas, kini makin terbantahkan. Bagi Jokowi siapa yang berurusan dengan hukum silakan selesaikan secara hukum. Kekuasaan berjalan di bawah payung hukum.

Kedua, kasus penangkapan KPK pada Setya Novanto dan Romahurmuziy mengindikasikan bahwa sebagai presiden, Jokowi sama sekali tidak berminat mengintervensi hukum.

Hukum berjalan dengan logikanya sendiri dan wewenangnya sendiri. Sedangkan sebagai Presiden ia hanya ingin memastikan siapa saja posisinya sederajat di mata hukim.

Jadi orang yang teriak hukum tajam ke bawah, tumpul ke atas, kini makin terbantahkan. Bagi Jokowi siapa yang berurusan dengan hukum silakan selesaikan secara hukum. Kekuasaan berjalan di bawah payung hukum.

Penangkapan ini membuka mata rakyat bahwa persoalan budaya korupsi kita memang sudah akut. Jalan satu-satunya adalah dengan keberanian melakukan terobosan. Sepertinya kehadiran PSI ini adalah upaya untuk menerobos kedegilan politik kita.

Bagi rakyat yang mendukung Jokowi, nilai politisi PPP yang kena OTT itu sama persis dengan nilai politisi PKS yang tertangkap korupsi. Keduanya sama-sama merusak Indonesia. Meskipun beda koalisi Presiden. Artinya dukungan rakyat pada Jokowi justru dilandasi pada keinginan Indonesia lebih baik. Bukan terus berkubang dengan lumpur korupsi.

Makanya saya sih, senang saja dengan isi pidato Grace. Jangan heran meskipun berada dalam koalisi, Grace Natalie dengan lantang bilang, PSI berbeda dengan partai lainnya. Sebab jika tidak pernah ada upaya perubahan kita akan selamanya hidup dalam kebuntuan budaya politik.

Rakyat muak dengan korupsi. Sama seperti rakyat muak dengan budaya politik lama yang nirprestasi.

Jadi meskipun Rommy mendukung Jokowi. Jika dia korup artinya dia memang tidak pantas berada dalam satu perahu dengan rakyat yang punya idealisme.

Kalau koruptor mah, jauh-jah deh.

*Penulis adalah Pegiat Media Sosial

Baca juga:

Berita terkait