Maros - PT Angkasa Pura I cabang Makassar mengalami dampak yang cukup signifikan utamanya terkait pendapatan yang berkurang karena kurangnya aktivitas. General Manager PT Angkasa Pura I Makassar, Wahyudi, mengatakan, hampir 90 persen pendapatan kami hilang sehingga berdampak terhadap pada karyawan.
“Akibat dari kurangnya pendapatan, kami juga ada rencana untuk merumahkan karyawan, namun dari manajemen belum mengambil arah kesana, baru sebatas mengurangi fasilitas yang diperoleh oleh seluruh karyawan kita,” kata Wahyudi.
Ia menambahkan, selama pemberhentian penerbangan komersil pihaknya hanya akan membayar karyawan sesuai jam kerja yang dilaksanakan.
Akibat dari kurangnya pendapatan, kami juga ada rencana untuk merumahkan karyawan.
Itupun kata Wahyudi sejauh ini jam kerja karyawannya dikurangi lebih dari 50 persen. Jika selama ini normalnya karyawan dapat bekerja hingga 160 jam, saat ini maksimal hanya 60 jam.
“Misalkan kemarin satu bulan jam kerja wajibnya 160 jam saat ini hanya bekerja 60 jam. Maka itu saja kita bayar sehingga belum ada sistem perumahan. Tapi kita lihat kedepannya seperti apa, kalau kondisi semakin membaik Insya Allah tidak ada perumahan karyawan tapi kalau kondisi tidak baik kemungkinan langkah itu kita ambil,” tambahnya.
Bandara Internasional Sultan Hasanuddin lanjut Wahyudi memperkirakan mengalami kerugian hampir Rp 100 Miliar jika kondisi ini terjadi hingga batas waktu yang tak ditentukan. Sebab pendapatan yang hilang ditaksir antara Rp 8 Miliar sampai Rp 9 Miliar per bulannya.
“Perkiraan kita hampir Rp 100 Miliar kalau misal tidak beroperasi sampai batas waktu yang tidak kita tentukan, sebab kita juga belum bisa pastikan apakah bulan Juni sudah beroperasi atau belum karena itu ranahnya Kementerian Perhubungan,” jelasnya.
Mengenai pesawat parkir, Wahyudi menyebutkan jika pihaknya mempunyai 42 parking stand, dimana yang sudah terisi 37, yang 5 parking stand nya untuk operasional cargo, madivac dan lain-lain yang bersifat emergency. []