Jakarta – Pencarian untuk menyatukan orang tua dan anak para pelintas batas ilegal dari berbagai negara di Amerika Selatan di perbatasan Amerika Serikat (AS) dan Meksiko mulai dilakukan oleh pengacara sebuah lembaga nirlaba di AS. Pencarian dimulai dengan nama dan kota asal. Terkadang hanya nama. Mereka memeriksa catatan publik, informasi akte kelahiran, dan sering kali harus meminta bantuan dari tokoh-tokoh masyarakat.
Mereka dikenal sebagai "pembela" -para pengacara di Amerika Tengah yang bekerja untuk lembaga nirlaba Justice in Motion yang berkantor di AS itu- melakukan perjalanan jauh untuk mencari dan menyatukan kembali orang tua yang anaknya diambil di perbatasan AS dan Meksiko ketika hendak melintas perbatasan.
Perjalanan untuk pencarian itu membawa mereka ke desa-desa di dekat sungai, lembah, dan hutan. Mereka sering menghadapi badai dan jalan rusak. “Seringkali, kami memperoleh lebih banyak informasi dari catatan orang-orang di sini, di Guatemala, melalui akte kelahiran dan kami dapat melihat dari mana orang tuanya berasal,” kata pengacara Aroldo Palacios kepada VOA.
“Dalam kasus lain, kami harus pergi ke tokoh masyarakat dan bertanya apakah mereka mengenal orang tertentu,” ujar Palacios. Lebih lanjut Palacios menuturkan cerita yang ia dengar dari orang tua migran yang dideportasi di bawah kebijakan "tanpa toleransi" untuk pelintas batas ilegal.
Program 2018 menyebabkan pemisahan lebih dari 5.000 anak migran dari orang tua mereka. Sementara hampir semua orang tua dikirim kembali ke negara asalnya di Amerika Selatan, anak-anak mereka tetap dalam penjagaan Amerika (ps/ft)/voaindonesia.com. []