Pemuda Banyumas, Ubah Sampah Plastik Jadi Lukisan

Di tangan Lir Pranowo, 19 tahun, pria asal Gumelar, Banyumas ini, sampah plastik diubah menjadi barang seni.
Mosaik wajah Gubernur Ganjar Pranowo berbahan limbah plastik di Galeri Seni Kampoeng Maen, Baturraden, Kabupaten Banyumas. (Foto: Tagar/Abdul Wahid)

Purwokerto – Bagi kebanyakan orang, plastik akan dibuang begitu saja setelah digunakan. Bahkan sampah plastik kini menjadi persoalan lingkungan.

Namun di Tangan Lir Pranowo, 19 tahun, pria asal Gumelar, Banyumas ini, sampah plastik diubah menjadi barang seni.

Dengan keterampilan yang dimiliki, sampah plastik tersebut diubah menjadi lukisan. Lir mengaku, sejauh ini dia hanya memanfaatkan plastik label kemasan botol bekas. Sebab, selain karena pilihan warnanya yang beragam, media tersebut relatif mudah ditemukan.

Keunikan karya seni dekoratif garapannya itu mampu memikat hati. Dia pun diundang untuk menampilkan karyanya di Maen Art Gallery Baturraden.

Moment tersebut sekaligus berbincang dengan sejumlah pewarta yang turut meliput aksinya menempelkan potongan sampah plastik satu per satu.

Sepintas, karya Lir mirip teknik melukis Wedha Pop Art Portrait (WPAP) yang ditemukan seniman asal Pekalongan, Jawa Tengah, Wedha Abdul Rasyid.

Bedanya, karya pemuda asal Desa Gumelar, Kecamatan Gumelar, Banyumas itu menggunakan potongan sampah plastik yang ditempelkan pada media kertas.

"Pertama dibuat sketsa dulu. Saya manfaatkan cahaya layar ponsel untuk melukis di ruangan gelap. Setelah jadi, potongan plastiknya ditempelkan menggunakan lem dengan menyatukan sesuai komposisi warna yang diinginkan," kata Lir.

Lulusan SMA PGRI Gumelar ini mengaku terinspirasi untuk membuat gambar mosaik sampah itu saat sedang nongkrong di tepi Sungai Tajum.

Lir PranowoLir Prawono tengah menyelesikan mosaik wajah Gubernur Ganjar Pranowo berbahan limbah plastik di Galeri Seni Kampoeng Maen, Baturraden, Kabupaten Banyumas. (Foto: Tagar/Abdul Wahid)

Dia merasa prihatin dengan kebiasaan masyarakat yang membuang sampah dan mengotori sekitar aliran sungai.

"Banyak orang buang sampah plastik di Sungai Tajum. Lalu terpikir untuk diubah menjadi sebuah karya seni. Saya juga ingin membantu mengurangi volume sampah plastik," ujar pemuda yang juga pandai melukis ini.

Karyanya itu unik karena menggunakan media limbah plastik. Saya sangat mengapresiasi karya seni tersebut

Berbekal kemampuan yang didapat secara otodidak, serta ayahnya, Diarto, 53 tahun, yang merupakan seorang pengepul rongsokan, Lir mulai membuat lukisan bergaya WPAP tersebut.

Sebagai media, pria kelahiran 11 Mei 2000 ini menggunakan kertas, pensil dan lem untuk merekatkan plastik label kemasan botol yang sudah dipotong-potong.

Lukisan karyannya berbentuk wajah, peta Indonesia, burung dan sepeda motor. Meski bahan-bahannya sangat sederhana dan mudah dicari, ternyata pemilihan warna sampah plastik menjadi kesulitan tersendiri.

"Satu lukisan bisa satu hari. Bahannya sekitar tujuh sampai sepuluh plastik kemasan botol. Bagian paling sulit di detail-detailnya seperti hidung dan mata. Kalau tidak mirip ya jelek, warnanya juga harus pas," katanya.

Lukisan dekoratif yang baru ditekuninya menarik minat penikmat seni, Guno Purtopo. Dia memesan lukisan wajah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Lukisan wajah itu laku seharga Rp 250 ribu.

"Saya lihat di media sosial. Karyanya itu unik karena menggunakan media limbah plastik. Saya sangat mengapresiasi karya seni tersebut. Kebetulan saya juga mengoleksi beberapa lukisan dari berbagai media. Nah, ini belum ada yang bahannya dari plastik," ujarnya.

Sementara itu, Guno Purtopo selaku pemilik Maen Art Gallery Baturraden mengatakan, kegiatan yang dilakukan sebagai salah satu apresiasi bagi para pelaku seni.

Selama ini banyak seniman di Banyumas yang belum terfasilitasi, khususnya untuk menampilkan berbagai karyanya.

Beberapa waktu lalu ia juga mengadakan pameran lukisan dan mengundang perupa Banyumas dari tiga generasi. Dalam moment tersebut masing-masing perupa menampilkan karya terbaiknya.

"Kegiatan semacam ini sangat jarang dilakukan, jika sudah rutin digelar mana seni Banyumas akan semakin muncul," terangnya.

Bahkan kreasi seni tersebut bisa juga menjadi keunggulan atau destinasi wisata di Baturraden. Jika dikemas dengan baik, maka bisa juga dijadikan tujuan wisata kesenian.

Hal tersebut menjadi tujuan jangka panjang mengingat selama ini Baturraden masih lekat dengan wisata alam.

Beberapa ide menarik di antaranya membuat lukisan kecil yang dibuat untuk oleh-oleh. Itu hanya bagian kecil dari geliat seni yang akan dibangkitkan di Banyumas. Mengingat Banyumas juga memiliki sejarah kejayaan seni rupa.

Kejayaan lukisan tersebut ada di Kecamatan Sokaraja, yang pada tahun 1970-an Sokaraja memiliki galeri terbesar di Asia Tenggara. Tentu sangat membanggakan jika kejayaan lukisan Banyumas bisa bangkit kembali, dan event-event pertemuan para perupa adalah bagian dari ikhtiar kecil menuju tujuan besar yakni bangkitnya seni rupa di Banyumas. []

Berita terkait
Vikri Rasta Ajak Kurangi Sampah Plastik di Ngacapruk 5
Mengusung tema penguragan sampah plastik, showcase Ngacapruk 5 Vikri Rasta, menghadirkan dua komika nasional Fico Fachriza dan Arif Brata.
Usaha menyelamatkan Danau Toba dari Sampah Plastik
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tapanuli Utara bekerja sama dengan Gereja Cleve Jerman gelar seminar pengelolaan sampah yang benar.
Lulusan SMP di Tegal, Olah Sampah Plastik Jadi Lukisan
Akhmad Umar, 23 tahun, mengolah limbah yang menjadi salah satu sumber pencemaran lingkungan itu menjadi karya seni.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.