Pemkot Denpasar Pulangkan Belasan Anjal dan PSK

Belasan anjal dan PSK dipulangkan karena tidak memiliki tempat tinggal jelas dan juga sebagai pencegahan Covid-19 di Bali.
Satpol PP Kota Denpasar memulangkan belasan anjal dan PSK ke pulau Jawa. (Foto: Pemkot Denpasar/Tagar)

Denpasar - Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar, Provinsi Bali memulangkan 16 orang dengan keterlantaran sosial terdiri anak jalanan (anjal) dan wanita tuna susila atau pekerja seks komersial (PSK) ke daerah asal. Sebelumnya, 16 orang ini terjaring razia karena di kawasan Kota Denpasar tanpa mengantongi identitas.

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar I Dewa Gede Anom Sayoga mengatakan anjal dan PSK dipulangkan ini tidak mengantongi identitas jelas.

Saat ini juga kita sedang meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Covid-19.

"Kita akan ambil langkah tegas juga disesuaikan dengan imbauan tidak pulang kampung. Hari ini kita pulangkan ke daerah asal, hal ini karena di Denpasar mereka belum memiliki pekerjaan yang jelas dan hanya menggelandang,” ujar Dewa Gede.

Ditambahkannya hal itu dilakukan sebagai upaya menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat sesuai dengan amanat Perda Kota Denpasar Nomor 1 Tahun 2015. juga sebagai peningkatan kewaspadaan terhadap penyebaran virus corona atau Covid-19, Satpol PP Kota Denpasar mengambil langkah tegas.

Lebih lanjut dikatakan, saat ini masih banyak aktivitas masyarakat yang belum taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga nantinya untuk memberikan efek jera ke 16 pelanggar ini langsung dipulangkan ke daerah asal yang sebagian besar berasal dari luar Bali.

“Kami akan terus melaksanakan penertiban ini hingga masyarakat menyadari bahwa setiap kegiatan dilaksanakan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan berlaku, dan saat ini juga kita sedang meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Covid-19,” paparnya.

Dewa Sayoga menambahkan Satpol PP Kota Denpasar sebagai penegak perda tidak melarang orang mencari rejeki di Kota Denpasar. Kendati demikian, apa yang menjadi aturan, khususnya ketertiban dan keamanan masyarakat harus ditaati bersama-sama.

"Selain itu, sebelum ke Denpasar harus dipastikan tujuan dan pekerjaan yang akan diambil. Sehingga kedepannya keinginan untuk mendapatkan rezeki tidak justru menimbulkan gangguan kamtibmas dan masalah sosial," ujarnya.

Permintaan Tiga Kebutuhan Pokok Turun

Selama pandemi Covid-19 tiga permintaan kebutuhan pokok menurun. Namun mendekati Bulan Ramadhan hingga Idul Fitri nanti, permintaan masyarakat akan mulai naik.

Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur, Wemmi Niamawati mengatakan, tiga permintaan kebutuhan pokok yang menurun yakni daging sapi, ayam, dan telur ayam. Penurunan permintaan kebutuhan pokok ini karena masyarakat melakukan social distancing untuk mencegah penyebaran Covid-19.

"Kami sudah melakukan untuk mengantisipasi lonjakan," tegas Wemmi, dikonfirmasi, Rabu 15 April 2020.

Wemmi menjamin stok daging sapi lokal mencukupi memenuhi kebutuhan masyarakat untuk 3 bulan kedepan.

"Jadi stoknya cukup untuk April, Mei dan Juni yakni sekitar 1801 ton," ujarnya.

Wemmi mencatat stok daging ayam saat ini mencapai 35.078 ton. Sedangkan telur stoknya ada 41408 ton. Untuk itu, Disnak meminta masyarakat tidak khawatir akan kekurangan stok. 

Hanya saja, masyarakat tidak boleh panic buying, kemudian menimbun bahan kebutuhan pokok.

"Stok telur ayam ini sangat mencukupi karena setiap ekor ayam mampu menghasilkan 280 butir telur per ekornya," katanya.

Saat ditanya terkait daging eks impor, Wemmi mengaku hanya memperbolehkan untuk hotel, restoran dan katering. Selain itu harus memiliki nomor kontrol veteriner (NKV).

"Kalau beredar di pasaran itu tidak boleh," tuturnya.

Sementara Ketua Paguyuban Pedagang Daging (PPD) Jatim Dondik Agung Subroto memastikan ketersediaan stok sapi Jatim belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Dondik menilai stok daging sapi yang disampaikan Dinas Peternakan Jatim tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.

“Pertumbuhan penduduk dengan populasi sapi itu kan sebenarnya tidak berimbang. Ketika pertumbuhan penduduk tidak diikuti populasi sapi tentu tidak berimbang,” paparnya.

Dondik mengaku aat ini permintaan masyarakat terhadap daging sedikit berkurang akibat covid-19. Namun kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi sebenarnya masih tinggi. Jika tidak ditunjang dengan daging eks impor, maka stok sapi lokal tidak mencukupi.

“Kualitas daging bagus dan harganya terjangkau. Saat ini harga eceran tertinggi (HET) Rp 90.000 per kilogramnya untuk daging impor, sedangkan lokal Rp 110.000 per kilogram,” katanya. []

Berita terkait
Covid-19, BPS Catat Impor Masker ke Jatim Melonjak
BPS Jatim mencatat di tengah pandemi Covid-19, impor masker selama Maret 2020 ke Jatim melonjak tajam hingga 634,54 persen.
Bali Masih Merinci Anggaran Tanggap Covid-19
Pemerintah Provinsi Bali masih merinci besaran anggaran untuk tanggap pandemi virus corona Covid-19.
Awak KM Lambelu Kembali Jalani Pemeriksaan Covid-19
Sebanyak 90 awak kapal KM Lambelu berikut mitra PT. Pelni kembali jalani tes swab di Pelabuhan Makassar.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.